BismilLah.
Assalamu’alaykum. Tilawah QS. Ibrohim 24-27 bersama Imaamul Muslimin pada Kamis ba’da Shubuh, 04 Sya’ban 1442H/08 Maret 2021M di Masjid An-Nubuwwah, Dusun Muhajirun, Natar – Lampung sbb:
– Ayat 24 hingga 27 merupakan kelanjutan dari rangkaian ayat-ayat sebelumnya yang berbicara tentang padang mahsyar, kondisi orang-orang kafir yang masuk ke dalam Jahannam dan orang-orang beriman yang masuk ke dalam Jannah.
– Alloh Tabaroka wa Ta’ala sering menggunakan perumpamaan (amtsal) dalam Al-Quran guna memudahkan bagi manusia memahami sesuatu yang tidak riil (nyata). Dalam ayat 24-27, Alloh sampaikan informasi tentang “kalimat” yang sudah tentu tidak bersifat riil, dan digunakanlah perumpamaan sebagai “pohon”, yang mana manusia telah mengenalnya secara riil.
– Pada ayat ke-24, Alloh memberikan perumpamaan “kalimat baik” itu seperti pohon yang baik. Dalam ilmu tumbuhan (botani), yang dianggap sebagai pohon baik tentu ada kriterianya, yang sudah tentu diketahui oleh ahlinya. Ternyata Alloh Ta’ala berfirman bahwa pohon yang baik itu memiliki :
1). Akar yang teguh (kokoh, mantab). Hal ini menjadi kriteria awal, yang mana diketahui bahwa pohon yang baik maka akar-nya akan kokoh. Kokoh-nya akar menggambarkan validitas (keabsahan) dari kalimat yang baik. Jadi tidak mungkin kalimat yang baik itu mengandung informasi tidak valid (tidak sah). Kalimat yang baik lahir dari sumber informasi yang sah.
2). Cabang-cabangnya menjulang ke langit. Hal ini menggambarkan bagaimana pohon yang baik akan memiliki cabang yang banyak. Alloh Ta’ala tidak menyebutkan “daun” tapi “cabang”, sudah tentu umumnya kita pahami bahwa ada daun-daun di cabang pohon, yg membuat pohon tersebut menjadi rimbun dan teduh, menaungi orang-orang yang berada dibawahnya. Kalimat yang baik bisa menjadi naungan atau sandaran, karena ia membawa manfa’at.
– Pada ayat ke-25, baru Alloh Ta’ala sebutkan bahwa pohon yang baik itu akan menghasilkan :
3). Buah, dimana buah-nya baru ada sesuai musim-nya (bukan sepanjang waktu), itu pun berbuah atas idzin Robb-nya. Disebutkan sebagai pengasuh (Robb) dari pohon, agar manusia tahu bahwa Alloh Ta’ala jua-lah yang memelihara pepohonan, yang berkuasa menentukan bagaimana sebuah pohon akan tumbuh hingga berbuah. Dengan perumpamaan inilah Alloh Ta’ala mengingatkan manusia atas kekuasaan-Nya (dzikir).
– Lalu apakah yang dimaksud sebagai kalimat yang baik itu? Sudah tentu yang memahami adalah RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam dan para shohabat beliau. ‘Abdulloh bin ‘Abbas menyatakan bahwa kalimat thoyyibah itu adalah : “Laa ilaaha illalLoh” yang artinya “Tiada tuhan kecuali Alloh”.
– Khusus ayat ke-26, yakni ketika tanwin bertemu hamzah washol, di sebagian mushaf ditulis tambahan “nun kecil” untuk mengingatkan pembaca Al-Quran, bahwa di pertemuan huruf-huruf itu ada bacaan ghorib (asing). Disinilah pentingnya belajar membaca Al-Quran bersama guru, sehingga ada sanad-nya (diketahui mata rantai pembelajarannya).
– Pada ayat ke-26, Alloh Ta’ala sampaikan bahwa kalimat yang buruk adalah sebagaimana pohon yang buruk, yang telah dicabut (akar-akarnya) dari bumi sehingga tidak dapat tegak sedikit-pun. Kalimat yang buruk diantaranya adalah kalimat-kalimat makian, kalimat hinaan yang dilontarkan diantara manusia. Berlawanan dengan kalimat yang baik, maka kalimat yang buruk jelas mengandung info yang tidak sah, sehingga tidak dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya. Hal ini sebagaimana yang terjadi ketika ada dua pihak yang saling berseteru, satu pihak menjelek-jelekkan pihak yang lain, hampir tidak mungkin terjadi adanya pihak yang membenarkan kalimat dari pihak lain yang berseberangan, yang terjadi justru saling menyalahkan satu sama lain.
– Pada ayat ke-27, Alloh Ta’ala (berjanji) akan meneguhkan orang-orang yang beriman, tidak saja ketika di dunia, bahkan ketika berada di akhirot. Kalimat thoyyibah “Laa ilaaha illalLoh” akan menyebabkan seorang manusia selamat di qubur-nya, ketika ditanyai oleh dua malaykat, yg mana jawaban si mayit akan menentukan apakah ia akan mendapatkan siksa qubur atau ni’mat qubur. Keberadaan siksa qubur adalah benar adanya, sebagaimana hadits-hadits RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam yang sampai kepada kita. Siksa qubur adalah awal dari siksa di akhirot.
# Demikian ringkasan kami, semoga bermanfa’at dan mohon maaf atas segala kekurangan yang ada