BismilLah.
Assalamu’alaykum.
Taushiyah Imaamul Muslimin hafizhohulLoh terkait QS.Al-Mulk 1-2 pada hari Sabtu ba’da Shubuh tgl.16 Robi’ul Awwal 1440H/24 Nop 2018M di Masjid Baytul Muttaqin, Jl.Pangeran Jayakarta – Bekasi sbb:
– Menyimak 2 ayat awal QS.Al-Mulk maka hanya manusia saja sebagai makhluq Alloh Ta’ala yang membicarakan tentang (1). Kekuasaan (yang paling sering diperdebatkan dan diperebutkan), (2). Kehidupan (yang tidak pernah lepas bicara daripadanya) dan (3). Kematian (yang jarang disinggung kecuali ada musibah). Sementara makhluq lainnya, seperti binatang, tidak pernah bicara hal tersebut.
– Bilamana ada ikhwan yang melibatkan diri dalam politik praktis, apakah tidak sadar bahwa dirinya akan hidup dengan olok-olok (istilah : kecebong, kampret), dipenuhi ghibah (atas caleg lainnya), bahkan sengaja memelintir kebenaran.
– Hendaknya disadari bahwa kekuasaan itu hanya pinjaman, contohnya adalah slogan uang koin belanda “Je maintiendrai” (Saya akan pertahankan). Ternyata Alloh Ta’ala taqdirkan setelah 350 tahun, Belanda harus angkat kaki dari bumi Indonesia.
– Ingat bahwa kekuasaan itu di tangan Alloh Ta’ala dan pemberian dari-Nya, sebagaimana dalam ayat 1. Kekuasaan juga merupakan pemberian manusia, karena pemimpin pada dasarnya diberi kepercayaan oleh manusia lainnya. Pada saat kepercayaan atasnya hilang, maka pemimpin tidak lagi diakui.
– Merupakan contoh yang sangat jelas adalah jatuhnya Fir’aun, yang sangat berkuasa di negeri Mesir, namun karena kekuasaan mutlak milik Alloh maka kerajaan itu pasti kembali ke tangan Alloh.
– Bagi mukminin, kekuasaan itu akan diberikan kepada orang yang beriman dan beramal sholih, yang mereka itu tidak berambisi dengan kekuasaan, dan mereka tidak mau mengambilnya kecuali terpaksa. Karena kekuasaan itu akan dipertanggung-jawabkan di hadapan Alloh ‘Azza wa Jalla.
– Ayat ke-2 merupakan penjelasan bahwa kematian itu adalah kehidupan yang berkelanjutan, dimana manusia akan mendapatkan balasan atas apa yang telah ia amalkan. Hal ini berlainan dengan konsep hidup Yahudi yang takut akan kematian, bahkan ingin hidup 1.000 tahun, sehingga mereka berusaha memotong tali hubungan dengan Alloh Ta’ala, caranya dengan menyebarkan paham : materialisme, sosialisme, komunisme, dan sebagainya.
– Dengan mengingat kematian maka syahwat kekuasaan akan teredam, dan kehidupan dapat kita maksimalkan untuk bekal kematian. Bahkan Alloh Ta’ala sebutkan kematian lebih dahulu daripada kehidupan, artinya kematian memang perlu dipersiapkan lebih serius.
– “Ahsanu ‘amala” (lebih baik amalnya) sebagai parameter kehidupan orang- orang yang beriman, ia terus berusaha berbuat baik walaupun sedikit. Bukan “aktsaru ‘amala” (lebih bnyk amalnya) sebagaimana yang sering didengungkan dalam kehidupan demokrasi.
– Kenali 5 kematian, jangan sampai kita tidak tahu bhw diri ini dalam keadaan mati yakni : mati Iman (orang kafir baru sadar ketika di akhirot), mati pikiran (bagaikan mayat hidup, yakni orang-orang jahil yang tdk pernah belajar agama), mati sementara (tidur, maka perlu persiapkan dengan wudhu dan do’a), mati parsial (sebagian, yakni berkurangnya fungsi tubuh manusia saat usia mulai menua), dan mati haqiqi (wafat).
– Rohmat dalam bermasyarakat hanya didapatkan dengan kehidupan berjama’ah, mengamalkan syari’at Islam di bawah pimpinan seorang Imaam.
# Demikian ringkasan kami, semoga bermanfaat dan mohon maaf atas segala kesalahan yang ada