Catatan Rojab 1445H – Perjalanan Mukjizat Timbangan Iman Kita

BismilLah.

Ilustrasi kilat sebagai gambaran kecepatan Buroq

Pertanyaan :
Pada halaman 20 (tentang Buroq) dan 27 (tentang Baytul Maqdis) dari buku Qiblat Yang Terkepung dihadirkan hadits yang merupakan potongan dari kisah Isro’ Mi’roj, lalu bagaimana sebenarnya kisah lengkap peristiwa luar biasa tersebut?

Jawaban :
Peristiwa Isro` dan Mi’roj merupakan salah satu diantara mukjizat yang Alloh ‘Azza wa Jalla berikan kepada Nabi Muhammad shollalLohu ‘alayhi wa sallam, pendapat yang masyhur, sebagai wujud penghormatan dan pelipur kesedihan setelah paman dan istri beliau meninggal dunia, juga penghibur hati setelah beliau mendapatkan perlakuan tidak bersahabat dari penduduk Thâif, saat mendakwahi mereka untuk masuk Islam.

Ada beberapa pendapat ulama tentang waktu terjadinya peristiwa ini. Yang masyhur adalah : malam 27 Rojab tahun ke-10 kenabian, berdasar pendapat Al-Allamah Al-Manshurfury. Tetapi penyusun condong kepada pendapat Syaikh Shofiyurrohman Al-Mubarokfury, yang menyatakan terjadi pada masa-masa akhir di Makkah antara tahun ke-11 hingga 13 kenabian (sebelum hijroh, lihat Siroh Nabawiyah oleh Syaikh Shofiyurrohman -terjemah Al Kautsar- hal.197). Yang tidak ada perselisihan adalah kebenaran peristiwa tersebut, berdasar Al-Quran dan Al-Hadits.

Alloh ‘Azza wa Jalla menyebutkan peristiwa ini di dua tempat yakni QS.Al-Isro` (17/01) dan QS.An-Najm (53/13-18).

Adapun berdasar hadits, dapat diambil rangkaian peristiwanya sebagai berikut:

  1. Pembelahan Dada Nabi Muhammad shollalLohu ‘alayhi wa sallam.

Peristiwa penting yang terjadi sebelum “Perjalanan Malam” itu adalah dada Nabi Muhammad dibelah oleh Malaykat Jibril, jantungnya diambil dan dibasuh dengan air Zamzam. Kemudian dibawakan bejana emas yang penuh dengan hikmah dan iman, lalu dituangkan ke dada beliau, lalu Malaykat Jibril menutupnya kembali.

  1. Perjalanan Malam dari Masjid Al-Harom ke Masjid Al-Aqsho, yang disebut sebagai Isro`.

Didatangkan hewan yang disebut “Buroq”, fisiknya lebih besar dari keledai tapi lebih kecil dari bighol. Ia dilengkapi pelana dan tali kekang. Ia adalah kendaraan para Nabi, berdasar hadits “cincin tempat menambatkan hewan”, dan adanya riwayat Isroiliyat tentang Nabi Ibrohim yang menziyarohi Nabi Isma’il di Makkah dengan menunggang Buroq. Hewan itu membawa RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam dari Masjid Al-Harom ke Masjid Al-Aqsho di kota Iliya’ (Baytul Maqdis), dengan kecepatan sekali melangkah sejauh pandangan mata.

Sesampainya di sana, beliau melaksanakan sholat dua roka’at seraya meng-Imami para Nabi. Kemungkinan sholat itu adalah tahiyatul masjid (lihat Mirqotul Mafatih syarah Misykatul Mashobih oleh Mula Ali Qori atas hadits 5863).

Setelah keluar dari masjid, beliau ditawari (minum untuk pertama kalinya) dua wadah yang berisi khomr dan susu, maka beliau memilih susu. Dikatakan oleh Malaykat Jibril, “Segala puji bagi Dzat yang telah menunjuki dirimu dengan fitroh.” Disebut fitroh manusia karena bayi yang baru lahir meminum susu sebagai makanan pembukanya (lihat Mirqotul Mafatih syarah Misykatul Mashobih oleh Mula Ali Qori atas hadits 5863).

  1. Mi’roj, Perjalanan Naik ke Langit Untuk Bertemu Alloh ‘Azza wa Jalla.

Beliau shollalLohu ‘alayhi wa sallam dibawa naik oleh Jibril melewati beberapa lapis langit. Di setiap langit, Malaykat Jibril meminta agar dibukakan pintu langit lalu ia ditanya, “Siapakah yang bersamamu?” Jibril ‘alayhis salam menjawab, “Muhammad.” Penghuni langit itu pun menyambutnya.

