BismilLah.
Assalamu’alaykum.
Tilawah QS.Al-Isro 101-102 ba’da Shubuh hari Kamis, 01 Robi’uts Tsani 1441H/28 Nop 2019M bersama Imaamul Muslimin di Masjid An-Nubuwwah, Dusun Al-Muhajirun, Lampung sbb:
– Kita kembali membahas QS. Al-Isro, satu diantara lima surat, yang menerangkan kelebihan dari ibadah khas orang Islam yg ikhlash, yang tidak dapat ditiru oleh orang munafiq dan orang kafir.
– Mungkin sebagian besar ibadah orang Islam dapat ditiru oleh orang munafiq dan orang kafir. Ibadah sholat (wajib) bisa ditiru, ibadah puasa (wajib) bisa ditiru, ibadah zakat bisa ditiru, ibadah hajj pun bisa ditiru. Bahkan Christiaan Snouck Hurgronje (orientalis Belanda antek penjajah) mau mengorbankan “burung” nya untuk di-sunat agar diakui sebagai muslim dan bisa pergi hajji.
– Tapi ada satu-satunya ibadah orang Islam yang tidak bisa ditiru oleh orang munafiq dan orang kafir, yakni : sholat tahajud. Siapa diantara orang Islam yang tidak pernah sholat tahajud, maka tanyakan pada diri sendiri ke-Islam-an nya.
– RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam pernah menasehati ‘Abdulloh bin ‘Umar, yang dikenal kebaikan akhlaq dan banyak ibadahnya di kalangan shohabat, bahwa ia bisa menjadi pribadi yang lebih baik kalau melazimkan sholat malam.
– Dalam mempelajari Al-Quran, kita memerlukan penjelasan para Ulama, diantaranya ahli Tafsir. Mereka telah mengusahakan sekuat tenaga, apa yang mereka mampu dalam usaha mengungkapkan kandungan ayat-ayat Al-Quran yg dahsyat. Tetapi ilmu manusia ternyata hanya bisa menjangkau permukaan saja, tidak lebih.
– Ayat 101 menyatakan bahwa ada 9 ayat (mu’jizat) yang diberikan Alloh Ta’ala dalam rangka menguatkan kebenaran da’wah Nabi Musa ‘alayhis salam kepada Fir’aun.
– Adapun 5 mu’jizat termaktub dalam QS. Al-A’rof 133, yakni : tufan (angin), belalang, kutu, katak dan darah. Lalu tangan yang bercahaya (lihat QS. Al-A’rof 108), tongkat (lihat QS. An-Naml 10), masa tiada penghasilan dan masa kekurangan buah.
– Tetapi dengan datangnya semua mu’jizat, yang tidak dapat dihilangkan kecuali dengan do’a-nya Nabi Musa ‘alayhis salam, ternyata Fir’aun tetap menolak da’wah beliau, dengan mengatakan bahwa semua itu adalah sihir.
– Perkataan Fir’aun sebagai penguasa tunggal, dengan “asas tunggal” : (dimana ia) mengaku sebagai tuhan, telah menolak kebenaran dan menunjukkan sikap penguasa yang sudah terdesak, sehingga menyebabkan bicaranya ngawur.
– Secara logika, Fir’aun yang mengangkat Musa sebagai anak, tahu persis bagaimana Musa saat kecil hingga remaja, yang mana ia tidak pernah belajar sihir. Lalu bagaimana tiba-tiba ia mampu mengalahkan para penyihir (yang dikumpulkan untuk bertanding)?
– Ayat 102 menyatakan jawaban tegas Nabi Musa ‘alayhis salam, yang tidak membantah (Fir’aun) berdasar logika bahwa beliau belum pernah belajar sihir, tetapi langsung menjawab dari sisi aqidah. Maknanya demikianlah Alloh Ta’ala telah membimbing beliau dengan wahyu, bukan ro’yu (bukan buah pikiran manusia, bukan siasat politik, bukan untuk memperebutkan kursi kekuasaan)
– Beliau ‘alayhis salam menukas bahwa Fir’aun tahu persis (laqod ‘alimta) semua mu’jizat itu datang dari Robb langit dan bumi, yang sangat tidak mungkin manusia mampu melakukannya. Hal itu berdasar bukti nyata bahwa penduduk Mesir tidak sanggup menghilangkan semua cobaan mu’jizat itu.
– Dalam ayat 102, “langit” disebut dengan bentuk jama’ (banyak), sedangkan “bumi” disebut dengan bentuk mufrod (tunggal). Hal tersebut adalah karena di langit banyak terdapat benda-benda langit (selain bumi), dengan dimensi jauh lebih besar dan jauh lebih luas daripada apa yang mampu dilihat oleh manusia.
– Sedangkan bumi, hanyalah satu-satunya benda langit yang bisa ditempati oleh manusia.
– Dialog ditutup dengan jawaban Nabi Musa bahwa Fir’aun akan binasa, karena ia mencelakakan diri sendiri dan para pengikut nya.
# Demikian ringkasan kami, semoga bermanfa’at & mohon maaf atas segala kekurangan.