BismilLah.
Assalamu’alaykum.
Kajian Tafsir Jalalayn QS. Al-Baqoroh ayat 35-36 bersama Ustadz Mastur dan dilengkapi oleh Imaamul Muslimin : Ustadz Yakhsyallah Mansur pada ba’da Shubuh hari Jum’at 12 Rojab 1444H / 03 Pebruari 2023M di Masjid An-Nubuwwah, Dusun Muhajirun – Natar, Lampung sbb:
– Pada ayat ke-35, Alloh Ta’ala memerintahkan Adam dan istrinya untuk tinggal di Jannah.
– Penyebutan suami dan istri dalam Bahasa Arab asal-mulanya tidak dibedakan, yakni “zaujun”, untuk Suami disebut “zaujun, untuk Istri juga disebut “zaujun”, sebagaimana dalam ayat disebut “wa zaujuka” untuk menyebut istri Nabi Adam. Namun seiring perkembangan bahasa maka ia berubah menjadi “zaujatun” untuk membedakan sebutan bagi istri. Dari segi bahasa ini, kita ketahui bahwa kedudukan suami dan istri itu sebenarnya sama di sisi Alloh Ta’ala, diperkuat dengan dalil bahwasanya saat pengadilan di akhirot nanti masing-masing manusia bertanggung-jawab atas amal perbuatannya sendiri.
– Dalam ayat ke-35 tidak disebutkan secara jelas siapa nama istri Nabi Adam itu, adapun nama Hawwa’ itu kita dapatkan dari kisah Isroiliyat. Berdasar hadits pula bahwa Hawwa’ diciptakan dari tulang rusuk Adam, saat beliau tertidur.
– Kata “Jannah” yang diartikan dalam Bahasa Indonesia sebagai “Surga”, sebenarnya kurang tepat, karena Surga menurut sebagian ahli bahasa bermakna : tempat melampiaskan hawa nafsu.
– Kedua nenek moyang manusia itu dipersilakan makan sesuka hati di Jannah tanpa ada larangan, selain dari mendekat ke “pohon ini”. Dalam tafsir disebutkan bahwa yang disebut “pohon ini” adalah sejenis gandum, atau anggur, atau selain keduanya. Jelas sekali bahwa Alloh Ta’ala tidak menyebutkan nama pohonnya. Adapun penamaan pohon itu sebagai “khuldi” asal-mulanya dari perkataan Syaithon, sebagaimana yang termaktub dalam QS. Thoha 120.
– Pada ayat ke-36, Alloh Ta’ala perintahkan Adam dan Hawwa’ untuk turun dari Jannah karena mereka berdua telah melakukan perbuatan maksiat.
– Yang menggelincirkan keduanya adalah Syaithon dari golongan Jin, bernama Iblis, yang mengatakan bahwa pohon tersebut memiliki keistimewaan berupa kekekalan hidup. Ia bahkan bersumpah atas nama Alloh dalam upayanya meyakinkan Nabi Adam dan Hawwa’ agar berbuat maksiat. Dengan mendekati dan menikmati buah “pohon ini” maka keduanya masuk ke dalam golongan orang-orang zholim, yakni berbuat maksiat. Untuk pelanggaran tersebut, Nabi Adam sebagai nenek moyang manusia memanjatkan do’a sebagai teladan bagi kita, sebagaimana yang termaktub dalam QS. Al-A’rof 23 (Robbana zholamna anfusana wa illam taghfirlana wa tarhamna lanakunanna minal khosirin).
– Nabi Adam dan Hawwa’ diperintahkan turun ke Bumi dengan kalimat “ihbithuw”, yakni kalimat jama’ (menyatakan lebih dari 2 orang) karena keduanya ketika turun sudah membawa benih, yakni cikal bakal keturunan manusia. Sebagian keturunan manusia itu akan menjadi musuh bagi sebagian lainnya. Dan manusia akan hidup di Bumi dengan kenikmatan sementara hingga menemui ajalnya.
# Demikian catatan kami, semoga bermanfa’at dan mohon ma’af atas segala kekurangan yang ada