BismilLah.
Assalamu’alaykum.
Catatan Webinar Milad MINANEWS ke-8 pada Kamis pagi, 9 Jumadil Ula 1442H/24 Desember 2020M via aplikasi Zoom.
Pembicara ke-I : Bpk. Bagus Hendraning Kobarsyih, Direktur Timur Tengah – Kementrian Luar Negeri RI
– Dukungan Indonesia terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina tidak akan berhenti, sesuai amanat konstitusi yang ada. Hal ini akan terus menjadi komitmen dari pimpinan nasional, menteri dan segenap pimpinan rakyat Indonesia.
– Kami berharap agar media MINA dapat terus berkembang, terus meluaskan jejaring kerjasamanya, terus meningkatkan produk-produk yang telah diberikan dalam bentuk informasi maupun dalam berbagai bentuk kegiatan, sehingga dapat dirasakan hasilnya oleh semua pihak, khususnya dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina.
Pembicara ke-II : Bpk. Abdul Muta’ali, Ph.D, Wakil Direktur Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia
– Banyak diantara lembaga dan pemerintah negara yang meneriakkan keadilan guna memperjuangkan kemerdekaan Palestina, tapi sedikit yang mau berjuang, berkorban, termasuk adanya kantor berita khusus terkait hal itu. Minanews adalah bagian dari yang sedikit itu. Karenanya hal ini mesti kita apresiasi, bukan sekedar ulang tahun, tapi sebetulnya sebuah upaya untuk menyemangati kita bersama. Biasanya masyarakat Indonesia tahu tentang Palestina kalau ada ekspansi militer Israel, ada peristiwa pengeboman, ada sekian orang yang meninggal, padahal tiap waktu Palestina dibombardir.
– Saya apresiasi atas 3 sikap pemerintah kita sbb:
1). Tidak terpengaruh aksi normalisasi dengan (Zionis) Israel yang sudah dilakukan oleh 4 negara, yakni : UEA, Bahrain, Sudan dan Maroko. Karena penolakan normalisasi adalah amanah Undang-Undang Dasar kita, sebagaimana dimuat dalam pembukaannya.
2). Mencoba memperkuat UN (PBB) yaitu terkait ketentuan yang sudah dibangun sejak lama, mulai dari (perjanjian) Oslo, kemudian Camp David, Two State Solution, yang semestinya (terus) dijaga, bukan dilanggar.
3). Mendorong masyarakat Internasional untuk lebih mengenal Palestina. Kita di Pusat Kajian Timteng melakukan banyak riset, khususnya di negara-negara yang Muslim-nya minoritas. Ada 20 negara di Eropa dan di Amerika, yang pernah kita survey, kita tanyakan dalam sebuah quisioner : “Tahukah Anda terkait konflik Palestina dan Israel?” Jawabannya : “70% tidak tahu.” Kita tanyakan: “Kalau Anda, kami beritahu bahwa ada negeri di muka bumi ini yg di-aneksasi (dijajah), yang tiap tahun wilayahnya semakin menyempit, dan ada masalah kemanusiaan disana, maka apa sikap Anda?” Jawabannya : “70% kami akan bela.” Maka isu Internasionalisme kemanusiaan harus diangkat oleh MINANEWS, harus diperkuat, disamping isu keagamaan, karena bagaimanapun manusia punya hati.
– Kita sulit mengharapkan Kwartet, yakni : UN (PBB), Uni Europa, Rusia, Amerika, untuk menangani masalah Palestina ini. Justru yang diharapkan adalah Indonesia, karena berdasar sejarah, yang peduli kepada Palestina itu bukan wilayah sekitar, tapi negeri yang jauh.
– Dunia Islam (negeri dengan penduduk mayoritas Muslim) saat ini yang tersisa adalah GCC (Gulf Cooperation Council – Dewan Kerjasama untuk Negara Arab di Teluk) tanpa Qatar, kemudian Turki, Indonesia dan Iran. Kebiasaan di dunia Islam adalah berpedoman, atau kuat-tidaknya negara bergantung, pada tokoh, bukan bergantung kpd sistem. Sedangkan negara-negara Inggris, Amerika, Eropa, sistem mereka sudah tetap, siapa pun pemimpinnya, tidak bisa mengubah sistem pemerintah.
