Memoar Muharrom 1440H – Shodaqoh Suami Istri Untuk Al-Aqsho

BismilLah.

Assalamu’alaykum.
Sekuel ke-2 memoar tim silaturohim Syaikh Abdurrahman Al-Jamal di Lampung

Malam itu, Kamis 24 Muharrom 1440H/03 Oktober 2018M pantas menjadi kenangan tersendiri bagi tim AWG Lampung.
Setelah bertandang ke Pesantren Walisongo, lalu menuju Pesantren Al-Fatah Ciamis, kemudian terakhir silaturohim ke Masjid Nurul Husna, Kecamatan Sungkai Utara, Kabupaten Lampung Utara.

Saat rombongan datang jelang Maghrib, masjid itu masih lengang dari jama’ah yang akan laksanakan sholat. Panitia lokal coba konfirmasi ke ta’mir masjid, memastikan acara yang sedianya akan digelar nanti.

Masya Alloh, sedikit ada masalah koordinasi rupanya. Ta’mir masjid umumkan kepada muslimin sekitar bahwa kehadiran Syaikh dari Palestina itu ba’da Isya, sedang tim menjadwalkan nasihat Syaikh ba’da Maghrib. Ya sudah, bismilLah, tim tetap pada jadwal semula sembari meminta maaf kepada ta’mir masjid atas hal itu.

Sholat Maghrib selesai dilaksanakan, jama’ah sholat nampak tidak banyak sbgmn harapan semula. Acara nasihat mulai digelar, ketua ta’mir membuka dengan sambutan, dan setelahnya Syaikh dipersilakan bicara.

Ba’da Maghrib itu mulai nampak tambahan jama’ah, satu per satu masuk dan menambah keramaian di dalam masjid. Ramainya hadirin menjadi pertimbangan bagi ta’mir masjid dan tim. AlhamdulilLah, Syaikh bersedia menambah waktu bicara untuk sesi tanya jawab ba’da Isya.

Sesi kedua digelar seusai sholat sunnah ba’da Isya. Sesi tanya jawab untuk pria langsung disambut tiga penanya. Tak disangka, dua penanya tampil dengan bahasa Arab yang lancar, satu Ustadz dan satu Polisi, masya Alloh.

Kini giliran sesi tanya jawab untuk wanita. Seorang ibu berdiri mulai menata kata ucapkan pertanyaan. Ibu itu ungkapkan bahwa dirinya baru tahu bagaimana sulitnya masuk ke Masjid Al-Aqsho, sembari menahan nafas emosinya.

“Saya baru tahu Syaikh, kalau masuk ke Masjid Al-Aqsho itu sulit. Bahkan harus mempertaruhkan nyawa. Lalu apa yang bisa kami lakukan disini?”, ucapnya.

Sejenak Ibu itu tak berucap. Tak kuat lagi ia menahan gemuruh dadanya, dan pecahlah tangisan sang ibu. Sambil terbata-bata ibu itu berkata, “Maafkan kami disini ya Syaikh, yang tak bisa berbuat banyak untuk saudara-saudara kami di sana…”

Hening suasana masjid, dengarkan kata-kata sang ibu yang memporak-porandakan hati bagi jama’ah yang hadir dan ikut merasakan apa yang ia katakan. Tak.urung bergulir juga tetes air mata sebagian jama’ah.

Syaikh menjawab, “Demikianlah semestinya perasaan seorang mukmin kepada saudaranya yang tertindas. Merasakan satu tubuh sebagaimana sabda Nabi shollalLohu ‘alayhi wa sallam.”

Di akhir acara digelarlah galang dana untuk membantu muslimin Palestina. Tim berkemas siapkan diri untuk undur diri. Panitia lokal membantu penghitungan hasil galdan. Sejenak kemudian terdengar pengumuman, “AlhamdulilLah shodaqoh yang terkumpul sejumlah dua belas juta enam ratus tiga puluh dua ribu rupiah.”

Masya Alloh, 12 juta? Dari masjid kecil yang baru saja resmi digunakan setahun lalu? Serasa tidak mungkin terjadi, tapi Alloh Maha Kuasa atas segalanya. Selidik punya selidik, ternyata sang Ibu yang tadi bertanya di sesi tanya-jawab, telah menshodaqohkan 10 juta tunai saat galdan.

Cukup sampai disitu saja? Tidak, begitu tim beranjak akan meninggalkan masjid, mendadak dipanggil oleh sepasang suami-istri. “Kami ingin menambah shodaqoh, pak.”, ujar sang istri yang mendampingi suaminya. Diserahkanlah 10 juta tunai oleh sang suami. Dan istrinya itu ternyata adalah Ibu yang bertanya tadi di sesi tanya-jawab. Allohu Akbar !

Malu rasanya ungkapkan penat di badan tim, bila ingat 20 juta shodaqoh yang langsung Alloh Ta’ala sampaikan dalam satu malam melalui sepasang suami-istri.

Ya Robbi, terimalah juang kami yang sedikit ini….