Di langit dunia, Nabi Muhammad berjumpa dengan Nabi Adam ‘alayhis salam. Di langit kedua berjumpa dengan Nabi ‘Isa dan Yahya ‘alayhimas salam. Di langit ketiga berjumpa dengan Nabi Yusuf ‘alayhis salam. Di langit keempat berjumpa dengan Nabi Idris ‘alayhis sallam. Di langit kelima berjumpa dengan Nabi Harun ‘alayhis salam. Di langit keenam berjumpa dengan Nabi Musa ‘alayhis salam. Di langit ketujuh berjumpa dengan Nabi Ibrohim ‘alayhis salam.

Kemudian Rasulullah shollalLohu ‘alayhi wa sallam melanjutkan perjalanan naik ke Sidrotul Muntaha, lalu naik ke Baytul Ma’mur ditemani Malaykat Jibril. Setelah itu beliau ditawari (minum untuk kedua kalinya) tiga wadah yang berisi khomr, madu dan susu, maka beliau memilih susu. Maka Malaykat Jibril berkata, “Ini merupakan fithrah yang kamu dan ummatmu berada di atasnya”.

Hingga akhirnya beliau diangkat lebih tinggi lagi ke tempat dimana pena menulis, yakni pena-pena malaykat yang menuliskan apa yang diwahyukan Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Tinggi tentang urusan-urusan yang diatur-Nya, urusan alam atas dan alam bawah. Lihat rujukan.

Disinilah Alloh ‘Azza wa Jalla mewajibkan kepada Nabi Muhammad dan ummatnya untuk melaksanakan sholat 50 kali setiap hari. Beliau kembali dengan membawa perintah itu dan bertemu lagi dengan Nabi Musa. Beliau menanyakan apa perintah yang telah Nabi Muhammad terima. Setelah mendapatkan jawaban, Nabi Musa pun menceritakan kepemimpinan beliau atas Bani Isroil, dan menyuruh Nabi Muhammad untuk memohon keringanan atas perintah sholat itu.

Setiap Nabi Muhammad kembali dari hadapan Alloh guna memohon keringanan, maka setiap kali pula Nabi Musa menyuruh beliau kembali memohon keringanan kepada Alloh. Setelah berulang kali hal itu beliau lakukan, akhirnya Nabi Muhammad berkata, “Aku sudah memohon kepada Robb-ku hingga aku malu.” Dan kewajiban sholat itu pun ditetapkan dengan firman Alloh Ta’ala, “Lima (sholat) ini adalah pengganti lima puluh. Tidak ada lagi perubahan keputusan di-sisi-Ku!”

Dari riwayat-riwayat terkait Mi’raj, diketahui menggunakan fi’il majhul (kata kerja pasif), sehingga sarana yang digunakan tidak diketahui dengan jelas, sehingga Ibnu Katsir rohimahulLoh menyatakan, “Mi’râj adalah tangga. Nabi shollalLohu ‘alayhi wa sallam naik menuju langit (dan turun kembali) melalui tangga, bukan dengan Buroq sebagaimana persangkaan sebagian orang”.

Rujukan : HR.Bukhoriy 3887, 349, 4709; HR. Muslim 237; halaman web

Demikian tulisan kami, semoga bermanfa’at dan mohon koreksi bilamana ditemukan kesalahan. BarokalLohu fikum.

Catatan :

  • Sifat Buroq yang tidak bersayap dan memiliki tampilan aneka ragam, lihat rujukan.
  • Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqolani rohimahulLoh mengatakan, semua riwayat yang menjelaskan peristiwa pembedahan dada dan pengeluaran jantung beliau shollalLohu ‘alayhi wa sallam dan berbagai peristiwa luar biasa lainnya, merupakan hal-hal yang wajib diimani (diterima dengan lapang dada) tanpa berusaha mengalihkannya dari makna yang sebenarnya.
  • Imam al-Qurthubi rohimahulLoh, di dalam kitab al-Mufhim mengatakan, pengingkaran terhadap peristiwa pembedahan dada pada malam Isra` dan Mi’raj tidak perlu dihiraukan, karena orang-orang yang meriwayatkannya adalah orang-orang tsiqah (terpercaya) dan terkenal. (Fath Al-Bari, 7:205)