Nasihat Muharrom 1444H – Datangilah Tempat Pencerahan Hati

BismilLah.

Assalamu’alaykum.
Tilawah QS.Hud ayat 24-27 bersama Imaamul Muslimin : Ustadz Yakhsyallah Mansur pada ba’da Shubuh hari Selasa 25 Muharrom 1444H / 23 Agustus 2022M di Masjid An-Nubuwwah, Dusun Muhajirun – Natar, Lampung sbb:

– Pada ayat ke-24, Alloh Ta’ala menyinggung adanya dua golongan, yakni orang beriman dan orang kafir. Ayat ini adalah penutup dari rangkaian ayat sebelumnya, ayat 20 s/d 22 yang berkisah tentang orang kafir dan ayat ke-23 tentang orang beriman.

– Alloh Ta’ala mengumpamakan orang kafir itu sebagai manusia yang buta dan tuli. Bilamana kita yang sehat saat ini diminta untuk memejamkan mata selama satu jam saja, untuk membayangkan bagaimana rasanya buta itu, tentu akan merasa gelisah. Nah apalagi bila ditambah dengan menutup telinga, untuk membayangkan bagaimana rasanya tuli itu, tentu makin bertambah rasa gelisahnya. Tetapi bagi orang kafir, mereka tidak merasa gelisah ketika “mata” dan “telinga” hatinya tertutup oleh kezholiman dirinya.

– Dengan adanya perumpamaan diatas, Alloh Ta’ala bertanya, “Apakah sama kedua golongan itu?” kepada diri kita. Bila kita mengaku sebagai orang beriman, tentu tidak akan mau disamakan dengan orang kafir, tetapi mengapa kebanyakan kita dalam keseharian koq sama saja perilakunya dengan orang kafir? Ketika adzan dikumandangkan, mengapa masih banyak diantara kita yang tidak mau mendatangi masjid? Coba perhatikan dengan baik : bagaimana sikap orang kafir bila mendengar adzan, apakah mereka akan mendatangi masjid? Tentu jawabannya : “Tidak!” Nah mari kita mawas diri.

– Keberadaan hadits tentang kisah shohabat ‘AbdulLoh Ibnu Ummi Maktum yang tetap diperintahkan oleh RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam untuk mendatangi masjid, perlu kita analisa bersama untuk diambil hikmahnya. Pada awalnya, shohabat yang BUTA ini meminta keringanan kepada beliau untuk tidak mendatangi masjid karena ada tiga halangan, yakni : (1).jarak rumah shohabat itu ke masjid cukup jauh, (2).merasa khawatir adanya binatang buas di perjalanan, (3).ia tidak punya teman penuntun jalan. Saat RosululLoh membolehkan, maka ia merasa lega dan ajukan idzin untuk kembali ke rumah. Namun sebelum ia jauh dari pandangan mata, ternyata dipanggil kembali oleh RosululLoh lalu ditanyakan, “Apakah engkau mendengar seruan sholat (adzan)?” Begitu ia menjawab, “Ya.” Maka RosululLoh bersabda, “Penuhilah (seruan itu).”

– Menurut logika manusia umumnya, kewajiban memenuhi seruan sholat yang diperintahkan kepada shohabat buta itu terkesan memberatkan atau membebani Ummat Islam. Tetapi harus kita ingat bahwa perintah RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam itu justru menyelamatkan shohabat buta (fisik) itu dari “buta” hati, karena dengan mendatangi masjid maka dia (dan Ummat Islam) akan disejukkan dan dicerahkan kembali hatinya dengan cahaya Alloh Ta’ala. Bila dia dibiarkan oleh RosululLoh untuk tidak hadir ke masjid, maka lambat laun hati shohabat itu akan suram (dan menuju kekafiran).

– Pada ayat ke-25, Alloh Ta’ala menceritakan tentang Nabi Nuh ‘alayhis salam yang diutus kepada kaumnya sebagai “pemberi peringatan”. Umumnya para Nabi diutus dengan dua hal, yakni sebagai “pemberi kabar gembira dan peringatan”, tetapi tidak demikian dengan Nabi Nuh.

– Nabi Nuh memang diutus diantara masa Nabi Adam dan Nabi Idris (‘alayhimas salam), yang mana ummat manusia seluruhnya beriman, tidak ada yang kafir. Saat menjelang diutusnya Nabi Nuh, manusia mulai membuat patung para ulama yang wafat. Awalnya patung-patung itu dibuat dalam rangka penghormatan, namun lambat laun ia berubah menjadi sesembahan. Demikianlah terjadinya penyimpangan aqidah ummat manusia, sebagaimana disitir pada awal ayat ke-26.

– Pada ayat ke-26, Nabi Nuh menyatakan kekhawatirannya atas adzab yang pedih bila penyimpangan tersebut terus dilakukan oleh kaumnya, dan dakwah beliau berlangsung sepanjang 950 tahun dengan hasilnya 80 orang saja yang menyatakan beriman.

– Pada ayat ke-27 dinyatakan bahwa kaumnya, melalui para pemuka (kelas atas), membantah dakwah Nabi Nuh dengan mengemukakan tiga alasan : (1).Beliau hanyalah manusia biasa, (2).Pengikut beliau adalah orang-orang yang lekas percaya, dan (3).Beliau tidak punya keutamaan apapun dibanding mereka. Dengan semua alasan itu, mereka menganggap Nabi Nuh adalah pembohong.

# Demikian ringkasan kami, semoga bermanfa’at dan mohon ma’af atas segala kekurangan yg ada.