BismilLah.
Kelima , Israel telah menimbulkan berbagai kerusakan dan kerugian, dalam berbagai sisi dan bagi banyak pihak. Teroris Israel terus melakukan okupasi secara biadab di atas tanah sah bangsa Palestina, mengusir para penduduk asli, dan melakukan teror dan pembantaian terhadap ibu-ibu, orang tua, pemuda, serta anak-anak yang tidak mau mengikuti ambisi hewani Israel.
Hal ini menimpa seluruh rakyat Palestina, tanpa pandang bulu. Praktik bumi hangus Deir Yasin menjadi saksi atas 400 masjid dan 400 gereja yang ternodai.
Mengenang 60 tahun Pembantaian Deir Yassin
Tanggal 9 April 2008 menandai 60 tahun pem-bantaian penduduk Deir Yassin, sebuah desa Palestina. Pembantaian ini adalah sebagian dari lusinan pembantaian yang terdokumentasikan terhadap rakyat Palestina oleh milisi-milisi teror Zionis yang bertujuan hendak mengubah Palestina menjadi sebuah negara Yahudi.
Jika makna dari bencana-bencana semata diukur dalam jumlah korban, maka Deir Yassin mungkin tidak akan berada dalam posisi sentral dari kesadaran nasional bangsa Palestina. Bagaimanapun, teror terhadap Deir Yassin telah memicu pengusiran massal orang Palestina yang mencemaskan hidup mereka.
Ketika Israel berdiri 60 tahun silam pada Mei ini, pada saat yang sama lebih daripada 700,000 rakyat Palestina harus kehilangan tempat tinggal dan harta benda mereka, kebun-kebun dan usaha-usaha mereka, kota-kota dan desa-desa mereka.
Para milisi Yahudi Zionis, dan kemudian, militer Israel, mengusir mereka ke luar dari tanah historis yang telah mereka huni berabad-abad lamanya. Dengan gerak cepat, Israel memobilisasi pemindahan Yahudi dari seantero dunia ke rumah-rumah dan tanah-tanah rakyat Palestina yang ditinggalkan. Peristiwa tragis ini dan konsekuensi-konsekuensinya berikutnya berada pada inti persoalan dari konflik Israel-Palestina.
Pembantaian Deir Yassin dan Makna Pentingnya bagi Kondisi Kontemporer
Pada pagi buta, 9 April 1948, tiga milisi Zionis internasional, Haganah, Irgun, dan Stern Gang menyerang sebuah desa Palestina, Deir Yassin, yang berada di sebelah barat Yerusalem. Lebih daripada 100 orang, baik pria, wanita, dan anak-anak dibantai. Sebagian korban bahkan dimutilasi dan diperkosa sebelum dibunuh. 25 orang lainnya dari desa itu diarak hingga ke Yerusalem, lalu dieksekusi.
Kata-kata teror menyebar dengan cepatnya, menyebabkan banyak lagi rakyat Palestina yang melarikan diri dari kampung halaman mereka karena mencemaskan hidup mereka. Tak lebih daripada satu tahun sejak pembantaian itu, Deir Yassin, yang telah kosong dari orang Palestina, telah didiami oleh para imigran Yahudi, dan nama Deir Yassin pun dihapuskan dari peta.
Bagi bangsa Palestina, Deir Yassin adalah simbol hilangnya tanah tumpah darah mereka dan kehancuran masyarakat mereka, sebuah situasi yang terus berlangsung hingga hari ini. Ketika Israel mendeklarasikan diri 60 tahun lalu, lebih daripada 700,000 Palestina diusir sementara 78 persen tanah historis Palestina lenyap dan berubah nama menjadi “Israel”.
Dewasa ini, kaum pengungsi Palestina nyaris berjumlah 4 juta orang, di luar populasi keseluruhan bangsa Palestina yang mendekati angka 10 juta. Sementara kaum pengungsi lain dari berbagai belahan dunia bisa kembali ke tanah air mereka, hak pulang kaum pengungsi Palestina hingga detik ini masih dirampas secara internasional. Di Tepi Barat, Israel bahkan terus melanjutkan proyek akuisisi lahan demi mewujudkan mimpi fasis “pemukiman eksklusif Israel” dan “jalan khusus Israel”.
