BismilLah.
Artikel ke-8
– Kajian kali ini : “Seperti Apakah Masjid Al-Aqsho Di Masa Awal?”
– Kita mulai dengan kalimat kunci : “Pendirian dua Masjid awalnya hanya berupa pondasi”. Hal tersebut disarikan dari QS.Ibrohim 37 dan QS.Al-Baqoroh 127. Kedua ayat tersebut menandakan fase kedatangan Nabi Ibrohim yang pertama (QS.Ibrohim 37), kedua, ketiga dan keempat (QS.Al-Baqoroh 127) di kota Makkah.
– Tafsir Ibnu Katsir atas QS.Al-Baqoroh 127 mengisahkan ketika Nabi Ibrohim datang untuk kedua hingga keempat kalinya ke Makkah dan menemui putra beliau, Isma’il bin Ibrohim, ‘alayhimas salam. Beliau mengajak putranya untuk bersama meninggikan dasar (pondasi) BaytulLoh, sehingga nampak sebagai sebuah bangunan. Nabi Ibrohim yang membangun, sedangkan Nabi Isma’il yang memberikan batu.
– Penyebutan kata meninggikan dalam kisah tersebut menandaskan bahwa di kota Makkah sudah ada BaytulLoh sebelum kedatangan Nabi Ibrohim, baik pada kunjungan beliau yang pertama, kedua, ketiga maupun keempat. Tetapi BaytulLoh saat itu baru berupa pondasi.
– Pengertian pondasi BaytulLoh ini diketahui dari :
A). Kata “qowa’ida”, yg berarti dasar-dasar atau pondasi
B). Tarikh turunnya ayat, yang ternyata QS.Ibrohim 37 turun lebih dahulu daripada QS.Al-Baqoroh 127.
B.1). Kedatangan yang pertama, Nabi Ibrohim pergi jauh bersama istri dan anak, dari negeri Filisthin ke negeri Hijaz. Lalu meninggalkan istri beliau, Hajar dan putra beliau, Isma’il di samping pohon (diatas cikal-bakal zam-zam, yang digali oleh malaykat dengan tumit atau sayapnya). Keduanya hanya dibekali beberapa butir kurma dan kantong air. Pada saat itu kota Makkah tidak dihuni manusia dan tidak ada sumber air. Dan Nabi Ibrohim yaqin bahwa istri dan anaknya berada di dekat BaytulLoh.
B.2). Kedatangan yang kedua, ketiga dan keempat. Nabi Ibrohim pergi dari negeri Filisthin ke negeri Hijaz, untuk menengok putranya, Isma’il dengan tujuan mengajaknya membangun BaytulLoh. Baru pada pertemuan keempat, beliau berhasil bertemu dengan putranya, dan bersama-sama membangun BaytulLoh yang berada di kota Makkah.
– Ada hal unik tentang Masjid sebagaimana sabda Nabi shollalLohu ‘alayhi wa sallam bahwa :
“Bumi ini dijadikan untukku sebagai masjid dan penyuci.”
[Shohih Al-Bukhoriy no.419, Musnad Ad-Darimi no.2488, Musnad Ahmad no.2606, Sunan An-Nasai no.432, Shohih Muslim no.810, Musnad Al-Bazzar no.4077]
Sebagian ulama menggunakan hadits ini sebagai hujjah bahwasanya sholat dapat dilaksanakan di awal waktu, dengan alas maupun langsung diatas tanah (bumi).
– Dari pengertian diatas maka tidak mengherankan bila kita masih menemukan masjid tanpa jendela, tanpa pintu dan tanpa tembok, seperti halnya foto di gurun pasir timur Jordan, juga di selatan Palestina. Masjid tersebut hanya dibatasi gundukan tanah dan garis lengkungan mihrob, yang menandakan arah qiblat.
Lihat https://en.wikipedia.org/wiki/File:A_nomad%27s_mosque_in_the_eastern_desert_of_Jordan.jpg
– Masjid Al-Harom dan Masjid Al-Aqsho dulunya (sangat mungkin) hanya berupa pondasi, tanda adanya sebuah masjid mulia telah ditentukan sendiri letaknya oleh Alloh Ta’ala. Kedua masjid dibangun pondasinya oleh Nabi Adam ‘alayhis salam (sebagaimana materi sebelumnya), karena pada masa Nabi Ibrohim ternyata pondasi tersebut sudah ada.
WalLohu a’lam.
Rujukan :
20051208_the-farthest-mosque-islamic-awareness hal.5-6
20140912_aqsa_fact_AR_EN hal.2
20131024_The-Correct-Identification-of-al-Masjid-al-Aqsa hal.2
AlhamdulilLah. Jumadil Akhiroh 1440H.
Akhukum filLah, Hadi Sumarsono
Korbid.Sosialisasi Al-Aqsa Working Group