BismilLah.
Assalamu’alaykum.
Kajian ba’da Shubuh hari Senin, 22 Romadhon 1440H/ 27 Mei 2019M bersama Ust.Muflihuddin di Masjid An-Nubuwwah, Kampung Al-Muhajirun sbb:
– Tauhid : meng-Esa-kan Alloh dengan cara beribadah hanya kepada-Nya
– Kita benci pada kemusyrikan yang menempel pada diri seseorang, bukan benci orangnya
– Menurut Aswaja : sifat Alloh adalah kekhususan bagi diri-Nya. Bila dalam hadits disebutkan adanya kedua tangan Alloh, maka sudah tentu tidaklah sama dengan tangan makhluq ciptaan-Nya. Ada pula disebutkan wajah, kaki bagi Alloh Ta’ala.
– Aswaja meyakini bahwa : sifat Alloh tidak bisa kita lihat, tidak bisa bayangkan, tidak bisa kita setarakan dengan sesuatu.
– Bahkan sebagian makhluq Alloh ada yang tidak bisa dilihat oleh manusia (ghoib).
– Istiwa adalah maklum (diketahui), adapun bagaimananya adalah majhul (tidak diketahui), meyakininya adalah wajib, sedangkan menanyakannya adalah bid’ah.
– Kita dilarang menghilangkan arti Asma Alloh sepenuhnya, atau mengubah arti kepada yang lain, atau menyerupakan dengan makhluq.
– Aswaja : menetapkan sifat seperti apa yang telah Alloh tetapkan, dan menafikan seperti apa yang telah Alloh nafikan.
– Merupakan bagian dari rububiyah Alloh, bahwa apa pun yang dilakukan oleh makhluq tidaklah lepas dari pengaturan Alloh Ta’ala.
– Tawassul yg masyru’ (sesuai syariat) adalah dengan amal sholih kita, sebagai wasilah untuk mendekatkan diri kepada Alloh. Boleh juga tawassul dengan do’a orang lain yang masih hidup, walaupun ia jauh jaraknya dari kita.
– Sedangkan tawassul yang mamnu’ (dilarang) adalah meminta do’a dari orang yang telah wafat, demikian juga do’a kepada orang yang hidup ketika permintaannya tidak mungkin dikabulkan kecuali oleh Alloh Ta’ala.
– Adapun tawassul kepada dzat Rosul saat beliau hidup adalah kekhususan, maka sebagian shohabat mengambil wasilah dengan bekas air wudhu, kain baju, rontokan rambut beliau dan benda-benda milik beliau, shollalLohu ‘alayhi wa sallam.
# Demikian ringkasan kami, semoga bermanfaat dan mohon maaf atas segala kekurangan