BismilLah.
Masjid Al-Aqsho Adalah Masjid Kedua Diatas Bumi Ini
– Hal diatas berdasar hadits Abu Dzar rodhiyalLohu ‘anhu sbb:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ مَسْجِدٍ وُضِعَ أَوَّلَ؟ قَالَ: «المَسْجِدُ الحَرَامُ». قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟، قَالَ: «ثُمَّ المَسْجِدُ الأَقْصَى» قُلْتُ: كَمْ كَانَ بَيْنَهُمَا؟ قَالَ: ” أَرْبَعُونَ، ثُمَّ قَالَ: حَيْثُمَا أَدْرَكَتْكَ الصَّلاَةُ فَصَلِّ، وَالأَرْضُ لَكَ مَسْجِدٌ “
“Dari Abu Dzar rodhiyalLohu ‘anhu, ia berkata, “Aku bertanya, “Wahai RosululLoh, masjid apakah yang pertama kali diletakkan (di bumi)?” Beliau bersabda, “Al-Masjid Al-Harom”. Aku bertanya, “Lalu setelah itu?” Beliau bersabda, “Al-Masjid Al-Aqsho”. Aku bertanya, “Berapa jarak waktu antara keduanya”. Beliau bersabda, “Jarak antara keduanya adalah 40 tahun. Kemudian beliau bersabda, “Dimanapun kamu dapati (waktu) sholat, maka sholatlah, dan bumi menjadi masjid bagimu”.
[Shohih Al-Bukhoriy no.3425 (ta’liq Musthofa Al-Bagho); Musnad Ahmad no.20370;Sunan An-Nasa-i no.690; Sunan Ibnu Majah no.753; Shohih Muslim no.808; Shohih Ibnu Khuzaymah no.1290]
Apa hikmahnya?
1). Bahwa ada kata penting dalam hadits tersebut yang semestinya mendapat perhatian, yaitu : wudhi’a, yang mana salah satu maknanya adalah “diletakkan”. Makna inilah yang cocok, menurut hemat kami, untuk menjelaskan keberadaan dua masjid diatas Bumi yang berselang waktu antara keduanya selama 40 tahun.
– Mengapa dianggap kurang cocok bila kata wudhi’a dimaknai sebagai “dibangun”? Karena adanya kesulitan untuk memahami siapa orang yang membangun kedua masjid tersebut, dan masalah ini sudah dibahas panjang-lebar oleh para ahli hadits di masa Ibnul Jawzi (wafat th.1201M).
– Bila dianggap adalah Nabi Ibrohim ‘alayhis salam yang membangun Ka’bah dan Nabi Sulayman ‘alayhis salam yang membangun Baytul Maqdis, maka jarak kehidupan antara dua Nabi tersebut ternyata 1.000 tahun, jelas tidak cocok dengan hadits diatas yang menyatakan bahwa jarak antara kedua masjid adalah 40 tahun.
– Bila selang waktu 40 tahun itu dianggap sah, maka siapakah pembangun kedua masjid itu? Para ahli hadits menyampaikan berbagai pendapat dan memberikan kesimpulan bahwa :
(a). Kemungkinan besar Nabi Adam ‘alayhis salam adalah manusia yang “membangun” kedua masjid tersebut.
(b). Dan bangunan masjid yang tampak pada saat itu adalah sekedar gundukan atau kontruksi yang lebih tinggi dari tanah sekitarnya, bukan sebagaimana bangunan masjid yang kita saksikan pada zaman ini. WalLohu a’lam.
2). Bahwa Bumi dijadikan sebagai masjid bagi ummat Islam, sebagaimana pernyataan bagian akhir hadits tersebut. Konsekuensinya adalah : Muslimin bisa sholat dimana saja selama ia berada diatas Bumi, bahkan menjadikan Bumi sebagai penyuci diri manakala tidak menemukan air untuk ber-wudhu. Muslimin tidak perlu lagi bersusah-payah mencari bangunan yang dinamakan “masjid” bilamana ia kesulitan untuk menemukannya, ia cukup menggelar alas sujud dan boleh melaksanakan sholat saat itu juga. WalLohu a’lam.