BismilLah.
Tilawah QS. Ibrohim ayat 7 bersama Imaamul Muslimin, Ustadz Yakhsyallah Mansur hafizhohulLohu Ta’ala pada hari Kamis 18 Dzulqo’dah 1441H/9 Juli 2020M ba’da Shubuh di Masjid An-Nubuwwah, Dusun Muhajirun, Lampung sbb :
– Kata “ta-adzdzana” asalnya adalah “adzan” (sebagaimana dalam pemberitahuan sholat), kata yang berhubungan dengannya adalah “udzunayn” (dua telinga). Yakni pemberitahuan yang disampaikan ke telinga.
– Maka syarat muadzin itu harus memiliki suara yang keras dan bagus. Sedangkan tidak semua orang memiliki keduanya, sehingga muadzin itu harus dipilih, sebagaimana dipilihnya Bilal bin Robah sbg muadzin RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam.
– Dengan demikian kata “ta-adzdzana” bisa diartikan “menelingakan” atau sengaja memasukkan pemberitahuan langsung ke telinga Bani Isroil, sesuai maksud semula ayat ini. Mengapa digunakan kata tersebut? Penyebabnya : karena Bani Isroil itu bebal (bandel bukan main) sehingga harus diberitahu langsung ke telinga mereka, tidak cukup diberikan seruan umum, seperti halnya adzan.
– Apa yang diberitahukan Alloh Ta’ala kepada Bani Isroil? Ternyata ada 2 hal sbb:
A). Yang pertama : bila mereka bersyukur, Alloh berfirman “la-azidannakum” yang bermakna kepastian tambahan nikmat. Yakni ditambah nikmat lagi, tanpa mengurangi nikmat yang sudah mereka terima.
– Penegasan kepastian tersebut bahkan diperkuat dengan ungkapan “Aku (Alloh) sendiri” yang akan memberi tambahan nikmat itu. Pada lain ayat, Alloh berfirman dengan menggunakan kata ganti “Kami”, yakni memerintahkan kepada utusan-Nya untuk melakukan hal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Alloh bersungguh-sungguh menyatakan pemberitahuan itu.
– Contoh di Pesantren : bila ada pengumuman yang diberitahukan melalui pengeras suara, tentu dimaksudkan agar terdengar oleh seluruh santri. Tetapi bila hal itu dianggap tidak memadai, maka pengumuman itu harus dimasukkan ke telinga santri satu per satu. Demikianlah gambaran bagaimana bebal-nya Bani Isroil. Tetapi kita perlu ingat bahwa ayat ini juga ditujukan kepada Muslimin, agar tidak bebal seperti mereka…
B). Yang kedua : bila mereka ingkar maka Alloh mengancam dengan adzab-Nya, tetapi kali ini tidak menggunakan kata kepastian, misalnya “la-u’adzdzibannakum”, sebagaimana poin (A) pertama. Maknanya bahwa Alloh Maha luas rohmat-Nya.
– Kita lihat adanya adab menasihati dalam ayat ini, bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala mendahulukan kabar gembira sebelum memberikan kabar siksa. Semestinya adab ini juga yang kita teladani saat memberikan nasihat, yakni jangan mendahulukan keburukan atau ancaman, tapi dahulukanlah hal kebaikan atau kegembiraan.
– Umumnya ada 2 kesalahan kita saat membaca ayat ini : (1). Bacaan “wa idz” yang semestinya ditahan dulu supaya tidak lebur dengan kata berikutnya, yakni “ta-adzdzana”. (2). Bacaan “‘adzabiy” itu panjang akhirnya karena ada huruf “ya` sukun” setelah huruf “ba`”.
# Demikian ringkasan kami, semoga bermanfa’at & mohon maaf atas segala kekurangan