BismilLah.
Assalamualaykum.
Catatan Pelatihan Manajemen Masjid pd Sabtu, 20 Jumadal Ula 1440H / 26 Januari 2019M di Gedung Alfian Husin IBI Darmajaya bersama Ust.M.Jazir (Ketua Takmir Masjid Jogokaryan) sesi ke-3 “Dari Masjid Membangun Ummat” (sesi ke-2, sila klik disini) sbb :
– Kemakmuran sebuah *Masjid* menggambarkan kekuatan *Iman* masyarakat muslim di sekitarnya.
– Beliau membawakan hadits yang menyatakan bahwa sebaik-baik tempat di muka bumi adalah masjid dan seburuk-buruk tempat di muka bumi adalah pasar. Hadits ini perlu dimaknai secara mendalam.
– Kalau masyarakat tumbuh dengan *peradaban MASJID* maka mereka akan menjadi wasit (dari asal kata wasathon) atas manusia. Hal ini dikarenakan penguasa mereka adalah Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
– Sedangkan masyarakat yang tumbuh dengan *peradaban PASAR* maka akan bergantung pada modal, alias masyarakat materialistis. Bagi mereka ini, para pemilik modal adalah penguasa.
– Bayangkan kalau setiap muslim melantunkan do’a saat masuk masjid, mereka mengetuk pintu-pintu langit sehingga akan turun rohmat Alloh Subhanahu wa Ta’ala, termasuk turunnya kemerdekaan. Tapi berapa banyak muslimin yang masuk masjid dan mengetuk pintu rohmat-Nya?
– Maka *daulat* atau kemerdekaan tidak akan pernah dicapai bilamana muslimin masih mempertahankan hidup dalam *peradaban PASAR*. Apakah kita hari ini sudah merasa merdeka?
– Kita lihat bagaimana peradaban MASJID telah membuat penghuni kota Yatsrib menjadi masyarakat berperadaban tinggi dan berubah namanya menjadi Madinah. Dan kota itu telah memberikan cahaya bagi dunia sehingga ditambah namanya lebih lengkap menjadi Madinah Munawaroh.
– Masyarakat yang baik akan melahirkan pemimpin yang baik.
– Tata ruang yang dikenal masyarakat Islam di Indonesia sejak dulu adalah adanya : Masjid, Alun-alun, Kantor dan Pasar. Titik nol kilometer setiap kota selalu dimulai dari Masjid. Maknanya semua kegiatan masyarakat berawal dari Masjid, sehingga tumbuhlah peradaban MASJID.
– Ketika Indonesia dijajah oleh Belanda, maka tata ruang tersebut diubah. Masjid dilarang berada di pusat keramaian (titik nol) dan digeser ke pojok desa yang sepi. Kedudukan *Masjid* digantikan *Sekolah* baca-tulis sehingga masjid mulai ditinggalkan oleh anak-anak muda.
– Termasuk aturan Belanda adalah mengharuskan setiap muslim Indonesia yang pulang berhaji agar menambahkan gelar “Haji” di depan nama aslinya. Karena setiap muslim yang pulang dari Makkah mesti membawa perubahan di masyarakat. Dengan kata lain, penambahan titel “Haji” itu untuk memudahkan pengawasan penjajah Belanda kala itu atas muslim yang taat dan punya semangat membangun masyarakat yang maju.
– Agar kinerja pengurus masjid lebih baik maka :
1). *Ubah paradigma pengurus masjid yang tidak bertanggung-jawab*. Kita lihat ada takmir masjid yang bangga memasang banner dengan tulisan “Takmir masjid tidak bertanggung-jawab atas semua kehilangan barang jama’ah”. Lho orang yang tidak bertanggung-jawab koq malah diangkat jadi pengurus? Langkah pertama yang saya lakukan adalah mencetak banner dengan tulisan “Takmir masjid akan mengganti barang jama’ah yang hilang dengan harga dan merk yang sama” (disambut tawa para peserta dan istighfar).
2). *Pengurus masjid harus full timer*, bukan mengandalkan sisa-sisa waktu. Pengurus masjid adalah karyawan atau pegawainya Alloh. Kalau jadi pegawai terus kerja dengan sisa waktu, itu namanya kurang ajar (disambut tawa para peserta dan istighfar). Perlakukan pengurus masjid semulia mungkin karena ia pegawai Alloh, gajinya harus lebih tinggi dari UMR.
– *Peradaban masjid akan berdampak mengubah pasar*. Contohnya : pasar sandang yang semula dari Cina, bergeser ke Yaman. Pasar pangan yang semula dikuasai Yahudi, bergeser dikuasai Muslim.
– Menjadikan masjid selalu terbuka dan terang benderang selama 24 jam, sebagaimana Masjid Al-Harom dan Masjid Nabawy. Mengapa? Ya karena masjid menjadi tempat ummat untuk mendekatkan diri kepada Alloh Ta’ala. Kalau masjid gelap dan dikunci, itu meniru sunnah siapa?
