BismilLah.
Assalamu’alaykum.
Berikut ini catatan taushiyah Imamul Muslimin pada ba’da Shubuh tgl.28 Sya’ban 1438H / 25 Mei 2017 di Masjid at-Taqwa Muhajirun, Lampung. Beliau membahas tentang QS.an-Nuur 35-38, dengan poin sbb :
Apa Yang Kita Minta Kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala?
- Banyak dari kita yang belum sadar atas apa yang kita minta kepada Alloh Ta’ala. Ada yang menyangka kita minta kebaikan dunia-akhirat, ada yang minta dimudahkan urusan, mungkin juga ada yang lainnya. Padahal 17 kali minimal dalam sehari kita telah memintanya dengan kalimat “Ihdinash shirothol mustaqim”, yakni kita meminta *hidayah*.
- Ayat 35 ini dimulai dengan menjelaskan bahwa Alloh Ta’ala memberi petunjuk kepada siapa yang di langit dan di bumi. Para ahli tafsir memberikan penjelasan seperti ini karena sesuai bunyi akhir ayat.
- Cahaya Alloh diumpamakan seperti lampu yang menerangi sebuah rumah. Di Jawa dahulu dikenal adanya _”sentir”_. Tidaklah mungkin penghuni rumah tersebut tidak mengetahui dimana letak lampu itu. Demikian pula tidak mungkin manusia tidak tahu tentang hidayah (petunjuk), karena ia seperti lampu yang terlihat oleh siapa saja.
- Lampu itu akan makin terlihat jelas dengan adanya tabung kaca, seperti hal nya “kaca semprong” bagi lampu “teplok”.
- Lampu tersebut dinyalakan dengan bahan bakar minyak zaytun yang diberkahi. Minyak ini hampir dapat menerangi walau tidak disentuh api, yang kemudian menginspirasi penemuan lampu listrik. Maka semestinya para pembaca al-Quran dapat menemukan berbagai hal tentang sains & ikut mengembangkan nya.
Petunjuk Alloh Ta’ala Ada Dimana?
- Alloh Ta’ala sebutkan dalam ayat 36 bahwa petunjuk itu berada di rumah, yang kita sebut sebagai Masjid. Maka manusia bila ingin mendapatkan hidayah, hendaklah pergi ke Masjid. Tidak peduli Ustadz atau yang ‘alim sekalipun harus tetap pergi ke masjid. Para ikhwan hendaknya terus diseru untuk datang ke masjid, dan hal ini adalah tugas kita bersama, bukan hanya Umaro yang mengusahakan ramainya masjid. Tunaikan kewajiban dan mintalah kepada Alloh akan hak kamu. Inilah perintah RosululLoh, sehingga muslimin lebih mendahulukan kewajiban daripada hak nya, jangan terbalik seperti yang diajarkan kaum kafir, yakni dahulukan menuntut hak daripada menjalankan kewajiban.
Siapa Yang Mendapatkan Hidayah?
- Dalam ayat 37 diikatakan *Rijalun* karena yang biasa pergi ke Masjid adalah lelaki, tetapi tidak menutupi hidayah dari wanita. Mengapa? Karena wanita yang menyiapkan suaminya (keluarganya) untuk pergi ke masjid, maka ia juga beroleh ganjaran yang sama. Dengan demikian, wanita juga akan mendapatkan hidayah karenanya.
- Yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli, sehingga pada saat terdengar adzan maka toko dan urusan jual beli semuanya tutup. Rizki tidaklah ditentukan dari transaksi tapi dari keberkahan yang diberikan Alloh Ta’ala. Tidak selalu yang banyak itu berkah. Misalnya : apakah dengan adanya sertifikasi guru maka tambah rajin mengajar sehingga tidak ada jam kosong? Apakah para santri makin rajin & paham dengan pelajaran yang disampaikan?
- Orang yang *menunaikan zakat*, artinya muslimin lebih utama menjadi muzakki daripada mustahiq. Dan mereka ini, yang disebut dalam ayat 37 adalah orang-orang yang takut akan hari Qiyamat.
Apa Yang Mereka Dapatkan?
- Mereka dalam ayat 38 akan menerima balasan kebaikan yang berlipat-lipat, melebihi keuntungan perdagangan di dunia, plus bonus tambahan. Bahkan Alloh Ta’ala berikan rizki tanpa batas. Misalnya : tak perlu khawatir tidak dapat sertifikasi, karena ikhwan lain yang belum dapat pun bisa hidup tanpa itu.
Demikian ringkasan yang dapat kami tuliskan, semoga bermanfaat dan mohon maaf atas segala kekurangan.