Catatan Sya’ban 1441H – Mungkinkah Tho’un Itu Rohmat?

BismilLah.

Assalamu’alaykum. Catatan kajian bersama Syaikh Mahmud & Ustadz Muflihuddin (penerjemah) pada Jum’at ba’da Shubuh tgl.16 Sya’ban 1441H/10 April 2020M di Masjid An-Nubuwwah, Natar – Lampung sbb :

– Para ulama Islam telah banyak menuliskan hal tentang wabah dan tho’un, tetapi -quddarulLoh- muslimin saat ini jarang yang memperhatikan, menelaah dan merujuk pada tulisan tersebut.

– Ada dua pendapat ulama tentang kapan, dimana dan mengapa thoo’uun dan wabaa` terjadi, yakni :

Pendapat pertama : Berdasar QS.Al-Baqoroh 2/59, yang mana terjadi pada Bani Isroil (ummat Nabi Musa) akibat penentangan mereka saat diperintahkan untuk memasuki Filasthin (di negeri Syam). Dalam ayat dinyatakan “fa ‘anzalnaa ‘alalladzina zholamuw rijzan minas samaa`i bimaa kaanuw yafsuquun”, yang artinya “Maka Kami turunkan malapetaka -rijzan- dari langit kepada orang-orang yang zalim itu, karena mereka (selalu) berbuat fasik”. Berkata Imam Sya’bi : ar-rijzu adalah thoo’uun atau hawa dingin. Dan berkata Sa’id bin Jubayr : itulah thoo’uun, yakni penyakit.

Pendapat kedua : Berdasar QS.Al-A’rof 7/134, yang artinya “Dan ketika mereka ditimpa adzab -ar rijzu-, mereka pun berkata, “Wahai Musa! Mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu sesuai dengan janji-Nya kepadamu. Jika engkau dapat menghilangkan adzab itu dari kami, niscaya kami akan beriman kepadamu dan pasti akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu.” Tetapi sebagian besar ulama mengatakan rizjun pada ayat tersebut bukanlah penyakit, tetapi bala` (bencana) secara umum, yakni : tufan (angin), belalang, kutu, katak dan darah. WalLohu a’lam.

– Awalnya thoo’uun adalah ‘adzab atas kaum yang mema’shiyati dan menentang agama Alloh Ta’ala, sebagaimana dalam tafsir Ibnu Katsir (1/278) dan Ath-Thobari (2/116). Diantaranya berdasar hadits dari Sa’id bin Malik dan Usamah bin Zayd dan Khuzaymah bin Tsabit rodhiyalLohu ‘anhum, bersabda RosululLohi shollalLohu ‘alayhi wa sallam : “Thoo’uun adalah malapetaka -rijzu-, adzab yang ditimpakan dengannya kepada sesiapa yang (hidup) sebelum kamu.”

– Kita selaku muslimin tidak serta merta menghukumi apakah thoo’uun itu baik atau buruk, sebelum melihat bagaimana syari’at menjelaskannya.

– Apakah tho’un itu baik atau buruk berdasar aqidah Islam yg benar? Salah satu hadits yang mendasari kesimpulan ttg hal itu adalah dari ‘Aisyah rodhiyalLohu ‘anha, istri Nabi shollalLohu ‘alayhi wa sallam berkata, “Aku pernah bertanya kepada RosululLohi shollalLohu ‘alayhi wa sallam tentang masalah thoo’uun, lalu beliau mengabarkan kepadaku bahwa thoo’uun adalah sejenis malapetaka yang Alloh kirim kepada siapa yang Dia kehendaki, dan sesungguhnya Alloh menjadikan hal itu sebagai rohmat bagi kaum mukminin (yang beriman), dan tidak ada seorangpun yang menderita thoo’uun lalu dia bertahan di tempat tinggalnya dengan shobar dan mengharapkan pahala, dan mengetahui bahwa dia tidak terkena musibah melainkan karena Alloh telah menetapkan (taqdir) baginya, maka dia pasti mendapatkan pahala seperti orang yang syahid”. (HR.Bukhori 215)

– Berkata Ibnu Bathol dalam syarah atas hadits Shohih Bukhori diatas : hadits ini seperti perkataan (thoo’uun adalah persaksian, dan yang terkena thoo’uun adalah syahid) bahwasanya siapa yang shobar atasnya dengan mengharap pahala dari Alloh, mengetahui bahwa tidak akan mengenai mushibah kecuali apa yang ditetapkan Alloh atasnya, maka dengan hal itu shohabat (RosululLoh yang bernama) Mu’adz bin Jabal rodhiyalLohu ‘anhu berkeinginan bahwa dia mati didalamnya (thoo’uun) karena dia akan mendapatkan pahala syahid. Adapun sesiapa yang khawatir (ketakutan) dari thoo’uun dan membencinya maka bukanlah termasuk makna hadits tersebut.

– Bagi kafirin atau munafiqin maka thoo’uun adalah ‘adzab. Namun bagi mukminin atau muslimin maka thoo’uun adalah rohmat (penghapus dosa) dan mendapatkan syahid fi sabililLah.

# Demikian catatan kami, semoga bermanfa’at dan mohon maaf atas segala kekurangan.