BAQO-I Artikel ke-13 – Terbebasnya Masjid Al-Aqsho Pertama Kali

BismilLah.

Artikel ke-13

– Kajian kali ini : “Bagaimana Kondisi Masjid Al-Aqsho Saat Dibebaskan Pertama Kali Oleh Muslimin?”

– Masjid Al-Aqsho yang hancur tidaklah dibangun kembali oleh Bangsa Romawi sebagai penguasa Jerusalem dan pemeluk Agama Kristen saat itu. Mereka justru membangun bangunan suci lain, yakni Gereja Kebangkitan (Church of Holy Sepulcher), di tempat yang dipercaya sebagai tempat penyaliban Yesus Kristus.

– Peristiwa Isro’ dan Mi’roj terjadi setelah RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam kehilangan dua orang terkasih pendukung dakwah beliau, yakni istri beliau, Khodijah binti Khuwaylid dan paman beliau, Abu Tholib. Keduanya wafat pada masa yang berdekatan sehingga tahun itu disebut sebagai Tahun Kesedihan (‘Aam Al-Huzn).

– QuddarulLoh, kota Baytul Maqdis atau Iliya (Aelia Capitolina) baru berhasil dibebaskan oleh Kholifah ‘Umar bin Khoththob pada th.636M atau 638M, setelah dilakukan pengepungan beberapa bulan oleh pasukan Muslimin dibawah pimpinan Abu Ubaydah ‘Amir bin Al-Jarroh.

– Pada saat pembebasan kota Baytul Maqdis, ternyata Masjid Al-Aqsho dalam kondisi menyedihkan, karena menjadi tempat sampah dan puing reruntuhan, sebagaimana ia telah hancur 600 tahun lalu. Penguasa kota dari kalangan Nasrani telah membiarkan kondisinya sedemikian karena keyakinan mereka atas agamanya, yang menghinakan status Masjid Al-Aqsho sebagai situs milik Yahudi.

– Pendeta Sophronius menunjukkan reruntuhan Masjid Al-Aqsho, ia merangkak naik ke atas dengan tangan dan lututnya, sedang muslimin mengikuti dibelakangnya. Pada saat berada di atas, muslimin menatap dengan pandangan mengejutkan berupa luasnya kerusakan bekas bangunan (Raja) Herod, tumpukan batu dan sampah.

– Kholifah ‘Umar membuat bangunan di sisi paling selatan kompleks sehingga muslimin dapat melaksanakan sholat disana dan terlindung dari hujan dan salju. Posisi bangunan itu berada di tembok selatan kompleks arah qiblat dan di depan Ash-shokhroh (batu). ‘Umar menolak mendirikan bangunan di belakang Ash-Shokhroh (batu). Masjid itu dibuat dari kayu-kayuan, termasuk tiang dan dindingnya. Dalam bentuk, ukuran dan material bangunan yang mirip dengan Masjid Nabawiy di Madinah. Masjid itu berkapasitas 3.000 orang.

– Pada th.691M atau 692M, Kholifah ‘Abdul Malik bin Marwan memulai pekerjaan masjid besar-besaran di situs tersebut agar dapat menampung jama’ah lebih banyak. Pembangunan diselesaikan oleh putranya, Walid pada th.705M. Bangunan baru itu menggantikan bangunan di masa ‘Umar, dan kini cukup luas untuk menampung 5.000 orang. Semenjak itu, berkali-kali dilakukan perbaikan dan renovasi karena terjadi gempa bumi beberapa kali di Palestina.
WalLohu a’lam.

Rujukan :
20131024_The-Correct-Identification-of-AlMasjid-AlAqsa hal.3,4
20051208_The-Farthest-Mosque-Islamic-Awareness hal.13
20070924_2000-The-Holy-Land-Jerusalem-and-AlAqsa-Mosque hal.4
20090207_Baytul-Maqdis-Lengkap hal.6
20120820_From-Aelia-To-AlQuds-The-Names-Of-Islamic-Jerusalem hal.9

AlhamdulilLah. Rojab 1440H.
Akhukum filLah, Hadi Sumarsono
Korbid.Sosialisasi Al-Aqsa Working Group