– Nah sekarang, sikap kementrian luar negeri Indonesia sedang kuat. Semua pengamat Timteng segan kepada Ibu Menlu. Oleh karena itu sikap yang bagus ini harus di-lembaga-kan, agar sikap Indonesia, siapa pun Menlu-nya, siapa pun Presiden-nya, tidak berubah, terkait dukungan kepada Palestina. Dunia Islam kekurangannya di kelembagaan ini. Sebuah contoh kelemahan tersebut adalah adanya Arab Spring (pergolakan di dunia Arab) yang terus bergulir, dan kondisi perekonomian seperti hari ini, yang menyebabkan hal baru dalam sejarah bahwa Arab Saudi (kini) meminjam dana ke IMF.
– Upaya-upaya dari Indonesia khususnya, yang luar-biasa, kemudian upaya dari Kwartet melalui perjanjian-perjanjian yang dilahirkan, menjadi pertanyaan unik : sebetulnya Palestina itu kasusnya diselesaikan atau dirawat? Two State Solution (solusi dua negara, Palestina dan Israel berdampingan) dengan kondisi fakta hari ini, sebenarnya sudah (merupakan) puncak toleransi yang luar-biasa dari Palestina. Harusnya diterima oleh (Zionis) Israel, tapi kenyataannya tidak.
– Selain dunia Islam yang mencoba untuk membantu Palestina, kita masih punya tanda tanya besar terhadap pihak manapun? Artinya memang yang harus punya rasa, yang harus punya komitmen adalah Indonesia, sebagaimana yang ditulis dalam pembukaan Undang-Undang Dasar kita, walaupun disana tidak disebutkan Palestina.
– Di sisi lain, Kementerian Sosial (Zionis) Israel pada th.2014M ketika rapat dengar pendapat di gedung Knesset – Tel Aviv mengatakan bahwa negara mereka bertahan hidup dengan bersandar kepada generasi tahun 70-an. Hal itu karena generasi yang lahir di tahun 80-an, 90-an, 2000-an, sejumlah 45%-nya terinveksi HIV. Jadi ada masalah besar yang terjadi di tengah mereka.
– Kita jangan terlalu berharap banyak kepada Kwartet, tetapi dorongan untuk memperkuat informasi bahwa ada konflik di belahan dunia sana kepada masyarakat Internasional, itulah tugas yang harus dilakukan oleh Minanews. Dengan fungsi menyediakan informasi seperti itu, bahasa situs-nya mesti ditambah dengan bahasa official PBB, seperti bahasa Rusia, Spanyol dan Mandarin. Dan diluar masalah keagamaan, isu Internasionalisme kemanusiaannya perlu diangkat oleh Minanews, kalau bisa porsinya 70%.
– Ada informasi kitab suci Al-Quran, yang saya dapatkan saat mengikuti sebuah seminar dimana Grand Mufti Al-Azhar, Prof ‘Ali Jum’ah hadir. Kita tahu bahwa fatwa ulama Mesir itu cukup longgar, cukup toleran, tetapi terkait Palestina, saya sempat bertanya : “Bagaimana menurut Anda?” Beliau jawab : “Ada 2 ayat berulang, yakni QS.Al-Baqoroh 47 dan 122. Dua ayat tersebut artinya : “Kami tinggikan derajat kalian diatas bangsa-bangsa yang lain.” Ayat ini terulang hanya 2 kali saja. Sebenarnya dua ayat itu berbicara terkait kejayaan (Bani) Israel. Pertama: pada masa Nabi Yusuf, dan yang Ke-dua: pada masa sekarang ini. Jadi kondisi Israel yang dinyatakan oleh Kitab Suci, mereka pada saat ini berada di saat-saat yang genting. Karena itu mari kita perkuat barisan-barisan shof muslimin, kemudian berita-berita konflik dan kemanusiaan di Palestina. Melakukan literasi kepada masyarakat Internasional terkait konflik Palestina-Israel ini menjadi sangat penting.
Pembicara ke-III : Bpk. Fadli Zon, S.S., M.Sc., Ketua BKSAP DPR RI (2019-2024) dan Wakil Presiden Dunia untuk Al-Quds Palestina
– Catatan 4 tahun terakhir sbb:
1). Th.2017M Amerika menjadikan Yerusalem sebagai ibukota Israel, atau menguatkan dukungannya, dan memindahkan Kedutaan Besar-nya ke Yerusalem.
