Nasihat Akhir Romadhon 1442H – Dapatkan Kema’afan Alloh Ta’ala

BismilLah.

Assalamu’alaykum. 

Nasihat akhir Romadhon 1442H bersama Imaamul Muslimin : Ust.Yakhsyallah Mansur, yang disampaikan pada hari Rabu pagi tgl.23 Romadhon 1442H/05 Mei 2021M di Auditorium Muhyiddin Hamidiy, Pesantren Al-Fatah – Cileungsi, Bogor sbb:

– Mari maksimalkan ibadah kita pada 10 (sepuluh) hari akhir bulan Romadhon, sebagaimana firman Alloh Ta’ala dalam QS.Al-Baqoroh ayat 187, yang artinya “Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Alloh mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan mema’afkan kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Alloh bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka, ketika kamu beri’tikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Alloh, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Alloh menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, agar mereka bertakwa.”


(1). Imaam menganjurkan para ikhwan untuk melaksanakan ibadah I’tikaf, yang secara ringkas di-definisi-kan sebagai : tinggal di masjid untuk beribadah kepada Alloh Ta’ala (keterangan Ibnu Taimiyah rohimahulLoh). 

– Ibadah i’tikaf adalah ibadah yang sangat mulia, karena ia disebutkan langsung oleh Alloh Ta’ala dalam Al-Quran (ayat 187 diatas).

– Hal ke-2 yang menyebabkan kemuliaan i’tikaf adalah berkaitan dengan turunnya Laylatul Qodar pada 10 hari akhir bulan Romadhon.

– Imam Malik rohimahulLoh memberikan kabar : RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam telah diperlihatkan bahwa umur Ummat Islam itu lebih pendek daripada Ummat-ummat sebelumnya, yang mana mereka mencapai ratusan tahun, maka diberikanlah Laylatul Qodar oleh Alloh Ta’ala sebagai kesempatan Ummat Islam meraih umur panjang.

– Bilamana diantara Ummat Islam mendapatkan 1 (satu) kali Laylatul Qodar, maka seakan-akan ia bertambah umurnya dengan 83 tahun, artinya bila ditambahkan kepada umur dirinya saat ini, boleh jadi umurnya mencapai lebih dari 100 tahun. Apalagi bila ia berhasil mendapatkan 2 (dua) kali Laylatul Qodar, maka seakan-akan umurnya sudah ratusan tahun.

(2). Kita hendaknya serius mencari Laylatul Qodar dalam 10 hari akhir bulan Romadhon dengan melaksanakan I’tikaf, yang mana RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam bahkan mencari waktu pengganti di bulan yang lain untuk menggantikan I’tikaf beliau yang pernah terlewatkan. 

– Dlm hadits disebutkan “mengikat tali pinggang”, yakni : meningkatkan kesungguhan ibadah di waktu-waktu terakhir bulan Romadhon. RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam tidak tidur bersama istri-istri beliau pada saat I’tikaf.

(3). Mari berinteraksi lebih banyak dengan Al-Quran, karena ada 5 (lima) kemuliaan padanya, yakni:
3.1). Al-Quran diturunkan oleh semulia-mulia malaykat, yakni malaykat Jibril ‘alayhis salam
3.2). Kitab yg mulia itu diturunkan kepada semulia-mulia manusia, yakni Muhammad RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam
3.3). Al-Quran diturunkan pada waktu semulia-mulia bulan, yakni bulan Romadhon
3.4). Kitab Al-Quran adalah semulia-mulia kitab, yang menjadi mu’jizat bagi RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam, yakni tidak dapat ditiru oleh siapa pun
3.5). Al-Quran diturunkan dari Dzat yang Maha Mulia, yakni Alloh Subhanahu wa Ta’ala

(4). Hendaknya kita lantunkan do’a khusus saat menemui Laylatul Qodar, berdasar hadits berikut:
Dari ‘Aisyah –rodhiyalLohu ‘anha-, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada RosulullLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam, yaitu jika saja ada suatu hari yang aku tahu bahwa malam tersebut adalah Laylatul Qodar, lantas apa do’a yang mesti aku ucapkan?” Beliau menjawab, “Berdo’alah: Allohumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni (artinya: Ya Alloh, Engkau Maha Memberikan Ma’af dan Engkau suka memberikan ma’af, karenanya ma’afkanlah aku).” [HR. Tirmidzi no. 3513 dan Ibnu Majah no. 3850]

– Sebagian ulama menjelaskan : inilah do’a yang menyeluruh, meliputi kebaikan dunia dan akhirot. Kalau kita sudah dima’afkan oleh Alloh Ta’ala maka selesai sudah urusannya.

– Imam Ash-Showi yang men-syarah Tafsir Jalalayn mengatakan : do’a tersebut berisi permintaan ma’af kepada Alloh Ta’ala dan meminta penjagaan dari Alloh Ta’ala. Jadi tidak cukup kita hanya mohon dima’afkan, bahkan mohon dijaga juga dari kesalahan (berulangkali) setelah dima’afkan.

– Imam Ibnu Rojab al-Hanbali mengatakan : do’a tersebut meminta agar kesalahan kita dan juga bekasnya dihapuskan oleh Alloh Ta’ala, Dzat yang memiliki nama “Afuwwun”. Dan Alloh Ta’ala suka mema’afkan atas hamba-hamba-Nya yang mereka juga saling mema’afkan.

– Yahya bin Mu’adz ar-Rozi mengatakan : bila sifat ma’af adalah salah satu sifat Alloh Ta’ala, maka ketika Dia menimpakan musibah kepada para Wali Alloh, hal itu adalah dalam rangka mendapatkan kema’afan dari Alloh Ta’ala.

# Demikian catatan kami, semoga bermanfa’at dan mohon maaf atas segala kesalahan