BismilLah.
Assalamu’alaykum. Tilawah QS.Ibrohim 35-37 bersama Imaamul Muslimin : Ustadz Yakhsyallah Mansur pada hari Rabu pagi, 16 Romadhon 1442H/28 April 2021M di Masjid An-Nubuwwah, Dusun Muhajirun, Natar – Lampung sbb:
– Rangkaian ayat ke-35 hingga 41 menceritakan tentang do’a yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrohim ‘alayhis salam kepada Alloh Ta’ala.
– Dalam ayat ke-35 dinyatakan oleh Alloh Ta’ala bahwa permintaan pertama Nabi Ibrohim ‘alayhis salam adalah keamanan bagi negeri Makkah (yakni nikmat alamiyah). Maka sebagian ulama menyatakan bahwa keamanan itu lebih didahulukan daripada kesehatan, yakni untuk dimintakan saat berdo’a.
– Ada ulama yang menggambarkan keutamaan “keamanan” atas “kesehatan” itu dengan permisalan : seekor sapi yang terluka kakinya sementara ada singa didekatnya. Bilamana sapi tersebut tidak diganggu keamanannya oleh singa, maka lambat laun ia akan sembuh sendiri, karena ia merasa tenang dan doyan makan-minum. Sebaliknya, bila sapi tersebut terancam keamanannya oleh singa, maka ia tdk akan merasa tenang, apalagi ia doyan makan-minum guna menyembuhkan lukanya.
– Di akhir ayat ke-35, Nabi Ibrohim ‘alayhis salam meminta agar dirinya dan anak-cucu beliau dijauhkan dari kemusyrikan, yakni menyembah patung berhala.
– Pada ayat ke-36, Nabi Ibrohim ‘alayhis salam menyatakan bahwa berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak manusia. Apa yang kita ketahui saat ini bahwa manusia di seluruh dunia memeluk beragam agama. Bilamana merujuk pada ajaran agama yang ada, maka yang masih memegang Tauhid (meng-Esak-kan Tuhan) adalah agama Islam dan Yahudi, adapun selain itu adalah musyrik. Dalam ayat ini, yang disinggung adalah benar-benar menyembah berhala secara fisik, yakni ada barang yang disembah, bukan berhala dalam artian tersirat, seperti berhala jabatan, berhala kekayaan, berhala kecantikan, dsb.
– Ayat ke-36 menggambarkan kebijakan orangtua atas anak keturunan-nya, yakni Nabi Ibrohim menyatakan sesiapa yang mengikuti agama beliau maka ia adalah golongan beliau, sedangkan sesiapa yang tidak mengikuti agama beliau (durhaka) maka menjadi hak bagi Alloh Ta’ala untuk memberikan ampunan baginya. Nabi Ibrohim memberikan contoh etika dalam berdo’a, yakni tidak langsung memintakan laknat atas anak keturunan beliau yang durhaka, karena boleh jadi suatu saat anak keturunan yang durhaka itu akan bertaubat dan memperbaiki kesalahannya.
– Pada ayat ke-37, Nabi Ibrohim mengubah kalimat awal do’a-nya dengan menyatakan “Robbana, Tuhan kami”, karena saat itu beliau juga memintakan untuk keturunan beliau, yang saat itu ditempatkan di Makkah. Dengan do’a ini, beliau memintakan (nikmat diniyah) agar anak-cucunya dekat dengan Masjid, agar mereka mendirikan sholat (nikmat diniyah), dan agar mendapatkan rizqi (nikmat kasbiyah).
– Nabi Ibrohim menyatakan bahwa beliau menempatkan sebagian keturunannya di Makkah, yakni Nabi Isma’il ‘alayhis salam, karena memang ada sebagian lagi keturunan beliau yang berada di Baytul Maqdis, yakni Nabi Ishaq ‘alayhis salam.
# Demikian catatan kami, semoga bermanfa’at dan mohon maaf atas segala kekurangan.