Memoar Sya’ban 1440H – Menemukan Mutiara Al-Aqsho (2)

BismilLah.

Assalamu’alaykum.
Rabu siang itu 23 Sya’ban 1440H bertepatan dengan 17 April 2019M, tim AWG bergerak silaturohim ke sebuah Pesantren di Kotabumi, Lampung Utara.

Terik matahari siang menyengatkan hawa panas sepanjang perjalanan. Tiga jam sudah berlalu menyusuri hamparan hitam aspal jalan. Namun saat kaki melangkah masuk Pesantren Walisongo , hawa sejuk mulai menyapa, alhamdulilLah.


Sesampai di gerbang Pesantren, nampak petugas satpam yg ramah dan santun. Mempersilakan kami masuk menemui Pak Kyai, pimpinan Pesantren itu.

Ketuk pintu rumah Pak Kyai sembari ucapkan salam 3 kali tak jua dijawab. Pak Satpam sigap menyusul ke dalam rumah dan beritahu santri “dalem” bahwa ada tamu di depan.

Tak seberapa lama, muncul santri dalem yang bertugas menyantuni para tamu pesantren. Menyapa dan mempersilakan kami untuk masuk ke dalam rumah Pak Kyai.

Dua orang bergantian melayani kehadiran kami, yang belum ada janji sebelumnya dengan Pak Kyai. Mereka berdua dengan santun menyuguhkan camilan, sembari jongkok membungkuk hormati tamu.

Di meja tamu ada suguhan “wedang” teh, bungkusan puding dan beberapa piring buah segar sebagai teman penantian. Bukan hanya angin sepoi semilir yang berlalu. Rupanya Pak Kyai rehat ba’da Zhuhur, itu kalimat yang disampaikan santri dalem.

AlhamdulilLah, Pak Kyai selesai rehat langsug menemui kami. Beliau dengan wajah berseri bincang-bincang dengan kami. Tak canggung sodorkan piring buah agar satu per satu dari kami mengambilnya. Masya Alloh…

Kami sampaikan hajat besar bahwa akan datang Dubes Palestina untuk Indonesia di Lampung, dan kami ajukan perkenan Pak Kyai untuk menerima kehadirannya.

AlhamdulilLah, Pak Kyai nampak antusias dan langsung mengiyakan kehadiran Dubes. Walaupun ada kesibukan H-2 di Jatim, tapi beliau janjikan akan datang pagi sekali pada hari H sebelum Dubes hadir di Pesantren.

Beliau pun bertutur pengalaman saat berada di Al-Quds, Palestina. Masya Alloh, beliau ternyata sudah safar 2 kali ke sana bersama para Kyai beberapa pesantren di Jawa Timur.

Beliau kisahkan betapa jengkelnya para Kyai ketika mereka diperiksa paksa oleh tentara Zionis Israel selama 9 jam, tanpa makan dan minum di perbatasan Jordan-Israel. Perbekalan para Kyai sudah dirampok tentara berakhlaq kera itu.

Bukan hanya itu, kejengkelan lain bahkan memicu khayalan hebat sobat sang Kyai asal Lirboyo, Kediri. Masalahnya tentara Zionis Israel santai saja melewati muslimin yang sedang sholat, lengkap dengan sepatu PDL dan senjatanya, di dalam masjid.

“Kalau saya bisa menghilang dari pandangan, akan saya pancung semua kepala tentara Zionis Israel disini !”, ujar Kyai Lirboyo berusia 70-an tahun itu.

Suasana pesantren Walisongo dan sang Kyai menyuguhkan “sesuatu” : wibawa tanpa kehilangan sikap ramah, hormat dan santun. Mau menerima tamu pembawa berkah, tanpa harus ada janji, bahkan mengiyakan kegiatan tanpa banyak alasan. Adab Islam nampak di wajah dan tingkah. Inilah mutiara yang kami temukan dan pantas diteladani.

Allohu Akbar!
Al-Aqsho Haqquna!

# Suara AWG, 22 Sya’ban 1440H / 28 April 2019M