BismilLah.
Taushiyah Imaamul Muslimin pada Kamis ba’da Shubuh, 20 Shofar 1442H / 08 Oktober 2014M di Masjid An-Nubuwwah, Kampung Al-Muhajirun, Natar – Lampung sbb:
– Saat ini Muslimin sedang dalam situasi yang sulit. Adanya wabah pandemi Covid-19 yang mendunia, ditambah situasi Nasional berupa ancaman komunisme, dan yang terbaru adalah disahkannya UU Cipta Kerja. Bagaimana kita selaku muslimin menyikapi semua hal itu? Kita perhatikan bersama firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala dalam QS.Ali ‘Imron ayat 196-197 dan ayat 200.
– Dimulai ayat ke-196, Alloh Ta’ala menyatakan kepada Muhammad RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam, agar beliau tidak terperdaya. Para ahli tafsir sepakat bahwa kalimat yang ditujukan kepada RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam pada hakekatnya adalah ditujukan kepada Ummat beliau, yakni Muslimin, sebagaimana dalam ayat-ayat lainnya. Misalnya dalam QS.Al-Baqoroh ayat 120, yang mana Alloh Ta’ala memperingatkan RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam agar tidak mengikuti godaan Yahudi dan Nashoro, walaupun mereka (Yahudi dan Nashoro) tahu persis bahwa Muhammad adalah utusan Alloh. Dan memang tidak ada Nabi yang murtad, tetapi Alloh Ta’ala tetap memperingatkan beliau, karena godaan Yahudi dan Nashoro akan menimpa Ummat beliau.
– Beliau diingatkan oleh Alloh Ta’ala agar tidak terperdaya dengan gerak-gerik, pergerakan, bolak-baliknya atau kegiatan orang-orang kafir di seluruh negeri. Jadi jangan berharap hidup kita ini tenang dan damai, tidak ada masalah, karena mereka terus saja membuat pergerakan yang menggoda dan memusuhi Ummat Islam.
– AlhamdulilLah, negeri Indonesia diberi banyak kelebihan oleh Alloh Ta’ala. Pertama : Kekayaan alam, berupa masih banyaknya SDA berlimpah yang belum digali, walaupun ada juga yang (diduga) sudah habis. Kedua : Demografi, umumnya rakyat Indonesia memiliki banyak keturunan, sehingga tenaga kerja muda nantinya akan melimpah. Sepatutnya UU Ketenagakerjaan melihat potensi ini, bagaimana calon tenaga kerja muda Indonesia di masa depan bisa diserap, bukan hanya memikirkan tenaga kerja yang sudah mapan saat ini. Ketiga : Stabilitas politik, secara umum di Indonesia tidak terjadi kudeta yang berdarah-darah seperti di negeri-negeri lainnya, walaupun ada kepala negara yang turun jabatan sebelum masanya berakhir. Semoga Alloh Ta’ala jaga negeri ini dari keburukan tersebut. Keempat : Kuantitas muslimin, diakui bahwa jumlah terbesar Ummat Islam dunia berada di negeri Indonesia ini.
– Kelanjutan ayat ke-197, bahwa pergerakan mereka itu (orang-orang kafir) adalah kesenangan sementara, selanjutnya mereka akan mati, kita juga akan mati. Tetapi mereka akan kembali ke (Neraka) Jahannam, dan Muslimin akan kembali ke (Surga) Jannah.
– Pada ayat ke-200, Alloh Ta’ala berikan jalan menuju kesuksesan. Arti kata “falah” (sebagai kata dasar tuflihun) adalah : memisahkan, dalam kamus disebutkan sebagai “memisahkan besi dengan besi”. Betapa sulitnya memisahkan satu besi menjadi dua bagian, dengan alat besi pula, maka pada saat berhasil memisahkannya, timbullah rasa puas, lega dan bahagia. Demikianlah Al-Quran menggunakan kata “falah” untuk menggambarkan kesuksesan. Dan kesuksesan itu hanya bisa dicapai dengan adanya usaha, sebagaimana filosofi memisahkan besi tadi. Kalau kesuksesan datang begitu saja, maka kita merasakan ada sesuatu yang kurang (hilang). Misalnya : seperti para santri yang lulus kemarin tanpa tes, gara-gara wabah Covid-19, maka ya rasanya jauh berbeda dengan santri yang lulus karena melewati ujian.
