Nasihat Jumadil Ula 1443H – Adakah Kenikmatan Yang Baik Terus Menerus?

BismilLah.

Assalamu’alaykum.

Tilawah QS. Hud ayat 2 s/d 5 bersama Imaamul Muslimin : Ust. Yakhsyallah Mansur, ba’da Shubuh hari Jum’at 31 Desember 2021M/27 Jumadil Ula 1443H di Masjid An-Nubuwwah, Dusun Muhajirun – Natar sbb:

– Pada awal ayat ke-2 dibicarakan tentang prinsip ibadah, yakni “agar kamu tidak menyembah selain Alloh”, artinya manusia berada dalam posisi pilihan : apakah ia akan menyembah Alloh Ta’ala atau menyembah kepada selain Alloh Ta’ala.

 – Terkait hal diatas, ada dua prinsip ibadah, yakni : (1).Taskhir
(terpaksa), dan (2).Takhyir (pilihan). Selain manusia dan jin maka berlaku
prinsip taskhir (terpaksa), sebagaimana matahari yang tidak pernah melawan
perintah Alloh Ta’ala. Matahari akan terbit (dan terbenam) pada waktu dan
tempat yang sudah ditentukan, tidak akan meleset sedikit pun. Lain halnya
dengan manusia, sudah mendengar adzan Shubuh saja belum tentu bangun dari
tidurnya untuk segera sholat, kalaupun ia mau mendirikan sholat belum tentu
pergi ke masjid untuk berjama’ah. Maka bersyukurlah bagi muslimin yang
Alloh Ta’ala telah berikan kesemangatan untuk sholat Shubuh berjama’ah
di masjid.

– Penggalan ayat ke-2 selanjutnya merupakan dasar dari dakwah agama Islam. Agak berlainan pada ayat ini justru didahului dengan kata “nadzir” (pemberi peringatan), baru kemudian “basyir” (pembawa kabar gembira). Ayat ini sekaligus menjadi tanda kenabian (nubuwwah) bagi Muhammad RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam, karena adanya kata “minhu” (daripada-Nya), yakni perintah dakwah itu sebenarnya datang dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

– Ayat ke-3 merupakan perintah Alloh Ta’ala bagi kita untuk meminta ampun lalu bertaubat, maka bedakan antara kedua hal itu. Orang yang istighfar (meminta ampunan) belum tentu mau bertaubat. Sebagai contoh : ada seseorang yang tahu bahwa perbuatan dirinya saat itu berdosa, ia pun meminta ampunan, tapi di waktu yang lain ia mengulanginya. Berlainan dengan taubat, maka ia meminta ampunan dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan dosanya.

– Lalu mengapa kita tidak pernah diberi “mata’an hasanan” (kenikmatan yang baik terus-menerus)? Karena mungkin saja pada diri kita ada kemusyrikan (awal ayat ke-2), kita tidak mau istighfar dan bertaubat (awal ayat ke-3), sehingga diturunkanlah ‘adzab, inilah tanda dari “nadzir”.

– Alloh Ta’ala telah mengatur agar alam semesta selalu memberi rizqi kepada manusia, diantaranya dengan menyediakan pasir dan air yang berlimpah. Keduanya kebanyakan datang dari gunung berapi, tapi sebagian manusia justru mengadakan acara kemusyrikan guna mensyukurinya, yang didalamnya ada ritual guna mengagung-angungkan selain Alloh Ta’ala.

– Ingatlah, bahwa di saat datang ‘adzab bencana dari Alloh Ta’ala, maka ia akan menimpa manusia seluruhnya di daerah itu, termasuk orang-orang yang baik. Merujuk pada akhir ayat ke-3, yang merasakan takut akan datangnya ‘adzab itu justru Rosul, bukan orang yang melakukan ma’shiyat. Contohnya adalah : Muhammad rosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam mendapatkan musibah (wajah dan tubuh beliau terluka) karena adanya sebagian shohabat yang berma’shiyat (pasukan pemanah yang turun dari bukit sebelum ada perintah) dalam Perang Uhud.

– Pada akhir ayat ke-3 juga ada anjuran untuk mengambil keutamaan dalam ibadah. Makin banyak keutamaan yang kita lakukan, maka makin banyak pula balasan kebaikan dari Alloh Ta’ala. Selayaknya kita terus tingkatkan kualitas dan kuantitas ibadah, sehingga kita mendapatkan keutamaan lebih daripada umumnya manusia.

– Ayat ke-4 mengingatkan manusia bahwa hanya kepada Alloh Ta’ala saja tempat kembali mereka.

– Ayat ke-5 menunjukkan bagaimana rapuhnya hati orang-orang musyrik. Mereka akan membalikkan badan (karena kata “shodrun” berarti apa-apa yang tampak oleh mata) dalam rangka bersembunyi, agar tidak mendengar dan melihat apa yang didakwahkan oleh RosululLoh. Bahkan mereka juga menyelimutkan kainnya (sebagai sarana bersembunyi), akan tetapi Alloh Maha Mengetahui apa yang tampak dan apa yang tersembunyi dari diri mereka.

# Demikian catatan kami, semoga bermanfa’at dan mohon ma’af atas segala kekurangan