Nasihat Jumadats Tsani 1444H – Unta Betina Yang Lahir Dari Sebongkah Batu

BismilLah.

Gambar Unta diatas sekedar ilustrasi, bukan mu’jizat yang dikisahkan

Assalamu’alaykum.
Tilawah QS.Hud ayat 64-68 bersama Imaamul Muslimin : Ustadz Yakhsyallah Mansur pada ba’da Shubuh hari Sabtu 07 Jumadats Tsani 1444H / 31 Desember 2022M di Masjid An-Nubuwwah, Dusun Muhajirun – Natar, Lampung sbb:

– Surat Hud termasuk firman Alloh yang menyebabkan RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam beruban, karena didalamnya dikisahkan berbagai adzab atas ummat manusia karena enggan menerima kebenaran. Salah satu siksaan Alloh yang paling berat ditimpakan kepada manusia terjadi karena inisiasi / dimulainya perbuatan homoseksual oleh kaum Nabi Luth, yang mana perbuatan buruk itu belum pernah terjadi sebelumnya. Mereka ditimpa dengan tiga macam siksaan sekaligus. Tetapi itu nanti, kali ini kita akan menyimak kisah Nabi Sholih lebih dahulu.

– Ayat 64 menceritakan adanya mu’jizat Nabi Sholih ‘alayhis salam. Pada masa itu, kaum Tsamud dikenal pandai membuat patung yang sangat mirip dengan manusia aslinya. Mungkin kepandaian seperti itu dapat kita saksikan di Museum Madame Tussaud, London-Inggris. Disana banyak tokoh dunia yang telah dibuatkan patung tiruannya. Namun sehebat-hebatnya kaum Nabi Sholih saat itu, mereka tidak dapat menghidupkan patung tersebut.

– Berdasar tafsir, dikisahkan bahwa kaum Tsamud berkumpul mengerumuni satu batu yang terpisah dari kumpulan batu lainnya. Batu itulah yang ditunjuk oleh Nabi Sholih akan melahirkan Unta Betina. Dan demikianlah Alloh Ta’ala menunjukkan lahirnya Unta Betina dari batu, dengan disaksikan langsung oleh kaumnya.

– Sebagai bukti bahwa binatang itu benar-benar hidup maka ia perlu makan dan minum, sehingga Nabi Sholih memperingatkan kaumnya agar tidak mengganggu hewan itu dengan perlakuan buruk saat ia makan-minum, yang akan menyebabkan datangnya adzab. Unta Betina itu pun hidup lama di tengah-tengah manusia, tidak hanya 1-2 hari, bahkan hingga ia tumbuh besar dan beranak.

– Ayat 65 menceritakan kelanjutan nasib Unta Betina tersebut. Setelah melahirkan seekor anak unta maka ia merasa sangat haus dan ingin minum air sebanyak-banyaknya. Kaum Tsamud pun merasa khawatir unta itu akan menghabiskan cadangan mata air mereka saat itu, sehingga mereka menyembelihnya.

– Kisah detil tentang kaum Nabi Sholih ini memang banyak diambil dari kisah Isroiliyat, karena memang masanya terjadi sebelum diutusnya Muhammad RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam. Sikap kita atas kisah Isroiliyat adalah : membenarkannya bila sesuai dengan KitabulLoh dan hadits Nabi, menolaknya ketika bertentangan dengan keduanya, atau mendiamkannya manakala kita tidak menemui keterangan apapun.

– Ternyata kekejian mereka terus berlanjut, tidak cukup dengan menyembelih unta betina mu’jizat itu, bahkan mereka membagi-bagikan dagingnya kepada seluruh penduduk. Nabi Sholih memperingatkan bahwa mereka hanya punya waktu bersuka-ria (pesta makan) selama tiga hari di rumah, sebelum datangnya adzab yang dijanjikan Alloh Ta’ala.

– Selama tiga hari itu terjadilah tanda-tanda dan rangkaian adzab. Pada hari pertama, wajah mereka yang memakan daging Unta Betina (mu’jizat Nabi Sholih) berubah warna menjadi kuning. Pada hari kedua, wajah mereka berubah menjadi merah. Dan pada hari ketiga, wajah mereka berubah menjadi hitam. Mereka yang berubah warna wajahnya itu tidak ingin keluar rumah, karena merasa malu.

– Ayat ke-66 menceritakan bahwa Alloh Ta’ala menyelamatkan Nabi Sholih dan orang-orang yg beriman bersamanya dari adzab, yakni keluar dari lingkungan kaum Tsamud.

– Ayat ke-67 menceritakan rangkaian adzab terakhir, yakni suara yang menggelegar dan menyebabkan gempa bumi, sehingga mereka mati bergelimpangan di rumah masing-masing karena tertimpa reruntuhan. Kematian mereka seluruhnya menghadirkan suasana negeri tanpa bekas, tidak nampak lagi tanda-tanda kehidupan, sebagaimana yang dinyatakan oleh ayat ke-68. Demikian kisah Nabi Sholih dan kaum Tsamud berakhir pd ayat ke-68, setelah itu pembahasan akan berlanjut kepada kisah Nabi Ibrohim. Insya Alloh.

– AlhamdulilLah kemarin Imaam dapat menyampaikan nasihat melalui Youtube, terkait sikap Ummat Islam atas hari raya non muslim. Sikap kita selaku Ummat Islam adalah :

  1. Menghormati agama mereka, dengan membiarkan mereka beribadah sesuai keyakinannya, kita tidak perlu ikut campur dalam (rangkaian) ibadah mereka.
  2. Menghormati keberadaan tempat ibadah mereka, tidak mengganggu, apalagi merusaknya.
  3. Tetap berperilaku dan berhubungan baik dengan mereka, selaku sesama manusia.

# Demikian catatan kami, semoga bermanfa’at dan mohon ma’af atas segala kekurangan yang ada.