BismilLah.
Assalamu’alaykum.
Ba’da Isya itu dengan langkah bergegas beberapa ikhwan menuju lapangan, mereka khawatir tertinggal arahan untuk berbaris.
Terlihat banyak orang sudah rapi menata diri dalam barisan. Para komandan
peleton mulai ucapkan hitungan, menandai berapa banyak muslimin yang hadir
malam itu.
“Tiga belas!”, teriakan seorang komandan peleton paling akhir. Ya sobat,
ada 13 peleton yang siap berangkat untuk berjalan di malam hari guna menunjukkan semangat mereka membela Masjid Al-Aqsho.
Kibaran bendera tanda “start” sang Imaam pun berkelebat. Satu per satu
peleton dilepaskan untuk menyatakan kebenaran tekad para ikhwan, berani
melawan hawa dingin malam, berjalan berkilometer melawan lelah, bertarung ngantuk tanpa tidur sekejap pun.
“Al-Aqsho Haqquna! Allohu Akbar!”, teriakan pengawal acara sepanjang jalan
mengiringi peleton-peleton yang mulai lelah. Pengawal terus memompa dan berikan semangat pantang menyerah.
Ya sobat. Mereka semua taat, walau Al-Aqsho sebenarnya jauh di pandangan
mata. Menata hati, menata langkah, menata strategi, menata maruah.
Menggapai mimpi bahwa muslimin siap berjuang bebaskan Masjid Al-Aqsho…
# memoargjca