Nasihat Shofar 1442H – Buktikan Bahwa Orang Beriman Itu Bersaudara !

BismilLah.

Taushiyah Imamul Muslimin pada hari Ahad pagi, 23 Shofar 1442H / 10 Oktober 2020M di Masjid At-Taqwa, Sidomakmur – Lampung sbb :

– Apakah para ikhwan merasa berat ikut kajian atau majlis ta’lim? Jangan sampai ada alasan untuk tidak berangkat ta’lim hanya karena jarak yang jauh dari rumah para ikhwan. Nabi saja masih saja diperintahkan untuk menuntut ilmu, contohnya Nabi Musa ‘alayhis salam. Demikian juga halnya dengan Nabi Muhammad shollalLohu ‘alayhi wa sallam yang diperintah langsung oleh Alloh Ta’ala dalam QS.Thoha 20/114.

– Nabi Musa ‘alayhis salam diperintahkan untuk berguru kepada Nabi Khodhir (atau Khidhir), yang mana sebagian Ulama mengatakan bahwa beliau hanyalah hamba Alloh yang sholih, bukan Nabi. Sedangkan jarak antara keduanya (untuk dapat bertemu) adalah perbatasan dua lautan, bahkan Nabi Musa bersedia berjalan selama 80 tahun (huquban) untuk bisa bertemu dengan gurunya! (lihat QS.Al-Kahfi 18/60)

– Penghalang menuntut ilmu itu bisa dikarenakan seseorang memiliki jabatan (kekuasaan) atau titel (keilmuan) yang ada pada dirinya sehingga ia merasa cukup dengannya.

– Kali ini kita akan membahas QS.Al-Hujurot, surat 49 ayat 10. Semestinya istilah yang pas (tepat) terkait dengan ayat ini adalah Ukhuwwah Imaniyah (karena berkaitan dengan Mukmin), bukan Ukhuwwah Islamiyah (yang berkaitan dengan Muslim). Sebagian ahli tafsir menyatakan bahwa setiap mukmin adalah muslim, tapi tidak setiap muslim adalah mukmin. Hal itu berdasar teguran dari Alloh Ta’ala dalam QS.Al-Hujurot 49/14 kepada manusia, untuk tidak mengaku-aku sebagai orang beriman, karena kebanyakan mereka baru Islam saja, sedangkan Iman belum lagi masuk ke dalam hatinya.

– Ciri orang beriman adalah : tho’at kepada Alloh Ta’ala, sehingga dapat disimpulkan mungkin saja orang-orang Islam itu bisa (merasa) bersaudara, sedangkan orang-orang beriman itu pasti bersaudara. Mengapa demikian? Kita lihat awal ayat yang dimulai dengan kata “innama”, yang dimaknai sebagai “sesungguhnya hanyalah”. Kata “innama” itu tidak bisa hanya dimaknai sebagai “sesungguhnya” (Bhs Arab : “inna”), karena kata “innama” itu bersifat membatasi (hal yang umum).

– Kita lanjutkan dengan kata “ikhwatun”. Nah dalam Al-Quran ternyata ada 2 (dua) istilah untuk menyebut persaudaraan.
(a). Disebutkan dengan kata “ikhwan” untuk menandai (istilah) saudara yg tidak satu keturunan, dan
(b). Disebutkan dengan kata “ikhwatun” untuk menandai (istilah) saudara yg satu keturunan atau sekandung.
Tetapi khusus dalam QS.Al-Hujurot ayat 10 ini Alloh Ta’a menyebutkan bahwa orang-orang beriman itu seakan-akan saudara sekandung. Nah sekarang pertanyaannya adalah : apakah kita (yang mengaku beriman) sudah seperti saudara sekandung? Maka persaudaraan dalam Islam semestinya dibangun atas dasar 2 (dua) hal, yakni : (1). Iman, (2). Dan perlakuan seperti saudara sekandung.

– Berlanjut dengan kata “sholaha”, yang arti aslinya adalah “sesuai” atau “pas”. Ketika ada sesuatu yang tidak pas, maka sudah pasti timbul masalah, sehingga diperintahkanlah oleh Alloh Ta’ala kepada kita untuk memperbaiki masalah itu. Dalam kehidupan berjama’ah bila ada masalah, maka ada pihak yang memperbaiki, yakni : Ulil Amri. Nah untuk bisa memperbaiki masalah, maka perlu ketaqwaan kepada Alloh Ta’ala, dan tidak ada kepentingan selain daripada itu. Disinilah keberadaan Jama’ah Muslimin (HizbulLoh) yang (bersifat) non politik, (karena) yang dicari hanyalah keridhoan Alloh Ta’ala semata.

– Rusaknya suatu hubungan biasanya datang dari hati, maka bila memperbaiki sebuah masalah harus dilandasi dengan taqwa kepada Alloh Ta’ala, dengan berharap mendapatkan rohmat, sebagaimana akhir ayat tersebut. Kata “rohmat” dimaknai sebagai : memberikan kebaikan kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan. Sebagai contoh adalah sifat rohmat yg ada pada seorang Ibu saat mengandung anaknya. Sang Ibu rela hamil selama 9 bulan, kemudian melahirkan dan menyusuinya, yg semua hal itu dilakukan oleh sang Ibu tanpa berharap balasan dari anaknya.

# Demikian ringkasan kami, semoga bermanfa’at dan mohon maaf atas segala kekurangan yang ada