Nasihat Sya’ban 1440H – Penangguhan ‘Adzab Karena Kasih Sayang RosululLoh

BismilLah.

Assalamu’alaykum.
Tilawah QS. Al-Isro 59-60 bersama Imamul Muslimin pada ba’da Shubuh hari Kamis, 5 Sya’ban 1440H/11 April 2019M sbb:

– Pada ayat ke-59, Alloh Ta’ala menyatakan bahwa Dia mungkin saja menurunkan ‘adzab kepada orang yang mendustakan kebenaran RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam, tetapi kemudian ‘adzab itu ditangguhkan. Hal ini terkait dengan sifat kasih-sayangnya RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam (dalam keterangan selanjutnya, insya Alloh).

– Sifat *kadzdzaba* itu lebih berat keburukannya drpd *kafaro*, karena “kadzdzaba” itu berarti mereka sdh tahu ttg kebenaran tapi tetap mengingkarinya, sedangkan “kafaro” itu berarti  mengingkari tetapi mereka belum tentu tahu tentang kebenaran.

– Sebagai contoh kisah nyata dalam ayat tersebut adalah Unta Nabi Sholih yang “mubshiroh” (tampak nyata dan dapat dilihat oleh mata manusia). Unta tersebut merupakan mu’jizat karena ia lahir dari sebuah batu.

– Kaum Tsamud justru mengingkari kebenaran setelah melihat bukti nyata yang dapat dilihat dengan mata. Mereka melanggar aturan antri minum di sumber air secara bergantian dengan Unta itu, bahkan mereka telah berani menyembelih Unta itu. Padahal Alloh Ta’ala berkehendak menunjukkan tanda (mu’jizat) itu tidak lain sebagai takhwifa (menakut-nakuti).

– Asbabun nuzul ayat ini berdasarkan riwayat Ibnu ‘Abbas adalah terkait dengan permintaan kafirin Makkah, yang mana mereka meminta RosululLoh agar berdo’a supaya Alloh Ta’ala mengubah bukit Shofa menjadi bukit Emas.

– Alloh Ta’ala bersedia mengabulkannya dengan syarat : bilamana kafirin Makkah tetap mengingkari kebenaran atas mu’jizat yang ditampakkan itu, maka penduduk Makkah akan dimusnahkan sebagaimana nasib ummat terdahulu yang telah mendustakannya.

– Demi mendengar syarat itu, maka RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam mengurungkan do’anya. Beliau lebih mengutamakan kasih-sayang atas manusia, dan memilih untuk shobar dalam mendakwahkan Al-Islam.

– Ayat ke-60 adalah bukti kebenaran adanya peristiwa Mi’roj, yang merupakan ujian keimanan bagi manusia sejak masa itu hingga masa kini. Tentu saja dalam ujian akan ada orang yang lulus dan ada pula yang gagal.

– Kata “rukyah” bisa diartikan sebagai mimpi atau penglihatan. Para ulama sepakat bahwa RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam mengalami mi’roj, yakni naik ke atas langit hingga lapis ke-7 dan melihat pohon zaqqum secara langsung dengan jasadnya, bukan hanya batinnya atau hanya dalam mimpi saja.

– Ketika RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam selesai diperjalankan dalam Isro dan Mi’ roj itu, maka beliau menyampaikan peristiwa tersebut kepada kaumnya, namun kebanyakan dari mereka menolaknya, bahkan ada sebagian muslim yang murtad.

– Saat ditanyakan peristiwa itu kepada shohabat Abu Bakar, maka ia membenarkan apa yang RosululLoh katakan, bahkan bila ada yang lebih hebat dari itu pun akan ia benarkan, karena Muhammad adalah seorang yang jujur.

# Demikian ringkasan kami, semoga bermanfaat dan mohon maaf atas segala kekurangan