BismilLah.
Assalamu’alaykum.
Tilawah QS.Hud ayat 31-32 bersama Imaamul Muslimin : Ust. Yakhsyallah Mansur pada ba’da Shubuh hari Ahad 07 Shofar 1444H/04 September 2022M di Masjid An-Nubuwwah, Dusun Muhajirun – Natar, Lampung sbb:
– Pada ayat ke-31, Nabi Nuh ‘alayhis salam menegaskan empat bukti bahwa :
(1).Beliau tidak memiliki perbendaharaan harta Alloh (sebagai pengakuan akan adanya kemiskinan),
(2).Beliau tidak mengetahui hal yang ghaib (sebagaimana para Nabi lainnya),
(3).Beliau bukanlah malaikat (bahkan manusia yang masih memerlukan makan-minum dan berjalan di pasar),
(4).Beliau tidak menganggap bahwa orang-orang yang dipandang hina itu tidak akan mendapatkan kebaikan dari Alloh Ta’ala.
– Pernyataan beliau ke-4 diatas merupakan bantahan atas keyakinan manusia pada umumnya, yang mana mereka baru merasa yakin bila melihat bukti dengan mata kepala sendiri, maka sesiapa yang dipandang hina oleh mata mereka, akan dianggap tidak diberi kebaikan oleh Alloh Ta’ala. Padahal Alloh saja yang lebih mengetahui keadaan diri mereka, yakni para pengikut Nabi Nuh saat itu. Kebaikan itu tidaklah identik dengan kekayaan, demikian juga sebaliknya, keburukan itu tidak identik dengan kemiskinan.
– Pada ayat ke-32, para pembesar kaum Nabi Nuh menyatakan bahwa beliau telah memperpanjang masalah dengan adanya bantahan-bantahan sebelumnya. Kata “jaadaltanaa” berarti berbantah-bantahan terus, bukan sekedar satu dua kali bantahan. Selanjutnya mereka bahkan menantang datangnya ‘adzab dari Alloh Ta’ala yang telah Nabi Nuh ancamkan atas mereka.
– Penggalan akhir ayat adalah kalimat ejekan para pembesar kaum Nabi Nuh, yang melontarkan tuduhan bahwa beliau termasuk orang-orang pendusta. Setidaknya ada lima hal dalam Al-Quran yang ditimpakan oleh pembesar kaum Nabi Nuh atas beliau, yakni : (1).Beliau dianggap bodoh, (2).Beliau dianggap gila, (3).Beliau dianggap pembohong, (4).Beliau selalu diejek, (5).Beliau diancam bunuh dg rajam.
– Lalu mengapa Nabi Nuh benar-benar mendo’akan adzab kebinasaan bagi kaumnya, bahkan memohon agar ditenggelamkan semuanya tanpa menyisakan satu pun orang kafir diatas Bumi? Rangkaian QS.Nuh ayat 21-28 menjawab pertanyaan itu.
– Para pembesar kaum Nabi Nuh itulah yang memerintahkan kaum mereka untuk tidak meninggalkan penyembahan atas patung berhala. Semula kaum Nabi Nuh membuat lima patung orang-orang mulia yang sudah wafat dengan niat awal sebagai penghormatan, yakni patung-patung yang bernama : Wadd, Suwā‘, Yagūṡ, Ya‘ūq dan Nasr. Namun lambat laun justru kaum Nabi Nuh menyembah patung-patung itu sebagai sesembahan tandingan bagi Alloh Ta’ala.
– Waktu dakwah yang sangat panjang (950 tahun) diiringi perdebatan yang terus menerus menyebabkan Nabi Nuh akhirnya memenuhi tantangan orang-orang kafir, yakni mendo’akan adzab bagi mereka. Do’a beliau ini tidak bisa kita katakan sebagai sikap pendakwah yang tergesa-gesa, karena memang sungguh berat dan panjang upaya dakwah yang telah beliau jalani.
# Demikian catatan kami, semoga bermanfa’at dan mohon ma’af atas segala kekurangan yg ada.