– Ayat ke-200 menyebutkan ada 4 (empat) hal yang harus dimiliki agar kita mendapatkan kesuksesan. Pertama : Beriman, karena hanya dengan hal inilah manusia mau menjalankan perintah Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Kedua : Ishbiruu, yakni bershobarlah. Ketiga : Shoobiruu, yakni kuatkan keshobaranmu. Nah ada sebagian ahli tafsir yang membedakan kedua hal tersebut, yakni “ishbiruu” adalah shobar untuk mengendalikan diri sendiri, sedangkan “shoobiruu” adalah shobar untuk berinteraksi dengan orang lain. Bilamana ditimbang maka “shoobiruu” lebih berat daripada “ishbiruu”, misalnya : usaha kita untuk membangunkan anak supaya sholat Shubuh, ternyata hari ini sulitnya bukan main, tetapi hari esok ya harus tetap kita bangunkan. Keempat adalah : Roobithuu, yakni waspada dan bersiap siaga.
– Dalam tafsir Ibnu Katsir, beliau membawakan banyak hadits terkait hal (ke-empat) “roobithuu” ini, sehingga dibagi dalam 2 (dua) bagian. Ayat ke-200 ini sendiri sebenarnya turun bukan pada saat terjadi peperangan, tapi pada saat damai. Maka pada bagian pertama, Ibnu Katsir membawakan hadits-hadits tentang “roobithuu” dalam kaitannya dengan sholat berjama’ah di Masjid, diantaranya bahwa ribath menghapus dosa dan meninggikan derajat seseorang. Ketika para shohabat bersedia mendengarkan apa arti ribath itu, maka RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam kabarkan bahwa ribath adalah : 1).Memperbanyak langkah menuju Masjid, 2).Menunggu waktu sholat setelah melaksanakan sholat, 3).Menyempurnakan wudhu di saat kondisi sulit (cuaca dingin, tergesa-gesa).
– Pada bagian kedua, Ibnu Katsir baru membawakan hadits-hadits tentang “roobithuu” dalam kaitannya dengan berjaga-jaga di jalan Alloh, menjaga keamanan Ummat Islam, sehingga RosululLoh sabdakan adanya dua mata yang tidak tersentuh neraka, yaitu : mata yang menangis karena takut kepada Alloh Ta’ala dan mata yang begadang untuk berjaga ketika berperang di jalan Alloh. Jadi sholat berjama’ah di Masjid dan berjaga di jalan Alloh, selayaknya kita laksanakan semua karena memang keduanya adalah makna dari ribath, bukan hanya memilih salah satu dari keduanya. Inilah bentuk ketaqwaan kepada Alloh Ta’ala.
– Pada ujung akhir ayat, Alloh Ta’ala firmankan “la’alla” yang mana kata tersebut dalam pandangan manusia bermakna : “harapan akan terjadi”, tetapi bagi Alloh Ta’ala kata tersebut bermakna : “pasti terjadi”. Sehingga “la’allakum tuflihun” itu pasti akan terjadi bilamana Ummat Islam memenuhi empat hal yang disebutkan sebelumnya.
– Kepastian kemenangan dari Alloh Ta’ala itu kita ambil hikmahnya dari Perang Khondaq, dimana parit (raksasa) yang harus digali saat itu dimensinya luar biasa, panjang parit-nya 5 km, lebar parit-nya 4,5 meter dan dalam parit-nya 3,5 meter. Terbayang bagaimana sulitnya menggali tanah diluar kota Madinah yang ternyata keras berbatu, apalagi di tengah kondisi kekurangan makanan, namun hal itu semua tidak mengendorkan semangat muslimin untuk tetap semangat menggali parit (raksasa) tersebut. Muslimin menyiapkan parit agar pasukan berkuda tidak dapat melewatinya, dan berjaga-jaga untuk menghadang pasukan musuh yang berhasil lolos menyeberangi parit.
– Yang menjadi pertanyaan : Apakah yang menyebabkan kekalahan pasukan musyrikin saat itu adalah parit? Ternyata bukan. Yang mengalahkan pasukan musyrikin adalah angin puting beliung, yang Alloh Ta’ala kirimkan guna mengusir pasukan musyrikin, sehingga mereka dalam kondisi kedinginan dan kocar-kacir, lalu kemah-kemah (perang) mereka tercerabut terbang dan menghilang, mereka pun terpaksa kembali pulang ke Makkah.
– Kita selaku Muslimin agar mendapatkan kesuksesan maka harus beriman, shobar terhadap diri sendiri, shobar berinteraksi dengan orang lain dan tetap waspada. Dan sebagai ciri ketaqwaan, kita serahkan hasil akhirnya kepada Alloh Ta’ala.
# Demikian ringkasan kami, semoga bermanfa’at dan mohon maaf atas segala kekurangan