
BismilLah.
Catatan kajian Tafsir Jalalayn QS. Ali ‘Imron 102-105 bersama Ust. Mastur pada ba’da Shubuh hari Jum’at, 11 Dzulqo’dah 1446H / 09 Mei 2025M di Masjid An-Nubuwwah, Natar – Lampung sbb:
= Tafsir ayat 102
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada AlLoh dengan sebenar-benar taqwa (yaitu mentaati dan tidak mendurhakai, mensyukuri dan tidak mengingkari, serta mengingat dan tidak melupakan-Nya, maka para shohabat berkata, “Wahai RosululLoh, siapa yang sanggup melaksanakan ini?” Maka ayat ini dinasakh atau digantikan dengan firman-Nya, “Bertakwalah kamu kepada AlLoh sesuai kemampuanmu.”). Dan janganlah sekali-kali kamu mati, melainkan dalam keadaan beragama Islam (yaitu orang-orang yang men-Tauhid-kan AlLoh Ta’ala).”
= Tafsir ayat 103
“Berpegang teguhlah (genggamlah) kamu dengan tali AlLoh (yakni agama-Nya) seraya berjama’ah, dan janganlah kamu berpecah-belah (setelah memeluk Islam) dan ingatlah atas nikmat AlLoh (yakni karunia-Nya) atas kalian (hai orang-orang Aws dan Khozroj) ketika kalian (yakni sebelum memeluk Islam) bermusuh-musuhan maka dilembutkan oleh-Nya (yakni dihimpun) antara hati kalian (dengan Islam) lalu jadilah kalian dengan nikmat-Nya bersaudara (dalam agama dan kepemimpinan), padahal kalian telah di pinggir jurang neraka (yang tidak ada pilihan -antara kalian dan terjerumus ke dalamnya- kecuali mati dalam keadaan kafir) lalu diselamatkan-Nya kalian daripada hal itu (dengan Iman). Demikianlah (sebagaimana yang telah dijelaskan di atas) AlLoh jelaskan kepada kalian ayat-ayat-Nya agar kamu semua beroleh petunjuk.
= Tafsir ayat 104
Hendaklah ada diantara kamu semua, satu golongan yang menyeru kepada kebaikan (yakni ajaran Islam), dan menyuruh kepada yang makruf dan melarang dari yang mungkar. Merekalah (para da’i yang menyeru, yang menyuruh dan yang melarang di atas tadi) adalah orang-orang yang beruntung (yakni bahagia).
Kata ‘min’ dari ‘minkum’ disini menunjukkan ‘sebagian’, karena apa yang diperintahkan itu fardhu kifayah, yang tidak bisa dilakukan oleh seluruh ummat, dan tidak pula layak bagi setiap orang, misalnya orang yang bodoh dalam urusan dakwah.
= Tafsir ayat 105
Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang berpecah-belah (dalam agama mereka), dan berselisih (padanya), sesudah datang kepada mereka keterangan yang jelas, (mereka itulah orang-orang Yahudi dan Nasrani). Dan merekalah orang-orang yang mendapatkan siksa yang berat.
Tambahan dari Ust. Amin Nuroni
- Dalam Al-Quran terjemah di Indonesia, umumnya kata “jamii’an” itu diartikan “semuanya”, termasuk cetakan Depag RI. Saya tidak tahu, apa alasan dewan ulama penerjemah memilih arti kata tersebut. Sedangkan di kitab tafsir salaf, diantaranya Tafsir Ibnu Katsir, kata “jami’an” itu diartikan sebagai “berjama’ah”. Pengartian tersebut sebagai lawan kata (jawaban) atas larangan berpecah-belah (firqoh-firqoh).
- Bila menelusuri larangan pada ayat 103 tersebut maka kita akan temukan uraian yang mendalam pada Tafsir al-Qurthubi, tentang siapa saja yang termasuk dalam firqoh dimaksud. Dijelaskan padanya tentang keberadaan 72 (tujuh puluh dua) firqoh, sesuai bunyi hadits, yang asalnya dari 6 (enam) firqoh utama. Dan semua firqoh tersebut telah mengalami penyimpangan aqidah, sehingga Ulama salafush sholih memperingatkan ummat Islam atas ketergelinciran mereka.
- Kita memahami bahwa ummat Islam (umumnya), selain firqoh yang mengalami penyimpangan aqidah diatas, termasuk dalam pengertian “al-Jama’ah”. Adapun kewajiban mengangkat satu Imaam (yakni pemimpin muslimin) untuk ditaati (dalam al-Jama’ah) hukumnya fardhu kifayah.
Demikian catatan kami, semoga bermanfa’at dan mohon ma’af atas segala kekurangan yang ada