BismilLah.
Assalamu’alaykum.
Tilawah QS.Al-Isro` 103-104 ba’da Shubuh hari Sabtu, 03 Robi’uts Tsani 1441H/30 Nop 2019 bersama Imaamul Muslimin di Masjid An-Nubuwwah, Dusun Al-Muhajirun – Lampung sbb:
– Ayat 103 menyatakan bahwa Fir’aun ingin mengusir Bani Isroil dari “ardhi” (bumi), yakni bumi Mesir. Pada ayat 104 pun disebut kata “ardho” (bumi), lalu apakah keduanya menunjukkan hal yang sama atau hal yang berbeda? Maka inilah penting nya kitab tafsir bagi kita yang awam.
– Para ahli tafsir telah membaca dan mempelajari semua ayat sehingga mereka dapat menghubungkan satu ayat dengan ayat yang lain, dan dapat memahami apa kandungan suatu ayat walaupun kata-katanya sama.
– Semula Fir’aun selalu mengawasi Bani Isroil dan ingin mengusir seluruhnya dari bumi Mesir, tapi Alloh Ta’ala taqdirkan mereka berhasil melarikan diri lebih dahulu, sehingga terjadi kejar-mengejar antara Bani Isroil dan Fir’aun bersama pasukannya.
– Secara akal, lari dari musuh itu berarti kalah. Tapi larinya Bani Isroil dari Fir’aun adalah atas perintah Nabi (yang asalnya adalah petunjuk Alloh) sehingga mereka justru mendapatkan kemenangan. Karena mengikuti perintah Alloh, maka lari dari musuh saja itu sudah menang.
– Inilah skenario Alloh Ta’ala yang seringkali tidak dipahami oleh kebanyakan manusia, termasuk Fir’aun (yang mengaku dirinya adalah tuhan), sehingga dia memimpin sendiri pasukannya dalam pengejaran Bani Isroil.
– Ketika itu Bani Isroil berada dalam kondisi terjepit, di depan mereka terhampar Laut Merah, sementara di belakang mereka Fir’aun bersama pasukannya terus makin mendekat. Bani Isroil berada dalam ketakutan. Atas perintah Alloh Ta’ala, maka Nabi Musa memukulkan tongkatnya sehingga terbelahlah Laut Merah, dan menyeberanglah Bani Isroil.
– Sesampai Bani Isroil di tepian seberang Laut Merah, ternyata Fir’aun bersama pasukannya terus saja mengejar, tanpa mereka sadari ternyata posisinya tepat berada di tengah laut yang terbelah. Lalu Alloh Ta’ala tenggelamkan Fir’aun bersama pasukan seluruhnya, sudah pasti dengan perhitungan akurat, sehingga tidak tersisa satu orang pun, kecuali mayat Fir’aun yang sengaja Alloh Ta’ala lemparkan ke daratan sebagai bukti peristiwa tersebut kepada manusia setelahnya.
– Ayat 104 menyatakan bahwa Alloh Ta’ala memerintahkan Bani Isroil untuk tinggal di negeri ini (Filasthin), artinya negeri itu bukan diwariskan kepada Bani Isroil (sebagaimana yang mereka klaim saat ini), tapi karena adanya perintah Alloh untuk tinggal disitu.
– Perintah untuk tinggal di.negeri Palestine pun ternyata penuh ujian, karena Bani Isroil dikenal memiliki sifat degil. Mereka minta dibuatkan tuhan yang kelihatan : yakni patung untuk disembah, mereka meminta makanan dari langit, mereka meminta sumber air minum, dan sebagainya. Akhirnya mereka melewati masa 40 tahun hanya berputar-putar di Padang Tih, tanpa tahu arah dan tidak bisa masuk ke negeri Palestina.
– Nabi Musa ‘alayhis salam wafat sebelum masuk negeri Palestine, setelah wafatnya Nabi Harun ‘alayhis salam. Bani Isroil baru berhasil masuk negeri Palestine setelah dibersihkan generasi mereka dari orang-orang yang fasiq, dan saat itu dibimbing oleh Nabi Yusya` bin Nun ‘alayhis salam.
– Pada akhir ayat dinyatakan bahwa Bani Isroil menjelang Qiyamat akan bercampur baur. Orang-orang (yang mengaku sebagai) Bani Isroil akan datang dari segala penjuru dan berkumpul menuju Filasthin.
– Sebagaimana telah menjadi kenyataan saat ini, awalnya mereka datang dari Eropa, lalu disusul dari Amerika, lalu Asia bahkan datang juga dari Afrika.
# Demikian ringkasan kami, semoga bermanfa’at & mohon maaf atas segala kekurangan.