Para Pembantai Haganah, yang kemudian berevolusi menjadi angkatan bersenjata Israel, menembakkan mortir-mortir ke Deir Yassin sementara Irgun dan Stern Gang menyerang penduduk desa dari jarak dekat. Pada saat pembantaian, Daud Ben-Gurion, yang kemudian menjadi perdana menteri pertama Israel, adalah sang sutradara kebijakan Haganah; Menachem Begin, perdana menteri Israel yang ke-6, adalah god father Irgun; dan Yitzhak Shamir, perdana menteri Israel ke-7, adalah bos Stern Gang.
Konsekuensi Pembantaian Deir Yassin
Ketika berita pembantaian itu tersebar, maka teror itu pun memicu pengungsian massal dari bangsa Palestina. Beberapa hari setelah serangan terhadap Deir Yassin, faktanya, Irgun menyatakan bahwa peristiwa itu telah meningkatkan “teror dan rasa ngeri di antara orang-orang Arab di seluruh desa sekitarnya, di Al Maliha, Qaluniya, dan Beit Iksa pengungsian massal mulai terjadi…”
Pengungsian massal orang Palestina berkaitan dengan rencana-rencana para pemimpin militer dan politik Zionis pada saat itu. Selama minggu pertama April, sebuah kampanye terencana –yang dikenal dengan “Plan Dalet”–disiapkan untuk secara sistematis mengusir bangsa Palestina dari tanah air mereka demi mewujudkan dengan segera negara Israel. Milisi-milisi Zionis melakukan delapan operasi militer utama terhadap kota-kota dan desa-desa Palestina antara tanggal 1 hingga 15 April.
Deir Yassin bukan Insiden yang Terisolasi
Sementara Deir Yassin adalah insiden yang mungkin paling dikenal, sejarawan Israel Benny Morris mendokumentasikan 24 pembantaian lainnya terhadap rakyat Palestina yang dilakukan gerakan Zionis Internasional, dan kemudian menjadi negara Israel, pada 1948.
Menurut Morris, “Dalam beberapa kasus, empat atau lima orang dieksekusi. Dalam kasus lain, angka-angka itu mencapai 70, 80, dan 100. Terdapat juga banyak pembunuhan sewenang-wenang. Dua orang tua yang ditemukan di sebuah ladang ditembak. Seorang wanita yang ditemukan di sebuah desa ditembak. Terdapat kasus-kasus seperti desa Dawayima [di wilayah Hebron], di mana sejumlah pasukan memasuki desa dengan menembaki dan membunuhi semua yang bergerak. Kasus-kasus terburuk adalah Saliha (70-80 dibunuh), Deir Yassin (100-110), Lod (250), Dawayima (ratusan) dan barangkali Abu Shusha (70)….
Faktanya adalah bahwa tidak seorang pun yang dihukum terkait aksi-aksi pembunuhan ini. Ben-Gurion pun bungkam. Ia menutupi semua pejabat yang melakukan pembantaian-pembantaian itu. Irgun dan Stern Gang juga menyerang institusi-institusi Inggris dan Perserikatan Bangsa-Bangsa serta para pejabat yang mereka percaya merintangi proyek Zionis di Palestina. Irgun bertanggung jawab atas pemboman Hotel King David, yang digunakan sebagai markas besar militer Inggris di Yerusalem pada 1946. 90 orang-orang tewas terbunuh.
Stern Gang membunuh Lord Moyne, menteri luar negeri Inggris untuk Timur Tengah pada 1944, mencoba membunuh Harold MacMichael, Komisaris Tinggi Palestina pada 1944, dan membunuh Count Folke Bernadotte, wakil Perserikatan Bangsa-Bangsa di Timur Tengah pada 1948.
Kehancuran Total dan Relevansinya Kini
Secara keseluruhan, sedikitnya 450 kota dan desa Palestina dibasmi penduduknya lewat serangan militer milisi Zionis atau karena ketakutan akan serangan-serangan seperti itu. Sebagian besar kota dan desa itu diratakan dengan tanah.
Pada akhir 1948, lebih daripada 700,000 orang Palestina, yakni dua pertiga populasi Palestina, menjadi pengungsi; dibuang dan masyarakat mereka dibinasakan.
Bahkan hari ini, seorang Yahudi dari mana pun ia berasal akan disambut untuk datang ke Israel, sementara orang-orang Palestina yang masih menyimpan kunci-kunci rumah-rumah mereka diingkari hak pulang mereka. [iar; sumber imeu.net/icc-jakarta.com]
Sumber : http://swaramuslim.com/berita/more.php?id=5519_0_12_0_M