– Ba’da sholat saat ada orang asyik berdzikir, pengurus bunyikan kunci, isyarat halus mengusir jama’ah. Ba’da Shubuh mungkin ada yang tunggu waktu syuruq, kita bilang supaya dzikirnya di emperan karena masjid akan dikunci. Kalau semacam itu namanya juru kunci, bukan pengurus.
– Saat merancang program masjid, hendaknya punya wilayah dakwah yang jelas. Dan kita mulai dengan menyusun database masyarakat sekitar. Misalnya : mana yang muzakki, mana yang hajji, mana yang belum sholat, mana yang sudah sholat tapi belum berjama’ah, mana yang anak yatim, mana yang miskin, dlsb.
– Jadikan masjid tempat yg menggembirakan, jangan menyulitkan orang. Pengurus masjid harus ramah karena mereka melayani masyarakat.
– Sebagai contoh, saat infaq di dompet adanya uang 100rb-an tapi ingin infaq 20rb, ya berikan layanan tukar uang. Tugaskan remaja masjid untuk layani tukar uang, sekalian beri edukasi tentang balasan bagi orang yang berinfaq.
– Contoh lain : kotak infaq letakkan di halaman atau di jalan, jadi orang naik mobil atau motor bisa ikut berinfaq. Lubangnya jangan kecil, susah orang sembari jalan untuk masukkan uang infaq nya.
– Mindset kita harus dikembalikan kepada Alloh Ta’ala, kas keuangan Alloh ada pada para muhsinin. Maka kita mengurusi masjid dengan serius dan melayani jama’ah dengan ramah.
– Jangan susah-susah ajukan proposal ke Presiden, ke Menteri, mereka miskin dan kikir. Proposal yang diterima banyak dan menumpuk, susah bagi-bagi uangnya. Ajukan saja proposal kepada Alloh Ta’ala, di meja Alloh hanya ada sedikit proposal, sedangkan Alloh Maha Kaya.
– Pernah kami umumkan di masjid saat 1/3 malam akhir kepada pengurus masjid untuk ajukan proposal kepada Alloh. Ada dermawan yang inap di hotel dekat masjid dengar dan penasaran, koq ada proposal untuk Alloh. Beliau minta rekening dan shodaqoh sekian milyar rupiah.
– Saat perluasan masjid Jogokaryan, ada tanah yang perlu dibebaskan. Tanah itu sudah ditawar 5,5 M oleh sebuah RS ternama. Saya datang ikut menawar kepada pemilik tanah dan saya sanggupi 1 bulan. Jelang habis bulan, saya datang kepada seorang Profesor untuk pinjam uang. Beliau menyatakan akan rembug dengan keluarganya. Besoknya diundang kembali oleh Profesor, menyatakan bahwa beliau dan keluarga tidak biasa pinjamkan uang, oleh karena itu beliau dan keluarga memutuskan untuk membeli tanah tersebut dan diwaqofkan untuk masjid (diiringi takbir oleh peserta)
– Kebaikan itu akan mengundang kebaikan lainnya.
– Kalau ada uang kas masjid, segera selesaikan persoalan masyarakat sekitar masjid. Awalnya ada makmum masjid yang sakit dan butuh bantuan biaya 25 jt. Dengan kas masjid Jogokaryan saat itu 30 jt, ya sudah 25 jt untuk pengobatan, sisanya 5 jt disampaikan kepada keluarganya. Sejak itu program kas NOL jadi ciri khas masjid Jogokaryan.
– Disediakan kotak ATM beras bagi jama’ah, sumbernya dengan menyisihkan segenggam beras bagi makmum jama’ah masjid Jogokaryan, sebulan terkumpul 2,7 ton. Dari bentuk dakwah ini kepada orang awam, masjid menjadi tempat solusi bagi orang miskin. Ada yang ambil 1x sepekan, ada yang 2x sepekan, ada yg tiap hari.
– Untuk generasi muda, sediakan wifi. Mungkin ada rasa khawatir mereka akses yang negatif, tapi yang positif pasti lebih bnyk. Kalau anak muda ngobrol pasti perlu camilan, ngobrol di rumah saja diberi makanan, baikya camilan disediakan juga di rumah Alloh. Beri mereka kesempatan belajar komputer, belajar desain, belajar keuangan. Tiap bulan terbit majalah yang berisi kegiatan Masjid Jogokaryan dan laporan kas keuangan, mereka (Remaja Masjid) yang kelola, cari donatur dan cetak sendiri.
– Kalau ada masjid hari ini tanpa wifi dan tidak ada anak muda kumpul, pasti yang datang ke masjid adalah generasi tua dan tunggu 20 tahun kemudian masjid akan sepi.
# Demikian ringkasan kami, semoga bermanfaat dan mohon maaf atas segala kekurangan