BismilLah.
Catatan kajian Tafsir Jalalayn QS.Al-Baqoroh 246-247 bersama Ust. Mastur dan Imaamul Muslimin Ust. Yakhsyallah Mansur pada ba’da Shubuh hari Jum’at, 05 Shofar 1446H / 09 Agustus 2024M di Masjid An-Nubuwwah, Natar – Lampung sbb:
@Ayat 246
- Tidakkah kamu perhatikan petinggi (sekelompok) dari Bani Isroil setelah (wafatnya) Nabi Musa ‘alayhis salam, (yakni kisah dan berita mereka) ketika mereka berkata kepada Nabi di kalangan mereka (yakni Nabi Syamwil), “Angkatlah (dirikan) bagi kami seorang Raja, yang kami berperang (bersamanya) di jalan AlLoh (yang ia dapat menyusun barisan kami dan untuk mengembalikan urusan -penting- kepadanya).
- Berkata (Nabi mereka) “Tidak mungkinkah jika kamu diwajibkan berperang, kamu semua tidak mau berperang?” (inilah kabar dari kata ‘Asa, dengan pengertian besar kemungkinan hal itu terjadi).
- Mereka menjawab, “Mengapa kami tidak berperang di jalan AlLoh, padahal kami diusir dari negeri kami dan dari anak-anak kami?” (dengan menawan dan membunuh mereka, dan itu dilakukan kepada mereka oleh kaum Jalut, atau tidak terhalang bagi kami darinya -berperang- selama ada alasannya).
- (Berfirman AlLoh Ta’ala) maka tatkala diwajibkan atas mereka berperang, mereka pun berpaling (darinya -berperang- dan merasa kecut), kecuali sebagian kecil dari mereka (dan mereka adalah orang-orang yang menyeberangi sungai bersama Tholut sebagaimana keterangan yang akan datang).
- Dan AlLoh Maha Mengetahui akan orang-orang yang zholim (yang mana akan dibalas perbuatan mereka itu. Dan memohonlah Nabi mereka untuk diutusnya seorang Raja, lalu dikabulkan dengan diutusnya Tholut).
@Ayat 247
- Dan berkata kepada mereka (yakni) Nabi mereka, “Sesungguhnya AlLoh telah mengangkat Tholut sebagai Raja.” Mereka berkata, “Bagaimana (mengapa) ada baginya (hak) kerajaan atas kami, sedangkan kami lebih ber-hak atas kerajaan ini daripada dia.” (karena dia bukanlah dari keturunan Raja-raja dan bukan keturunan Nabi-nabi, dan dia -hanyalah- seorang tukang samak atau penggembala).
- Dan dia tidak diberi kekayaan yang mencukupi (yang diperlukan dengan harta itu guna membina kerajaan). Berkata (Nabi kepada mereka), “Sesungguhnya AlLoh telah menganugerahi dirinya (memilihnya sebagai Raja) atas kalian, dan menambah dirinya keperkasaan dalam hal ilmu dan tubuhnya (dan ia paling berilmu di kalangan Bani Isroil, juga paling gagah, dan paling sempurna akhlaqnya).
- Dan AlLoh memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya (pemberian-Nya yang tidak bisa dihalangi atasnya), dan AlLoh Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (kepada orang yang dia ber-hak menerima karunia).
Tambahan dari Imaam sbb:
- Kalimat “alam taro” (Tidakkah engkau perhatikan -wahai Muhammad- ) pada awal ayat 246 secara tersirat menjadi bukti bahwa Al-Quran itu bukan buatan Nabi Muhammad. Kalau-lah benar Al-Quran buatan beliau lalu mengapa ajukan pertanyaan kepada diri sendiri?
- Agama Bani Isroil adalah Islam, hal ini dibuktikan dengan adanya dialog antara Nabi dan para petinggi kaum (yang dikenal sebagai “ahlul halli wal aqdi”).
- Dulu Bani Isroil dipimpin oleh dua kelompok : ulama dan umaro, maka para petinggi (mala-i) memikirkan bagaimana supaya ada raja yang memimpin perang atas musuh mereka dan menjadi rujukan dalam suatu masalah. Kisah ini terjadi jauh setelah masa Nabi Musa diutus, yakni pada masa Nabi Syamwil.
Demikian catatan kami, semoga bermanfa’at dan mohon ma’af atas segala kekurangan