BismilLah.
Assalamu’alaykum.
–Lanjutan sesi ke-2, lihat catatan sebelumnya —
1). Mengambil sikap bahwa Islam Non Politik, dalam artian bukan buta politik tetapi tidak mengambil peran dalam politik praktis. Hal tersebut sebagaimana pengunduran diri beliau (Wali Al-Fattaah) dari Masyumi dan pernyataan tegas yang beliau sampaikan dalam berbagai pidato.
Berikut adalah penjelasannya :
1.1). Sikap beliau bahwa Islam Non Politik dituliskan dalam buku “Khilafah Ala Minhajin Nubuwwah, Jalan Keluar Penyatuan Kaum Muslimin” oleh Wali Al-Fattaah, Jakarta 1995 pd Bab II.
Tiga diantara hujjah beliau adalah sbb :
1). Tawaran jadi penguasa, yakni RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam ditawari untuk menjadi Raja di Makkah, di samping kedudukan harta dan kedudukan mulia. Kalau RosululLoh seorang politikus, sebagaimana sering diucapkan orang, niscaya tawaran itu diterima oleh beliau. Perkara dakwah, simpan dulu. Tetapi tidak ! (hlmn.47)
2). Adalah lazim bagi RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam untuk berdiam diri sambil menunggu turunnya wahyu Alloh dalam menghadapi masalah besar yang mendatangi beliau dan kaum muslimin, yang tidak bisa beliau kerjakan atau jawab. Tetapi kalau RosululLoh itu seorang figur politik seperti banyak disebut orang, beliau tidak usah menunggu turunnya wahyu Alloh. Tidak usah ! (hlmn.54)
3). RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam telah menyatakan bahwa beliau bukanlah seorang Raja (penguasa) sebagaimana yang beliau sabdakan sendiri pd waktu Fathu Makkah. Peristiwa itu terjadi ketika salah seorang lelaki datang kepada beliau dengan diliputi rasa takut. Lalu beliau bersabda, “Tenanglah. Sesungguhnya aku ini bukanlah seorang Raja. Sesungguhnya aku hanya seorang putra dari seorang Ibu Quroisy, yg biasa makan dendeng.” [HR.Bukhori Juz 2/152, Ibnu Majah No.3312] (hlmn.56)
1.2). Sikap Islam Non Politik juga dipublikasikan secara luas melalui media massa cetak. Diantaranya adalah Harian Terbit per tgl.20 Dzulhijjah 1402H / 08 Oktober 1982M. Gambarnya kami lampirkan di bawah ini.
1.3). Makin hari makin bertambah muslimin yang memahami sikap Wali Al-Fattaah rohimahulLoh tersebut diatas (Islam Non Politik), walaupun awalnya ditertawakan. Ketegasan sikap beliau ditandai dengan pengunduran diri -justru- di saat berada di “puncak” Pimpinan Masyumi. Kini Imaamul Muslimin ke-3, Ustadz Yakhsyalloh Mansur melanjutkan dakwah beliau dan mendapatkan sambutan dari sebagian muslim Inggris.
# Demikian ringkasan kami, semoga bermanfaat dan mohon maaf bilamana ada kekurangan