BismilLah.
Assalamu’alaykum.
Tilawah QS.Ibrohim ayat 1-2 bersama Imaamul Muslimin pada hari Kamis ba’da Shubuh, 12 Jumadal Akhiroh 1441H/06 Pebruari 2020M di Masjid An-Nubuwwah, Dusun Al-Muhajirun, Lampung sbb:
– Ayat ke-1 dimulai dengan “fawatihus suwar” yakni pembukaan surat berupa beberapa huruf hijaiyah. Fawatihus suwar ini termasuk ayat mutasyabihat, hanya Alloh Ta’ala yang mengetahui maknanya.
– Lalu disebut lafazh “anzalnaahu”, bukan “nazzalnaahu”. Sepintas dalam penerjemahan Bhs.Indonesia artinya sama, tetapi yang dimaksud sebenarnya berbeda. Bila “anzalnaahu” berarti Al-Quran diturunkan sekaligus dari Lauhul Mahfuzh ke langit dunia, sdgkan “nazzalnaahu” berarti Al-Quran diturunkan dari langit dunia kepada RosululLoh secara berangsur-angsur.
– Disebut “an-naas” yakni bhw Al-Quran didakwahkan kepada manusia seluruhnya, bukan kepada sebagian manusia saja.
– Disebut “minazh zhulumaat ilan nuur”, dimana lafazh “zhulumat” berbentuk jamak (banyak), sementara lafazh “nuur” berbentuk tunggal (satu). Hal ini karena kegelapan (keburukan) itu banyak, sementara cahaya (kebaikan) itu hanya satu.
– Dengan Al-Quran maka manusia akan mendapatkan cahaya. Sehingga siapa pun yang tidak berpegang dengan Al-Quran maka ia akan berada dalam salah satu atau banyak kegelapan, yakni menjadikan dirinya termasuk orang-orang bodoh, walaupun menyandang berbagai gelar kenamaan di dunia ini.
– Disebut “bi idzni” yang artinya “dengan izin”, tetapi janganlah dipahami sebagaimana layaknya izin antara manusia. Pemahaman kata “idzin” sebenarnya ada hubungan dengan “udzun” (telinga), karena idzin itu baru diperoleh bilamana udzun (telinga) telah mendengar alasan orang yang meminta idzin.
– Dalam syari’at Islam, siapa yang meminta idzin kepada pimpinan (ulil amri), maka hendaknya ia diberi idzin. Bilamana idzin yang ia peroleh ternyata disalah-gunakan, maka kesalahan itu adalah urusan orang yang menyalah-gunakan idzin tersebut dengan Alloh Ta’ala.
– Disebut “bi idzni robbihim” bermakna 3 hal, yaitu :
1). *Perhatian* Kholiq (Pencipta) kepada makhluq (ciptaan)
2). *Pemberian* Tuhan kepada hamba-Nya
3). *Kasih sayang* Robb (Pengasuh) semesta kepada manusia.
– Jadi Al-Quran itu diturunkan Alloh Ta’ala kepada manusia tanpa diminta lebih dahulu, tidak sebagaimana lazimnya idzin diantara manusia.
– Disebut “ila siroth” yakni kepada jalan yang kita, selaku muslimin, selalu memintanya setiap kali melaksanakan sholat.
– Disebut “al-‘aziz al-hamid” yakni Alloh Yang Maha Perkasa dan Maha Terpuji. Bila muslimin ingin diberikan kekuatan yang perkasa dan kedudukan yang terpuji, maka berpeganglah pada Al-Quran. Kelemahan dan kehinaan yang muslimin rasakan saat ini, karena belum cukup perhatian dan amalan diatas petunjuk Al-Quran.
– Ayat ke-2 menjelaskan bahwa hanyalah Alloh pemilik langit (disebut dalam bentuk jama’) dan bumi (disebut dalam bentuk tunggal).
– Lalu disebut “samawaati” yakni bentuk jama’, karena langit itu ada di setiap planet sehingga jumlahnya banyak. Sedangkan “ardhi” disebut dengan bentuk tunggal karena planet yang bisa ditempati oleh manusia memang hanya satu, yakni : bumi.
– Disebut “wawaylun” yang diartikan celaka, ada juga yang mengartikan binasa, bahkan diartikan hancur, dikarenakan orang-orang “kafir” (yang menutup hati dari petunjuk Alloh) mendapatkan adzab yang keras.
# Demikian ringkasan kami, semoga bermanfa’at dan mohon ma’af atas segala kekurangan yang ada