BAQO-I Artikel ke-2 – Al-Aqsho : Masjid Kedua Diatas Bumi

BismilLah.

Artikel ke-2

Al-Aqsho : Masjid Kedua Diatas Bumi

-Kajian kali ini : Masjid Al-Aqsho adalah masjid kedua diatas Bumi, setelah Masjid Al-Harom sebagai masjid pertama.

Hal tersebut diketahui dari hadits berikut :
“Aku (Abu Dzar) berkata, “Wahai RosululLoh, Masjid apakah yang pertama kali diletakkan di Bumi?” Beliau bersabda, “Masjid Al-Harom”. Dia (Abu Dzar) berkata, “Aku katakan, “Lalu setelah itu?” Beliau bersabda, “Masjid Al-Aqsho”. Aku katakan, “Berapa jarak waktu antara (peletakan) keduanya”. Beliau bersabda, “Jarak antara keduanya adalah 40 tahun. Kemudian dimana-pun engkau dapati waktu sholat setelah itu, maka sholatlah (disitu), karena keutamaan ada padanya (yakni, sholat di awal waktu)”.
[HR. Al-Bukhoriy no.3155 & 3425, Muslim no.520, An-Nasa’iy no.690, dan Ibnu Majah no.753 atau Al-Lu’lu’ wal Marjan no.298].

-Umumnya dalam meng-arti-kan hadits diatas, para penerjemah tidak menyebutkan kata “wudhi’a” sebagai suatu hal yang penting. Ada juga yang mengartikannya sebagai “dibangun” agar mudah dimengerti oleh pembaca. QuddarulLoh, ternyata kata “wudhi’a” itu sangat penting dalam memahami hadits tersebut.

-Kata “wudhi’a” lebih tepat kita artikan sebagai “diletakkan”, sehingga kedua masjid, baik Al-Harom maupun Al-Aqsho, diletakkan oleh Alloh Ta’ala sendiri dimana tempatnya (sebagai tanda bagi tahap pembangunan berikutnya).

-Kata penting berikutnya adalah “40 tahun”, mengapa? Karena batasan waktu itu menjadi misteri, siapa yang membangun dua masjid dalam jangkah 40 tahun, sementara jarak fisik keduanya terpisah jauh. Dalam syarah Shohih Bukhoriy yang ditulis oleh Ibnu Hajar Al-Asqolani rohimahulLoh, yang kita kenal sebagai kitab Fat-hul Bari, beliau mengumpulkan pendapat ahli hadits tentang kata “40 tahun”, dengan kesimpulan bahwa pendiri kedua masjid tersebut adalah Nabi Adam ‘alayhis salam.

-Ada beberapa dalil yang menjelaskan bahwa Nabi Ibrohim ‘alayhis salam membangun Ka’bah, dan Nabi Sulayman ‘alayhis salam membangun Baytul Maqdis, tetapi jarak antara kedua Nabi tersebut adalah 1.000 tahun. Dengan demikian seakan-akan hadits diatas bermasalah atau mustahil. Maka Ibnul Jawzi mengatakan bahwa kedua masjid itu dahulu hanyalah pondasi, bukan suatu bangunan (sempurna).

-Pondasi dua masjid inilah yang kemudian dibangun dan disempurnakan oleh para Nabi sesudahnya. Adapun dalil yang menyatakan jarak pembangunan keduanya maka dapat dikompromikan setelah adanya simpulan tersebut.

-Hadits dari Abu Dzar diatas seringkali menjadi poin picu bagi para Orientalis dari kalangan Yahudi dan Nasroni untuk menjatuhkan tuduhan :

(1). Bahwa hadits tersebut mustahil dapat dipahami akal sehingga tertolak. Hal ini mengandung resiko bahwa Masjid Al-Aqsho tidak lagi menjadi situs penting bagi muslimin, karena ummat Islam tidak tahu dengan jelas : siapa yang membangun situs itu. Sedangkan bagi Yahudi dan Nasroni, jelas Raja Solomon-lah (Nabi Sulayman) yang membangun situs itu.

(2). Bahwa Nabi Muhammad telah keliru bersabda dan tidak bisa berhitung masa (yakni 40 tahun), tuduhan ini dalam rangka menjatuhkan kemuliaan Kenabian beliau, shollalLohu ‘alayhi wa sallam. Penghinaan semacam ini kita ketahui sebagai salah satu sifat Yahudi, yang mana mereka tidak suka memuliakan para Nabi, bahkan tidak segan membunuh para Nabi.

Rujukan:
20140912_aqsa_facts_AR_EN hal.2
20101126_en-sheia-alaqsa hal.38, 39
20051208_the-farthest-mosque-islamic-awareness hal.11-12

AlhamdulilLah. Jumadil Akhiroh 1440H.
Akhukum filLah, Hadi Sumarsono
Korbid.Sosialisasi Al-Aqsa Working Group