Nasihat Dzulqo’dah 1440H – Memuliakan Adab Dalam Menimba Ilmu

BismilLah.

Assalamu’alaykum.
Kajian kitab Ta’lim Muta’allim (hal. 67-74) bersama Imaamul Muslimin pada Kamis pagi, 30 Dzulqo’dah 1440H / 1 Agustus 2019M di Maktab Aam Cileungsi – Bogor sbb:

– Kitab ini telah berusia ratusan tahun, ditulis oleh Syaikh Az-Zarnuji dan dipergunakan sebagai kitab rujukan dalam hal adab di banyak Pesantren Salaf.
– Salah satu syair yg beliau tulis adalah:
“Sesungguhnya guru dan dokter itu, keduanya
Tidak akan memberikan nasihat jika tak dihormati
Tahanlah sakitmu jika kamu kasar terhadap dokter
Dan nikmatilah kebodohanmu jika kamu kasar terhadap guru”.

– Penghormatan seorang Syaikh di kota Bukhoro atas gurunya adalah dengan cara (berulang kali) berdiri di tengah-tengah bahasan majlis ta’allum tatkala melihat anak sang guru mendekati majlis tersebut (dari sinilah muncul istilah “Gus” sebagai panggilan kehormatan khas putra seorang Kyai)

– Suatu ketika Kholifah Harun Ar-Rosyid menemui seorang guru, ternyata dijumpai olehnya sang anak Kholifah sedang mengucurkan air dengan dua tangan untuk wudhu gurunya. Kholifah menegur sang guru, “Aku titipkan anakku kepadamu agar engkau ajarkan Ilmu dan adab. Lalu mengapa engkau tidak menyuruh dia, agar mengucurkan air dengan satu tangan dan membilas kakimu dengan tangannya yang lain?”

– Seorang Syaikh menuturkan kisah bahwa di masa mudanya ia suka bersuci saat menimba Ilmu. Sampai suatu kali ia sakit perut sehingga harus mengulangi wudhunya 17 kali dalam satu majlis Ilmu (hal ini dipahami sebagai menguatkan cahaya dengan cahaya, cahaya ilmu dikuatkan dengan cahaya wudhu).

– Penimba ilmu agar tidak bosan dengan suatu pelajaran, walau sudah 1.000 kali diulangi. Bila perhatiannya atas pelajaran (Dienul Islam) yang ke sekian kali kurang perhatian sebagaimana hal nya saat pertama kali pelajaran ia terima, maka ia telah kurang adabnya (terhadap ilmu).

– Adab untuk tidak menjulurkan kaki ke arah kitab, gerakan menjulurkan kaki sendiri dinilai kurang adab bila dilakukan dalam suatu majlis. Dan termasuk adab (mulia) adalah tidak meletakkan barang lain diatas suatu kitab, atau menumpuk satu kitab di atas kitab yang lain.

– Konsep pendidikan adab dalam kitab yang ditulis ini, ternyata bukan hanya sekedar teori, bahkan beliau (penulis) sengaja menukil dan menyandarkan pada praktek para salafush sholih di masanya. Dan kitab ini terus dikaji dan diteliti oleh para ilmuwan.

– Jangan dipertentangkan antara pengajaran adab dalam kitab ini dengan tinjauan hukum Islam (fiqhiyah), karena yang dibahas (dalam kitab ini) adalah keutamaan pengajar dan penimba ilmu. Kalau pun dirunut berdasarkan sunnah maka tetap ada benang merahnya, atau jelas saling terkait antara adab yang diajarkan dan sunnah yang berlaku pada masa salafush sholih.

# Demikian ringkasan kami, semoga bermanfaat dan mohon maaf atas segala kekurangan