Nasihat Syawwal 1445H – Para Rosul Itu Dokter Hati

BismilLah.

Catatan kajian Tazkiyatun Nafs bersama Imaamul Muslimin : Ust. Yakhsyallah Mansur pada hari Rabu ba’da Shubuh tgl. 29 Syawwal 1445H/08 Mei 2024M di Masjid An-Nubuwwah, Kec. Natar, Lampung sbb :

  • Pembahasan kita lanjutkan dengan kaidah ke-4 dalam penyucian jiwa, yakni : mengikuti Muhammad RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam sebagai teladan.
  • Yang menjadi dasar kaidah ini adalah dalil yang masyhur dan sering disampaikan oleh para Da’i, yakni QS. Al Ahzab ayat 21 yang artinya :
    Sesungguhya telah ada pada diri RosululLoh suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap (rohmat) AlLoh dan (kedatangan) hari Qiyamat. Dan dia banyak mengingat Alloh.
  • Dalam kajian Ahli Hadits dan Fiqih, perbuatan Nabi dibagi dalam lima jenis, yang dihukumi dengan empat macam sbb :
    1). Mubah
    1.a). Pembawaan Nabi diantaranya : bagaimana kedipan mata beliau, cara duduk, gaya rambut (termasuk uban), dsb. Semua ini berkaitan dengan sifat pribadi beliau sebagai manusia, yang memiliki ciri khas. Karena hal tersebut adalah sifat bawaan maka ada yang bisa ditiru, tapi juga ada yang tidak bisa (bahkan tidak mungkin) ditiru.
    1.b). Tradisi masyarakat dimana Nabi hidup dalam keseharian, diantaranya : makan olahan gandum, memakai jubah dan sorban, dsb. Kita di Indonesia ya makan nasi, memakai sarung dan kopiah. Tinggal kita pilih mana yang mudah dan terbiasa, kalau sudah nyaman gunakan jubah ya silakan, tapi jangan memaksa atau menyalahkan orang lain yang tidak sama dengan apa yang kita sukai.
    2). Wajib
    Yakni terkait penjelasan syariat Islam, yang tidak dapat diketahui kecuali melalui tuntunan beliau, contohnya adalah tata cara sholat. Diantaranya :
    2.a). Menghadap qiblat. Dalam catatan sejarah, ternyata Nabi shollalLohu ‘alayhi wa sallam lebih lama menghadap Masjidil Aqsho daripada Masjidil Harom, hal ini sebagai salah satu hikmah bahwa muslimin perlu memberikan perhatian khusus kepada situs mulia tsb.
    2.b). Takbirotul ihrom. Benar, tidak ada penjelasan bagaimana tata cara takbir dalam Al-Quran, yang ada itu RosululLoh mencontohkan dengan perbuatan beliau, yakni dengan mengangkat kedua tangan setinggi daun telinga lalu mengucapkan kalimat “AlLohu Akbar”.
    2.c). Penetapan setiap waktu sholat, yang didasarkan pada arahan malaykat Jibril ‘alayhis salam, yang pernah turun mendatangi beliau pada setiap awal sholat dan menjelang akhir waktu sholat, sehingga Nabi tahu batasan antar waktu sholat. Dan seterusnya.
    3). Sunnah
    Meliputi apa saja yang beliau lakukan (ada keterangan pahala atasnya) seperti : infaq, shodaqoh, sholat malam, sholat rowatib, qurban, dsb.
    4). Harom
    Meliputi hal yang dikhususkan bagi beliau, seperti menikah lebih dari empat orang istri.
  • Al-Hasan rohimahulLoh Ta’ala berkata, “Sekelompok orang berkata pada zaman Nabi, “Sesungguhya kami mencintai Robb kami.” Maka AlLoh Ta’ala turunkan QS. Ali ‘Imron ayat 31 yg artinya sbb :
    “Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai AlLoh maka ikutilah aku, niscaya AlLoh akan mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosa kamu.”
  • Berkaitan dengan ayat diatas, kita perlu melihat tafsir karena kata “qul” di awal ayat tersebut yang menunjuk kepada seseorang yang tidak diketahui. Nah ulama tafsir kemudian memberikan penjelasan bahwa perintah “qul” itu ditujukan kepada Nabi Muhammad. Dan berdasar ayat tersebut, maka tidaklah mungkin seseorang bisa mencapai penyucian jiwa tanpa mengikuti ajaran Nabi Muhammad shollalLohu ‘alayhi wa sallam.
  • Bila ada pertanyaan : bagaimana hukum perayaan maulid Nabi? Apa jawaban nya? Ada pihak yang mengatakan hal itu sebagai bid’ah, ada juga pihak yang mengatakan bahwa hal itu sebagai istihsan. Selama masing-masing pihak bisa menghadirkan dalil, ya silakan, karena hal tersebut termasuk perkara khilafiyah (yang diperselisihkan ulama).
  • Bahkan saya hafal salah satu hadits palsu tentang maulid (lalu beliau bacakan), yang artinya : “Barang siapa yang mengagungkan maulidku, maka aku akan memberinya syafa’at di hari Qiyamat.” Ya karena dahulu saya pernah belajar tentang hal itu.
  • Menyucikan diri dengan mengikuti metode-metode baru seperti dzikir dengan bacaan sekian ratus kali atau ribuan kali, suluk, uzlah, justru akan mengotori jiwa.
  • Kemudian penulis mengutip Ibnul Qoyyim, seorang ulama yang dibenci oleh orang-orang tasawwuf, yang menyatakan bahwa : “…menyucikan jiwa itu lebih sulit dan lebih berat daripada mengobati badan. Para Rosul adalah dokter hati, maka tidak ada jalan untuk menyucikan dan memperbaiki diri kecuali dengan mengikuti jalan mereka.”

Demikian catatan kami, semoga bermanfa’at dan mohon ma’af atas segala kekurangan yang ada