2). Pd Mei 2018M kita melihat pemindahan Kedubes Amerika itu direalisasikan.
3). Berikutnya penghentian donasi rutin kepada badan UN (PBB): UNRWA untuk pengungsi Palestina, yang ketika itu membuat badan PBB ini mengalami krisis keuangan.
4). Kemudian yang sangat fenomenal dan merugikan perjuangan Palestina adalah “Deal of Century” dari Donald Trup, yang hampir saja direalisasikan pada bulan Juni. Saat itu banyak sekali upaya untuk mencegahnya, saya dan kawan-kawan membuat petisi dari parlemen dunia untuk menolak realisasi “Deal of Century”.
– Kita tidak bisa bergantung pada politik luar negeri Amerika, karena kalau kita lihat dari garis kebijakan Obama dan akan diteruskan oleh Joe Biden (keduanya dari partai yang sama, Democratic Party), maka yang akan dilakukan adalah tawaran Two State Solution.
– Kita lihat politik Donald Trump yang sangat agresif dengan menjanjikan normalisasi dari sejumlah negara, termasuk yang saat ini sudah melakukannya adalah : UEA dan Bahrain. Dan mereka mencoba melakukan (upaya) normalisasi itu di Indonesia, melalui oknum-oknum tertentu. Bahkan ada pihak yang menjanjikan investasi relatif besar, walaupun menurut saya, untuk sebuah hubungan diplomatik atau normalisasi dengan Israel, hal itu sangat menghina bangsa Indonesia.
– Sikap kementrian luar negeri Indonesia sudah tepat, bahwa tidak ada rencana untuk normalisasi dan hubungan diplomatik dengan Israel. Meskipun kita sangat menyayangkan pengaktifan kembali calling visa untuk Israel, itu merupakan sebuah langkah yang mundur.
– Hubungan diplomatik dengan Israel bila dilakukan, maka akan berhadapan dengan berbagai macam masalah pemerintah, diantaranya akan berhadapan dengan konstitusi kita, karena jelas adanya perintah untuk melawan segala bentuk penjajahan. Dan apa yang terjadi di Palestina adalah sebuah bentuk penjajahan.
– Kita sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia harusnya bisa memainkan peran yang lebih penting lagi. Termasuk (peluang) Indonesia mempunyai peran dalam menyatukan faksi-faksi yang ada diantara perjuangan Palestina sendiri, baik sayap Hamas maupun sayap Fatah, karena dengan keduanya, kita punya hubungan baik.
– Konsistensi bahwa kita tetap menolak normalisasi ini patut diapresiasi, karena kalau tidak ada upaya penolakan maka akan terjadi normalisasi itu. Dan tentu kalau normalisasi dengan Israel itu dilakukan maka reaksi dari masyarakat Indonesia akan luar biasa penolakannya.
Pembicara ke-IV : Imaamul Muslimin : Ustadz Yakhsyallah Mansur, Ketua Presidium Minanews
– Istifsar ilahiyah (penjelasan dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala) bahwa pembebasan Masjid Al-Aqsho dan perjuangan rakyat Palestina pasti akan berhasil. Alloh menyatakan dalam QS. Al-Isro dan beberapa rangkaian ayat dalam surat ini, sebuah isyarat bahwa Palestina pasti terbebaskan. Bahkan ketika menafsirkan surat Al-Isro, Sayyid Quth dalam Tafsir-nya “Fi Zhilalul Quran” menyatakan bahwa ia (QS. Al-Isro) merupakan isyarat dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala tentang tumbangnya kejayaan Yahudi.
– Pada QS. Al-Isro ayat ke-5 menjelaskan bahwa Ummat Islam akan masuk ke perkampungan Yahudi, dan janji ini pasti terjadi. Walaupun para ahli tafsir isyari menyatakan bahwa kedua janji tersebut sudah terjadi. Tapi perkenankan saya, janji kedua itu, seperti yang tadi disampaikan oleh Pak Abdul Muta’ali, mungkin tidak lama lagi (terjadi). Hal ini kita lihat dari fenomena sosiologis tentang kelemahan rezim Yahudi.
