BismilLah.
Assalamu’alaykum.
Kajian QS.Hud ayat 20-22 pada hari Sabtu ba’da Shubuh, 24 Dzulhijjah 1443H/23 Juli 2022M bersama Imaamul Muslimin : Ust.Yakhsyallah Mansur di Masjid An-Nubuwwah, Dusun Muhajirun – Natar, Lampung sbb:
– Bahasan ayat 20-22 kali ini adalah kelanjutan dari ayat sebelumnya, yang menceritakan tentang orang-orang zholim. Ayat 20 menyatakan bahwa mereka (orang-orang zholim) tidak mampu menghalangi datangnya ‘adzab Alloh Ta’ala di Bumi. Sebenarnya manusia tidak mampu berbuat apa-apa, karena manusia hanyalah makhluq yang lemah. Sebagai contoh sederhana : kedipan mata, apakah bisa kendalikan kedipan mata semau kita? Contoh lain adalah rasa kantuk, apakah bisa manusia menahan kantuk? Padahal kan cuma urusan mata, apalagi urusan Bumi dan Langit, jelas manusia tidak sanggup berbuat apa-apa.
– Dan sekali-kali tidak ada penolong bagi mereka selain Alloh. Hal ini adalah fakta yang jelas, manusia akan minta tolong kepada siapa, bila tidak kepada Alloh Ta’ala? Maka siksaan akan dilipatgandakan bagi mereka (orang-orang zholim).
– Nah, biasanya Alloh berfirman tentang melipatgandakan pahala, tapi kali ini justru yang dilipatgandakan adalah siksa, mengapa? Sebabnya : karena mereka selalu berbuat ma’shiyat (keburukan) kepada Alloh Ta’ala. Contohnya : Fir’aun yang menyatakan dirinya Tuhan. Ketika Alloh Ta’ala tenggelamkan dirinya di Laut Merah, saat air sudah mencapai leher, baru dia mau beriman kepada Tuhan-nya Nabi Musa dan Harun, tetapi Alloh tidak menerima taubatnya. Kalau Fir’aun dibiarkan hidup, pasti dia akan melakukan ma’shiyat lagi dan mengingkari taubatnya, karena sebelumnya juga demikian sikapnya. Begitu pun keadaan orang-orang zholim, bila diberi panjang umur sampai ratusan tahun pun seperti umatnya Nabi Nuh, tetap saja mereka lakukan ma’shiyat dan tidak mau bertaubat, oleh karena itu Alloh Ta’ala lipatgandakan siksaan bagi mereka. Inilah keadilan Alloh Ta’ala.
– Ayat 20 ditutup dengan pernyataan bahwa mereka (orang-orang zholim) ini tidak mampu mendengar kebenaran dan tidak dapat melihatnya.
– Ayat 21 menyatakan bahwa mereka itulah orang-orang yang merugikan diri sendiri. Umumnya orang itu ingin untung, tapi mengapa Alloh Ta’ala malah menyatakan rugi atas orang-orang zholim?
– Kita semua tahu bagaimana kasih sayang orangtua kepada anaknya, mereka tentu tidak ingin keturunannya celaka dan merugi. Lalu bagaimana hebatnya kasih sayang Alloh Ta’ala? Kita lihat bahwa dengan besarnya kasih sayang Alloh Ta’ala atas manusia, mereka yang beriman maupun yang kafir , tetap mendapatkan rizqi dan hidup.
– Lalu bagaimana Alloh Ta’ala menghitung amalan manusia? Alloh Ta’ala berikan curahan pahala, minimalnya 10 kali lipat yang digandakan atas 1 kali amal sholih, dan itu akan berlipat hingga 700 kali lipat bila Alloh menghendaki, bahkan terus dilipatkan hingga tidak terhitung! Namun Alloh Ta’ala berikan belas-kasih-Nya dengan hanya menghitung 1 kali saja atas 1 kali keburukan manusia, dosa dan kesalahan seorang manusia tidak dilipatgandakan (kecuali keburukan itu kemudian diikuti oleh manusia lainnya).
– Dengan balasan kebaikan dan keburukan seperti itu, sebenarnya Alloh Ta’ala sudah “mendesain” agar manusia itu mendapatkan banyak keuntungan, bahkan seluruh alam ini telah diberikan kepada manusia agar keuntungan mereka bisa berlipat-lipat banyaknya, baik di dunia maupun akhirot. Akan tetapi orang-orang zholim justru memilih rugi!
– Dan lenyaplah (bukan sekedar pergi) dari mereka apa-apa yang selalu mereka ada-adakan. Mereka ingin bahagia tapi tidak mau beriman. Mereka ingin tenteram tapi tidak mau sholat. Mereka ingin sehat tapi tidak mau puasa. Mereka ingin berkah tapi tidak mau shodaqoh. Mereka ingin kaya tapi tidak mau berzakat. Mereka ingin beramal kebaikan tapi tidak sesuai dengan perintah Alloh Ta’ala, maka akan lenyaplah semua usaha mereka itu.
– Ayat 22 menegaskan bahwa pasti mereka itu di akhirot menjadi orang-orang yang lebih rugi. Sudah rugi di dunia karena tidak mendptkan pahala, di akhirot pun rugi karena mendptkan ‘adzab. Logika-nya : kalau orang rugi saat berdagang, dia bisa coba mengubah pola jual-belinya supaya bisa mengambil untung. Tapi kalau manusia dinyatakan rugi di akhirot, apa yang bisa dia lakukan? Mau coba kembali ke dunia untuk beramal sholih, jelas tidak mungkin bisa!
# Demikian ringkasan kami, semoga bermanfa’at dan mohon ma’af atas segala kekurangan yang ada