Nasihat Robi’ul Awwal 1444H – Besarnya Kasih Sayang Alloh Ta’ala

BismilLah.

Catatan : Perhatikan bagaimana bentuk pakaian orang Islam pada saat itu, walau dalam lukisan antara th.1405-1447M. Sumber : https://commons.wikimedia.org/wiki/File:16_2-8-2005-Noahs-ark-Hafis-Abru-2.jpg

Assalamu’alaykum.
Tilawah QS.Hud ayat 41-42 bersama Imaamul Muslimin : Ust. Yakhsyallah Mansur pada ba’da Shubuh hari Sabtu, 07 Robi’ul Awwal 1444H/01 Oktober 2022M di Masjid An-Nubuwwah, Dusun Muhajirun – Natar, Lampung sbb:

– Sebelum melanjutkan kajian pagi ini, kami sampaikan bahwa tafsir Al-Quran tidak bisa memastikan (kebenarannya) karena ia berdasar keterangan ulama, berbeda (halnya) dengan bunyi ayat (Al-Quran) yang mutlak kebenarannya. Dengan demikian dalam menafsirkan ayat al-Quran mungkin saja terjadi perbedaan antara ulama satu dan lainnya.

– Sebagai contoh adalah banjir pada masa Nabi Nuh ‘alayhis salam. Para ulama berbeda pendapat sbb:

  1. Mayoritas ulama menyatakan bahwa banjir tersebut terjadi di seluruh dunia, menenggelamkan seluruh makhluq yang ada di permukaan Bumi. Buktinya adalah adanya perintah Alloh Ta’ala kepada Nabi Nuh untuk memuat segala jenis binatang di kapal besar yang dibuatnya. Juga dibuktikan dengan tingginya banjir saat itu yang melebihi gunung.
  2. Sebagian kecil ulama menyatakan bahwa banjir tersebut hanya terjadi di sekitar wilayah dakwah Nabi Nuh, karena di wilayah yang jauh mungkin saja ada sebagian manusia belum mendengar dakwah beliau. Bukti lain : adanya fosil binatang yang ditemukan pada abad modern, seperti dinosaurus dengan ukuran badan sedemikian besar, yang mungkin saja hidup di masa dahulu dan tidak terkena banjir.

– Nah karena dalam ayat al-Quran memang tidak disebutkan secara gamblang bahwa banjir melanda dunia seluruhnya maka kita serahkan kembali kepada apa yang diyakini oleh masing-masing muslim, sesuai dengan apa-apa yang diketahuinya dari keterangan ulama.

– Untuk membaca ayat 41 dan 42, kita perlu berhati-hati karena didalamnya ada bacaan ghorib atau asing, karena bacaan-nya ternyata berbeda dengan tulisan-nya. Untuk kedua ayat tersebut, kita perlu belajar langsung kepada guru, agar tahu bagaimana cara membaca ayatnya dengan benar.

– Pada ayat ke-41, dijelaskan bahwa Nabi Nuh ‘alayhis salam menyuruh orang-orang beriman untuk naik ke atas kapal dengan menyebut nama Alloh. Kalimat “bismilLah” dalam Al-Quran hanya disebut hanya di dua tempat, yakni di QS.Hud 41 ini dan QS.An-Naml 30 tentang surat Nabi Sulaiman.

– Ayat 41 ditutup dengan pernyataan Nabi Nuh bahwa : “sesungguhnya Robbi benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”, karena Alloh Ta’ala menyelamatkan beliau, para pengikutnya dan penumpang kapal dari banjir yang menenggelamkan seluruh dunia.

– Ayat 42 menggambarkan bagaimana dahsyatnya banjir saat itu. Dalam suasana yang sangat mencekam, dimana :

  • Terjadi banjir besar (yang tidak pernah terjadi sebelum dan sesudah masa Nabi Nuh),
  • Kondisi hujan deras yang masih turun dari langit,
  • Gelombang tinggi yang menyebabkan kapal terombang-ambing, ternyata Nabi Nuh ingat dan memanggil anak kesayangannya. Inilah tabiat manusia, akan ingat kepada orang yang disayanginya di saat-saat genting.

– Penggalan ayat ke-42 berikutnya menggambarkan bagaimana seruan Nabi Nuh ‘alayhis salam. Beliau memanggil dengan “ya bunayya”, yang bermakna “wahai putraku yang amat aku sayangi”, padahal anaknya berada di tempat yang jauh dari kapal. Entah bagaimana suara beliau bisa didengar oleh anaknya, sedangkan saat itu teriakan beliau berbaur dengan gemuruh suara gelombang air dan derasnya hujan? WalLohu a’lam.

– Akhir ayat 42, Nabi Nuh mengajak anak kesayangannya yang bernama Kan’an untuk segera naik ke kapal bersama orang-orang beriman, dan tidak bertahan dengan mengikuti orang-orang kafir.

# Demikian catatan kami, semoga bermanfa’at dan mohon ma’af atas segala kekurangan yang ada.