BismilLah.
Catatan tilawah QS. Hud 114-115 bersama Imaamul Muslimin : Ust. Yakhsyallah Mansur pada hari Selasa ba’da Shubuh tgl. 19 Shofar 1445H / 05 September 2023M di Masjid An-Nubuwwah – Natar, Lampung sbb :
– Para ikhwan agar hati-hati saat membaca ayat 114 dari surat Hud, karena tanda baca fathhah dan kasroh-nya berdekatan, pemula biasanya salah baca, yang mustinya “thorofayin” menjadi “thorofiyan”.
– Pada ayat ke-114, Alloh Ta’ala memerintahkan kita untuk mendirikan sholat pada kedua ujung siang dan sebagian permulaan malam. Sungguh kebaikan-kebaikan itu akan menghilangkan keburukan-keburukan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat Alloh.
– Kata “dzahaba” dalam bhs Arab bisa berarti : 1). Emas, 2). Lenyap, 3). Pergi. Semua arti tersebut mengandung satu makna, yakni : tanpa bekas. Mengapa Emas juga masuk dalam makna tanpa bekas? Karena menurut ahli pengetahuan alam bahwa Emas bisa hilang tanpa bekas bila dilarutkan dengan air raksa.
– Dalam kajian tanasubul ayat (keterkaitan ayat), ternyata ada hubungan antara ayat 112 dan 114, yakni agar kita bisa istiqomah (bersikap teguh) maka diperintahkanlah untuk sholat.
– Setiap tafsir Al-Quran yang mencantumkan asbab nuzul ayat ini meriwayatkan satu kisah : bahwa satu saat ada seorang shohabat yang berdagang kurma, sudah tentu dia menawarkan dagangan kepada pembeli. Lalu datanglah seorang perempuan cantik yang ingin membeli kurma tersebut. Melihat kecantikan si pembeli maka timbullah ketertarikan dalam diri si penjual. Ia pun menawarkan kurma yang lebih bagus, tapi ia sampaikan bahwa barangnya masih di rumah. Dalam perjalanan bersama pembeli menuju rumah si penjual, karena desakan syahwat, si penjual tiba2 memeluk sang pembeli. Sejenak setelah itu ia sadar dan merasa berdosa. Saat tiba waktu ‘Ashar, ia pun bergegas pergi menuju masjid untuk sholat berjama’ah bersama RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam. Ba’da sholat ‘Ashar, ia mengadukan apa yang telah dilakukannya, dan memohon agar Rosul memintakan ampunan kepada Alloh atas kesalahan tersebut. Rosul pun bertanya, apakah ia ikut sholat berjama’ah bersama beliau? Sang penjual mengiyakan, maka Rosul menjawab bahwa sholat ‘Ashar berjama’ah yang telah dilakukannya telah menghapus kesalahan tersebut.
– Kisah tsb tentu saja tidak bisa kita tiru karena beberapa alasan : 1). Sang penjual adalah shohabat yang bisa bertemu langsung dengan RosululLoh, 2). Begitu timbul rasa berdosa, ia langsung sadar dan mengadukan hal tersebut kepada RosululLoh, 3). Kisahnya menjadi sebab turun ayat Al-Quran.
– Dalam membedakan tingkat keburukan, ternyata menurut ahli bahasa, Al-Quran menggunakan kata “syarrun” sebagai puncaknya. Berbeda hal-nya dg kata “sayyiat” yang menunjukan keburukan kecil, sehingga sholat yang membuat pelakunya ingat kepada Alloh iyu dapat menghilangkan sayyiat. Sedangkan keburukan puncak hanya bisa dihilangkan dengan tawbat.
– Lalu bagaimana supaya sholat itu membuat kita ingat kepada Alloh? Adalah kenyataan bahwa kebanyakan dari kita merasa sulit untuk khusyu’. Beberapa ulama memberikan saran sbb :
- Hendaknya kita lakukan persiapan (fisik dan psikis). Sebagai permisalan, saat kita akan bertemu pejabat negara, sudah tentu kita berusaha tampil baik. Nah apalagi saat kita akan sholat, tentunya harus disiapkan dengan lebih baik.
- Hendaknya kita merasa akan menghadap Alloh yang Maha Besar.
- Melihat tempat sujud selama pelaksanaan sholat, walaupun kita berada di depan Ka’bah, hal ini sesuai sunnah RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam.
- Tidak banyak bergerak akibat godaan syaithon. Kadangkala saat memulai sholat, kita tidak merasakan apa-apa, nah tiba-tiba di tengah sholat ada saja rasa gatal di badan sehingga kita ingin garuk-garuk, sangat mungkin itu godaan syaython. Terkadang syaython sengaja meniup dubur sehingga kita merasa ragu, apakah sholat batal karena kentut atau tidak. Terkait hal tersebut, guru kami : Ust.Fadhil menyampaikan, agar kita tetap yakin bahwa sholat tidak batal kecuali saat terdengar suara kentut atau tercium baunya, dan katakan dalam hati supaya teguh : “tidak batal”.
– Mengingat Alloh dalam sholat itu adalah sepanjang kita bisa khusyu’ dalam melaksanakan-nya, maka RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam mengingatkan bahwa adakalanya seseorang yang sholat itu hanya mendapatkan 1/10, 1/9, 1/8, 1/7, 1/6, 1/5, 1/4, 1/3 dan 1/2 pahala. Kita berusaha untuk tetap khusyu’ dalam sholat walaupun mungkin terasa sulit. Mulailah berusaha khusyu’ dengan cara melazimkan ibadah menuju sholat, diantaranya menjawab adzan. Jangan sampai kita merasa sangat sibuk, sehingga Rapat (kerja) terus berjalan sementara Adzan berkumandang.
– Syaython tidak pernah berhenti untuk menggoda orang yang sholat, bahkan di saat sholat malam. Kalau pun ia bisa khusyu’ sholatnya, mungkin akan digoda supaya lupa bilangan roka’at-nya. Menghadapi hal itu RosululLoh perintahkan kita untuk memilih bilangan roka’at yang diyakini (ulama sarankan pilih yang sedikit) lalu lakukan sujud sahwi sehingga syaython jadi terhina.
– Ada 3 inti bahasan dalam ayat 114, yakni : perintah mendirikan sholat, berusaha menghilangkan keburukan (kesalahan), dan ingat kepada Alloh.
– Pada ayat ke-115, Alloh Ta’ala menyuruh agar kita shobar dalam melaksanakan sholat, dan Alloh tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.
– Dalam Al-Quran, tidak ada perintah ibadah yang diiringi perintah shobar kecuali sholat. Untuk itu kita harus selalu ingatkan seluruh anggota keluarga agar tetap mendirikan sholat, tidak boleh kita menganggap bahwa anak-anak sudah dewasa lalu mereka kita abaikan begitu saja.
– Yakinlah bahwa Alloh selalu membalas lebih banyak dari kebaikan yang kita lakukan. Setiap niyat saja, itu sudah dicatat sebagai 1 kebaikan. Bila niyah itu dilakukan maka akan dibalas dengan 10 kali kebaikan. Sebaliknya, Alloh mencatat hanya 1 keburukan bila kita benar-benar melakukan-nya, sementara niyat keburukan tidak akan dicatat. Demikian luas kasih sayang Alloh Ta’ala kepada manusia. WalLohu a’lam.
# Demikian catatan kami, semoga bermanfa’at dan mohon ma’af atas segala kekurangan yang ada