Catatan Shofar 1440H – 100 Pekerjaan Tanpa Uang

BismilLah.

Assalamu’alaykum.
Cuplikan kisah nyata

Pagi menjelang siang, setelah berpanas ria di lapangan, saat masuk ruang AC mestinya terasa “adem”, tapi kali ini mendadak berubah, hawa panas mulai menjalar, membuat sebagian staf di sebuah kantor tetap berkeringat.

Nampak di pojok ruang Engineering Department (bagian yang menangani perawatan dan perbaikan mesin) ada seorang yang meneliti angka-angka kemunduran tim-nya. Sambil mengeryitkan dahi, ia mulai menyapa staf yang sudah menunggu obrolan sedari tadi.


“Mesin-mesin Processing (mesin yang melembutkan kain) mengapa banyak yang berhenti? Kita akan dapat teguran kalau tidak segera selesaikan problemnya.”, kata sang manajer. Staf yang disapa mencoba menjawab dengan rona muka agak pucat, “Sbnrnya problem bisa kita atasi pak. Tapi spare part mesin yang kita pesan, belum datang.”

Sang manajer beralih pandangan ke staf lain. “Bagaimana dengan kondisi Boiler (mesin masak air) di selatan. Mengapa pagi ini tidak maksimal kerja mesinnya?”, ia mencoba menelisik akar masalah tim yang dipimpinnya. “Kita sudah tangani pak. Sementara dengan spare part bekas yang kita modifikasi. Spare part yang baru belum datang juga, sudah pesan 3 bulan lalu.”, staf yang ditanya cekatan balas menjawab.

Kini giliran staf ke-3 yang ditanya. “Mesin Steamer (mesin masak kain) baru kemarin diperbaiki. Kenapa sekarang problem lagi?”, tanya manajer. Staf yang ditanya dengan ringan kata menjawab, “Ga masalah pak. Operator nya orang baru, jadi kurang cekatan. Perlu pelatihan teknis sepertinya.”

Sudah sepekan angka kemunduran tim mereka terekam di Scoreboard Management. Sang manajer berpikir keras untuk memutuskan tindakan. Akhirnya ia kumpulkan semua staf kepala (pimpinan sub bagian yang punya anak buah) untuk mengambil sebuah langkah solusi.

Ia membuka pembicaraan, “Staf Engineering Department yang saya hormati. Saya tahu bahwa spare part mesin menjadi masalah utama kita bersama. Kita sudah pesan sekian lama, tapi keuangan pabrik yang kritis dan menunda pembayaran keluar, menyebabkan supplier tidak bersedia mengirimkan barangnya. Sebagai akibatnya cukup banyak mesin stop produksi, padahal pabrik tetap bayar gaji. Lalu apa yang bisa kita lakukan? Silakan ajukan usulan.”

Para staf kepala satu per satu berusaha ungkapkan usulan, tapi kebanyakan “mentok” (berhenti) pada masalah keuangan. Maknanya : mereka anggap pabrik tak mampu lagi beli spare part, ya sudah biar saja mesin mogok, tak berproduksi. Simpulan jadi blunder : lama-lama pabrik bisa jadi pailit !

Sang manajer dengan muka merah menegur para staf, “Jadi Anda semua ingin pabrik ini pailit? Tak ada spare part berarti tidak ada kerja? Lalu bagaimana dengan gaji yang pabrik berikan kepada Anda?” Ia lanjutkan, “Sekarang saya tugaskan Anda semua untuk menuliskan 100 pekerjaan yg tidak memerlukan uang. Saya tidak akan ijinkan seorang pun dari staf untuk pulang sebelum menyerahkan tugasnya.”

Menulis 100 pekerjaan tanpa alasan uang?

Walau awalnya merasa sulit dinalar, para staf tak ada yang berani menolak. Mereka segera kerjakan tugas “gila” itu. Waktu terus berjalan. Perlahan sinar kuning Matahari tampak menyeruak masuk jendela kantor, menandai datangnya sore hari jelang kepulangan karyawan pabrik.

“Baru nulis 50 pekerjaan nih, masih separuh lagi…”, gumam seorang staf sembari tengok bus jemputan yang mulai merapat ke pabrik.

Satu per satu staf akhirnya serahkan tugas unik itu kepada sang manajer. Semuanya sanggup selesaikan tugas dengan baik, meski terlambat pulang, dua jam lewat dari waktu biasanya. Jadi?

Sang manajer tersenyum. Ia telah mendapatkan daftar 100 pekerjaan tanpa alasan uang, untuk berbagai bidang yang ia pimpin. Maknanya : mulai besok, para staf dan karyawan Engineering Department bisa bekerja lagi tanpa alasan yang sama sebagaimana halnya hari ini.

Ternyata 100 pekerjaan tanpa uang itu benar-benar nyata. Anda tertarik?

Hikmah :
– Kondisi nyaman seringkali menjadi sebab malas bergerak (move on) dan banyak alasan untuk membuatnya malas itu benar.
– Berpikir itu memang butuh energi sehingga mengubah hawa sekitar dan badan ikut berkeringat. Maka, jangan lupakan asupan yang cukup saat bekerja.
– Sebagai pemimpin, semestinya ia tidak akan tinggal diam atas problem yang ada. Ia akan mencari solusi dan libatkan orang di sekitarnya (tim), bukan asyik ditangani sendirian.
– Memantau pekerjaan itu seringkali perlu angka-angka, supaya tahu kemampuan tim. Pertanyaan mengapa dan bagaimana bisa dijawab dengan sangat jelas, bila disertai data.
– Musyawaroh adalah tempat menumpahkan usulan terbaik dan juga keputusan terbaik. Tapi ingat, jangan membuat keputusan sebelum mendengarkan masukan. Memang jemu menunggu anggota tim bicara, tapi pemimpin jadi tahu apa sebenarnya yang telah (dan mungkin akan) terjadi.
– Kadangkala perlu ide gila supaya tim tetap eksis, bekerja penuh semangat dan berhasil lalui masa kritis. Sulit itu beda jauh dg “tidak bisa”. Kalau kata “tidak bisa” yang dijadikan senjata, ya sudah, sepanjang masa juga tidak akan bisa.
– Jangan terjebak masalah dua kali. Jangan ulangi kesalahan dua kali. Bila ada masalah, selesaikan segera, jangan menunggu berulang-ulang. Alasan yang sama akan terulang, bila masalah yang sama tidak ditangani hingga selesai.
– Ada banyak pekerjaan tanpa perlu alasan peralatan dan uang. Semua yang ada harus disyukuri dan digunakan maksimal. Bukan asyik menunggu hal yang belum jelas kapan datangnya (entah berupa momen atau uang).
– Terlambat itu lebih baik daripada tidak melakukan aksi apapun sebagai solusi. Dahulukan prioritas yang lebih tinggi daripada prioritas biasanya. Kalau prioritas biasa, ya lewati saja, tidak apa-apa koq.
# Semoga bermanfaat
16 Shofar 1440H/25 Okt 2018M