– Ada 6 (enam) kelemahan rezim Yahudi sbb:
1). Sebagai negara penjajah, (Zionis) Israel kehilangan kemampuan melebur dengan bangsa lain di kawasan sekitar Palestina, sehingga sampai sekarang ia tetap menyendiri. Tidak bisa bergaul dan bergabung dengan bangsa di sekitarnya.
2). Mengalami ketimpangan demografi. Kelihatan sekali jumlah orang Palestine semakin meningkat, sementara orang Israel jumlahnya cenderung menurun. Walaupun pemerintah (Zionis) Israel memberikan subsidi kepada keluarga yang mau punya anak lebih dari 4, tapi warganya tidak mau peduli.
3). Dunia makin sadar apa yang terjadi di Timteng, dan masih banyak negara-negara yang mendukung perjuangan bangsa Palestine. Walaupun ada saja negara yang membuka hubungan diplomatik dg (Zionis) Israel, tetapi betul pemerintah Indonesia tidak terpengaruh. Dari 193 negara anggota PBB, ada 128 anggota yang tidak mengakui keabsahan (Zionis) Israel. Ini menunjukkan bahwa hati mayoritas manusia itu ada pada bangsa Palestine, bukan pada Yahudi.
4). Menurunnya jumlah tenaga Angkatan Bersenjata Israel, karena makin jarang anak muda yang mau menjadi anggota militer. Kalau pun mereka menjadi militer karena adanya program wajib militer, sehingga kelompok usia militer makin tinggi (makin tua) dan jenderal muda makin jarang ditemukan.
5). Mengalami masalah sosial dan politik yang krusial, karena 2 partai besar : Kadima dan Likud terus berselisih dan berkelanjutan, sehingga ketika mereka adakan pemilu, yang dijadikan sasaran adalah orang Palestine. Bahwa sebetulnya mereka itu lemah, sudah disebutkan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala dalam QS. Al-Hasyr 59/14.
6). Kaum Yahudi terpelajar melakukan eksodus karena mereka tidak mendapatkan kehidupan yang lebih baik, setelah sebelumnya mereka pindah ke negara Zionis Israel dengan berbagai janji (manis). Mereka kemudian (pergi) kembali ke negara-negara lain yang bisa memberikan kesejahteraan. Hanya kelompok ekstrimis dalam agama dan politik saja, yang (mana) mereka saling mengkafirkan dan saling bunuh, yang sekarang tinggal di negara Israel.
– Jadi kita yaqin bahwa perjuangan pembebasan Masjid Al-Aqsho dan perjuangan rakyat Palestine pasti berhasil. Hanya tinggal pertanyaan, apakah kemenangan itu akan diraih dalam waktu singkat atau dalam waktu lama. Sebagai seorang pejuang, semestinya tidak perlu berpikir soal waktu, karena waktu adalah milik Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Hanya memang untuk mendapatkan kemenangan itu tidak boleh ditunggu, tapi harus berjuang. Mudah-mudahan MINA ini menjadi salah satu corong untuk memperjuangkan pembebasan rakyat Palestine dan kembalinya Masjid Al-Aqsho ke tangan Ummat Islam. Dan perjuangan hanya bisa berlandaskan kepada Al-Quran sebagai pedoman hidup. Bila demikian adanya, maka saya yaqin kita mesti menang.
– Dan Alloh sudah menjanjikan dalam QS. Al-Baqoroh (ayat) 121. ‘Abdulloh bin Mas’ud dan ‘Abdulloh bin ‘Abbas rodhiyalLohu ‘anhuma, keduanya ahli Quran di kalangan para shohabat berkata, “Yang dimaksud mereka membaca dengan bacaan sebenarnya adalah mengikuti Al-Quran dengan sebenar-benarnya. Menghalalkan apa yang dihalalkan oleh Al-Quran, mengharomkan apa yang diharomkan oleh Al-Quran, tidak menyelewengkan perkataan dari tempat yang semestinya, dan tidak mentakwilkan dengan takwil yang bukan semestinya.”
– Dengan Al-Quran, kita akan terus membantu rakyat Palestine dan dengan itu (pula), insya Alloh, Masjid Al-Aqsho akan kembali ke tangan Ummat Islam. Dan mudah-mudahan kita dapat melaksanakan sholat disana bersama-sama, sholat berjama’ah. Allohu Akbar! Al-Aqsho Haqquna!
# Demikian ringkasan kami, semoga bermanfa’at dan mohon maaf atas segala kekurangan