BismilLah.
Ringkasan tilawah QS.Hud ayat 103-105 bersama Imaamul Muslimin : Ustadz Yakhsyallah Mansur pada ba’da Shubuh hari Rabu 20 Syawwal 1444H/10 Mei 2023M di Masjid An-Nubuwwah, Dusun Muhajirun – Natar, Lampung sbb:
– Ayat ke-103 menunjuk kapada ayat 100-102 sebelumnya, yang menceritakan tentang siksa di Dunia sebagai gambaran bahwa ‘adzab di Akhirot pasti lebih menakutkan. Ada beberapa nama lain dari hari Qiyamat, diantaranya : yaumul ba’ats, yaumud din, yaumul hisab, dsb. Nah dalam ayat ini hari Qiyamat disebut sebagai yaumun majmu’ (dikumpulkan) dan yaumun masyhud (disaksikan).
– Pada hari itu dikumpulkan para hakim dan yang dihakimi, orang-orang zholim dan yang dizholimi. Mereka semua berkumpul bersama seluruh makhluq yang pernah hidup di Dunia. Betapa menakutkan-nya hari itu karena setiap manusia diadili dengan se-adil-adil-nya, tanpa ada pembelaan diri, dan tidak akan selesai satu pengadilan hingga semua perkara setiap makhluq telah diputuskan keadaan-nya. Sedangkan semua makhluq lainnya menyaksikan pengadilan itu.
– Lalu kapan hari Qiyamat itu akan datang? Ternyata ayat ke-104 menggambarkan keberadaannya itu “dekat”, mengapa demikian? Alloh Ta’ala firmankan sebagai “waktu yang ditentukan”, sedangkan kita tahu, bila sesuatu itu bisa dihitung berarti ia sedikit, sebaliknya bila sesuatu itu tidak bisa dihitung berarti ia banyak. Dan Alloh Ta’ala sudah menetapkan kapan waktu terjadinya, sehingga sedikit demi sedikit pasti ia akan datang.
– Sebagaimana dalam hadits Arba’iyn An-Nawawiyah (no.2), ketika RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam ditanya oleh malaykat Jibril, “Kapankah terjadinya hari Qiyamat?”, maka beliau menjawab, “Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada penanya.” Pertanyaan berikutnya, “Beritahukan kepada-ku syarat-syaratnya !” Nah, banyak penerjemah hadits yang menuliskan kalimat tanya tersebut sebagai “Beritahukan kpd-ku tanda-tandanya !”
– Lalu apa bedanya antara syarat dan tanda? Pertanyaan yang lebih mudah adalah apa beda antara syarat dan rukun dalam sholat? Coba kita perhatikan, “wudhu” itu syarat atau rukun sholat? Jawabannya : wudhu itu adalah syarat, karena ia diluar kegiatan sholat. Bedakan dengan “ruku'” ternyata itu adalah rukun, karena ia didalam kegiatan sholat. Jadi yang kita ketahui dari hadits Nabi diatas adalah syarat terjadinya hari Qiyamat, bukan tanda-tandanya. Apa syarat terjadinya hari Qiyamat?
– Nabi menjawab syaratnya ada dua : (1).Bila seorang budak wanita melahirkan tuan-nya, dan (2).Bila penggembala kambing saling berlomba mendirikan bangunan tinggi. Jawaban beliau ini menurut Ulama bukanlah makna “letterlijk” atau pengertian harfiah, seperti apa adanya yang beliau sebutkan, akan tetapi melambangkan kepada terjadinya : (1).Kerusakan moral, dan (2).Kerusakan fisik. Contoh yang bisa ambil hikmah adalah seperti saat ini, yakni maraknya kajian ke-Islam-an yang dilaksanakan di gedung-gedung tinggi kota Jakarta. Nah, bila penghuni gedung tinggi itu beriman maka jelas ia tidak memenuhi syarat dalam hadits diatas. Dan Qiyamat tidak terjadi selama ada thoifah al-manshuroh. WalLohu a’lam.
– Pada ayat ke-105, Alloh Ta’ala nyatakan di hari Qiyamat tidak seorang-pun mampu berbicara kecuali dengan idzin-Nya semata. Diantara manusia ada yang sengsara dan ada yang bahagia. Mengapa disebutkan kondisi “sengsara” lebih dahulu daripada “bahagia”? Kondisi inilah yang harus kita perhatikan sebaik-baiknya, yang akan disebutkan penjelasannya dalam ayat berikutnya 106 hingga 108.
– Lamanya hari dikumpulkan berupa pengadilan Alloh ‘Azza wa Jalla itu adalah sedemikian panjang waktunya karena semua hal diperhitungkan, dan ternyata beraneka ragam tempat manusia di padang mahsyar, bukan hanya lapangan luas nan datar seperti yang kita bayangkan. Juga beragam kondisi manusia disana, diantaranya : ada yang diam saja, ada yang sibuk bertengkar, ada yang disumbat mulutnya, ada yang diikat tangan dan kakinya, dsb.
– Imaam harapkan agar para ikhwan ada peningkatan di bulan Syawwal, setelah dilatih selama bulan Romadhon. Setidaknya ada tiga hal, yakni : (1).Peningkatan keikhlashan, karena ibadah puasa itu tidak ada orang yang tahu kecuali dirinya sendiri dan Alloh Ta’ala, maka kita terapkan ikhlash ini pada semua bentuk ibadah. (2).Peningkatan ibadah, apa yang sudah kita lakukan selama bulan Romadhon lalu agar dipertahankan, minimalnya jangan sampai ditinggalkan. (3).Peningkatan akhlaq.
# Demikian catatan kami, semoga bermanfa’at dan mohon ma’af atas segala kekurangan yang ada