BismilLah.
Assalamu’alaykum.
Catatan nasihat Ust.Abul Hidayat Saeroji hafizhohulLoh pada ba’da Shubuh, Ahad 07 Jumadal Ula 1440H / 13 Januari 2019M di Masjid An-Nubuwwah, Muhajirun – Natar, Lampung sbb :
– Apa yang hendak kita wujudkan adalah kemasyarakatan Islam, yang dinamakan Al-Jama’ah. Al-Jama’ah itu bukan Orpol, Ormas, Paguyuban atau lainnya, karena kita berkumpul atas dasar Al-Quran dan As-Sunnah.
– Sebagaimana yang kita ketahui dalam Al-Quran bahwa para Nabi adalah penyampai wahyu, bukan pencari kekuasaan. Kalau pun ada Nabi yang memiliki kekuasaan, ternyata jumlahnya sangat sedikit. Kita ketahui mereka adalah : Nabi Yusuf, Nabi Dawud dan Nabi Sulayman, ‘alayhimussalam.
– Khusus Nabi Sulayman, kekuasaan beliau luar biasa, bukan hanya meliputi bangsa manusia, bahkan bangsa jin, burung, awan, dan sebagainya. Tidak ada yang mampu memberi kekuasaan sehebat itu kecuali Alloh Subhanahu wa Ta’ala, dan hal itu tidak akan pernah terulang pada manusia lainnya.
– Selain 3 Nabi tersebut maka para Nabi tidak memiliki kekuasaan, bahkan ada yang tidak memiliki pengikut. Apakah akan kita katakan (bila dianggap para Nabi berpolitik) bahwa Nabi tersebut adalah politikus yang gagal, karena tidak memiliki kekuasaan?
– Nabi Nuh ‘alayhis salam, Nabi yang pertama berdakwah. Beliau lakukan dakwah selama 950 tahun tapi pengikutnya sangat sedikit sekali dari kalangan manusia. Dalam sebuah riwayat, hanya 10 pasang suami-istri.
– Mari kita lihat kembali bagaimana dakwah Nabi Ibrohim ‘alayhis salam kepada Raja Namrudz. Nabi Ibrohim dibakar hidup-hidup bukan karena akan merebut kerajaan dari tangan Namrudz, tetapi karena beliau menyerukan Tauhid.
– Lihat bagaimana dakwah Nabi Musa ‘alayhis salam kepada Fir’aun. Nabi Musa dikejar-kejar akan dibunuh bersama Bani Isroil. Masalahnya bukan karena beliau ingin menjadi raja menggantikan Fir’aun, tetapi karena dakwah Tauhid.
– Tengok bagaimana dakwah Nabi Muhammad shollalLohu ‘alayhi wa sallam kepada para pembesar Quroisy. Beliau bersama kaum muslimin diperangi oleh kabilah Arab. Masalahnya lagi-lagi bukan karena kekuasaan, tapi karena beliau menyerukan Tauhid.
– Dakwah para Nabi tidak ingin merebut kursi Penguasa, tapi hanya menyerukan agar manusia menyembah Alloh Ta’ala semata.
– Setelah Nabi akhir zaman, Muhammad shollalLohu ‘alayhi wa sallam wafat maka dibay’atlah (diangkat) orang lain sebagai pengganti beliau, yang disebut sebagai Kholifah. Para Kholifah inilah yang meneruskan jejak dakwah para Nabi, menyeru kepada Tauhid, bukan mencari kekuasaan.
– Kholifah atau Imaam diberi amanah untuk memimpin muslimin dalam beribadah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang mana mereka berkumpul dalam satu jama’ah, yakni Jama’ah Muslimin.
– Hidup berjama’ah itu adalah hidup yang terpimpin, bukan semaunya sendiri. Ketika kita mengucapkan bay’at, artinya kita sudah menyerahkan diri untuk diatur oleh Alloh, Rosul dan Ulil Amri. Ulil Amri dalam hal ini adalah Imaam dan para wakil beliau.
# Demikian ringkasan kami, semoga bermanfaat dan mohon maaf atas segala kekurangan