BismilLah.
Assalamu’alaykum.
Kawan, setiap orang dengan keahlian masing-masing akan punya cara kerja yang berbeda. Pesan penting : “Cobalah kita pahami lahirnya sebuah solusi.” Yuk simak kisah di bawah ini…
Pagi itu Water Jet Loom Department (Bagian Tenun Kain Berbasis Tenaga Air) ada 2 orang teknisi MTC (maintenance, perawatan) sedang berusaha memperbaiki mesin yang mengalami gangguan.
Teknisi pertama, ahli dalam bidang mekanik, ia karyawan lama di pabrik tenun tersebut. Sementara teknisi kedua, ahli dalam bidang elektronik (walau sering disebut elektrik), karyawan yang baru saja bekerja di semester ke-2 tahun itu. Mesin yang sedang mereka hadapi tergolong canggih, gerakan mekanisnya dikendalikan oleh perangkat elektronik.
Beberapa saat sudah berlalu, teknisi mekanik masih berusaha melihat gerakan mesin dan menemukan penyebab masalahnya. Sementara teknisi satunya, bagian elektrik berusaha menelusuri masalah dengan cara membuka panel dan menyimak buku skema.
Mesin tersebut rupanya agak lama diperbaiki sehingga memancing perhatian asisten manajer. Beliau pun datang ke mesin itu dengan agak tergopoh, ia ikut memperhatikan tindakan para teknisinya. Pikirnya dalam hati, “Mengapa mesin ini tak kunjung rampung perbaikannya ya?”
Saat itu beliau saksikan sang teknisi mekanik mulai utak-atik mesin dengan tools yang sudah ia siapkan. Lalu beliau beranjak menengok apa yang sedang dikerjakan oleh sang teknisi elektrik. Nah, beliau nampak kaget dan terheran-heran…
“Kamu kerjanya koq malah buka-buka buku sambil lihat panel sana-sini, bukannya betulin mesin?”, tegur beliau. Sang teknisi elektrik agak kaget dan canggung, ia pun menjawab dengan gelagapan, “Ya pak, ini saya sedang usahakan.”
AlhamdulilLah, segera setelah itu kedua teknisi saling tukar perbincangan tentang “bagaimana proses perbaikan” yang mestinya mereka kerjakan. Oke, mesin sudah diperbaiki dan siap dioperasikan kembali. Setelah di-start dan memastikan problem dapat diatasi, akhirnya mesin berjalan dengan baik. Keduanya berjabat-tangan dan tersenyum.
Jelang waktu rehat, sang teknisi elektrik menghadap asisten manajer yang tadi menegurnya. “Maaf pak, saya ingin berikan penjelasan perbaikan tadi. Begini pak… saya memang perlu buka buku pak, soalnya perlu pastikan kabel mana saja yang terkait gerakan mesin.”, dengan santun ia berusaha memberi alasan teknisnya.
“Apa tidak bisa dilihat mana yang rusak dan perlu diperbaiki? Itu tadi mekanik teman kamu, tidak perlu buka buku. Langsung dia pegang tools untuk perbaiki mesin. Memang kamu tidak bisa berbuat hal yang sama?”, sahut asisten manajer.
“Maaf pak. Perangkat elektronik di dalam panel itu hanya kotak dengan banyak kabel dibawahnya. Kalau dilihat mata telanjang, tidak terlihat apa-apa Pak, perlu lihat skema panel-nya. Kalau bagian mekanik itu kan kelihatan roda bergigi (gear), tuas (lever), sabuk lingkar (belt) dan lainnya, bisa dilihat mata semua Pak. Di panel elektronik ga ada alat yang bergerak seperti itu…”, dengan hati-hati ia menambahkan penjelasan.
Sang asisten manajer berusaha memahami penjelasan anak-buahnya, sembari manggut-manggut berusaha mencerna alasan yang baru saja ia dengarkan. “Hmm…rupanya mesin baru, teknologi baru, teknisi baru, perlu juga cara kerja baru ya?”, gumam beliau dalam hati.
“Oke, saya terima alasan kamu. Tapi jangan kelamaan buka panel dan lihat buku skema ya, nanti kamu malah ketiduran…”, jawab beliau sambil guyon.
Hikmah kisah diatas :
1). Setiap teknologi baru akan melahirkan keahlian baru. Intinya adalah : perubahan zaman memerlukan pemahaman.
2). Keahlian yang berbeda sangat mungkin memerlukan cara kerja yang berbeda pula.
3). Usahakan memahami dahulu cara kerja secara teknis, sebelum menyalahkan hasil kerja.
4). Kerjasama antar tim dibangun dengan berlandaskan kesepahaman atas keahlian dan cara kerja masing-masing anggota tim.
# Demikian kisah ini dituturkan untuk dapat diambil manfa’atnya. Mohon maaf atas segala kesalahan yang ada.