Refleksi Kemerdekaan Bersama GNU/Linux – Jelang Maulid Nabi

BismilLah.

Assalamu’alaykum.

Ini tulisan “agak serius” dan “non slackware”, yang lahir dari keprihatinan diri selaku putra negeri ini. Baiklah … jelang peringatan Maulid Nabi Muhammad shollalLohu ‘alayhi wa sallam, sebenarnya ada kesempatan kita -selaku muslim- untuk bercermin diri. Tentu saja yang akan saya bicarakan adalah sisi Sistem Operasi (SO) di komputer kita, bukan hari kemarin yang telah berlalu, tapi hari ini dan hari esok. Ya, mencoba meneropongnya lebih dalam dengan etika kejujuran seorang muslim.

Hmm terus terang tulisan di bawah ini akan menyarankan Anda selaku pembaca untuk menggunakan SO dan aplikasi GNU/Linux yang merdeka, dan meninggalkan SO yang tidak pernah kita -satu kali pun- membeli lisensi penggunaannya. Jadi kalau Anda “membenci” tema seperti ini, berhentilah membaca dan berpindahlah ke judul lainnya, oke?

Baik kalau Anda bersabar, saya lanjutkan. Bilamana kita membuka buku-buku sejarah para shohabat Nabi Muhammad, ada satu nama yang dikenal baik oleh muslimin di seantero dunia. Sayangnya -ana tebak- saat ini, diantara kita, adik-adik kita bahkan anak-anak kita, mungkin tidak lagi mengenalinya dengan baik, subhanalLoh. Ya, ia adalah Bilal bin Robah rodhiyalLohu anhu [semoga Alloh meridhoinya]. Lelaki yang berkulit hitam, kurus kerempeng, tinggi jangkung, berambut lebat dan bercambang tipis, putra dari seorang Ibu yang berstatus budak pula.

Hidupnya yang unik, bermula sebagai budak belian layaknya budak-budak lain, yang sengsara dalam hidupnya. Bilal dipekerjakan untuk menggembalakan unta milik majikannya dengan imbalan dua genggam kurma. Ya, hanya cukup untuk makan sehari, yang tidak cukup berharga bila dikumpulkan untuk menebus kemerdekaan dirinya. Entahlah, apakah muslimin saat ini juga “merasa” sedemikian adanya, walaupun secara fisik dirinya berstatus merdeka.

[Note-1] Ya sebenarnya tinggal kita merasa terjajah atas perangkat-lunak di komputer, apa tidak toh? Lha wong [meski] kita merdeka buat pilih-pilih perangkat-keras tapi ujung-ujungnya kok ya tetap pilih membajak perangkat-lunak. Opo tumon [heran deh]? Kan ada pilihan GNU/Linux yang merdeka? Kebanyakan kita ini mengaku memiliki pikiran yang merdeka tapi kenyataannya “terjajah”, mungkin itu kata yang pas [kalaupun dianggap tidak pas, ya monggo].

Syahdan, suatu kali ia mendengar pembicaraan antara majikan dan tetamunya. Mereka membicarakan seseorang yang dikenal setia menjaga amanah, jujur, tulus, menjaga kebaikan akhlaq dan kepribadiannya. Yang dibicarakan berkali-kali tak lain adalah Muhammad, RosululLoh shollalLohu ‘alayhi wa sallam. Bilal pun lalu berusaha menunggu waktu yang tepat untuk menemuinya dan menyatakan ke-Islam-annya. Tentu saja ia sembunyikan hal itu dari tuannya, karena ia hanyalah seorang budak!

[Note-2] Amanah, jujur, tulus dan menjaga kebaikan adalah ciri khas muslimin, karena dicontohkan oleh baginda Nabi Muhammad ShollalLohu ‘alayhi wa sallam. Artinya, kalau kita pilih SO & aplikasi yang berbayar, ya ayo bayarlah pak/bu/mas/mbak/dik/nak de-el-es-be. Semua yang berbayar, pastikan dibayar tunai, supaya kita ini tergolong amanah dan tidak termasuk membohongi hati sendiri apalagi publik. Kalaulah hal ini tidak ditunaikan maka kita termasuk orang-orang munafiq, na’udzu bilLahi min dzalika [kita berlindung kepada Alloh dari hal itu]. Orang merdeka mustinya berani menunaikan amanahnya, jangan malah sembunyi-sembunyi dan tidak menunaikannya.

Mudah ditebak… sang majikan geram dan naik pitam mendengarnya, siksaan segera direncanakan dan diwujudkan. Sang majikan tidak tahu kalau Bilal telah mendapatkan kemerdekaan “batin” nya. Masya Alloh, saat ia menyatakan masuk Islam, maka ia tak lagi menyembah berhala dan menjadi pembelanya. Tapi ia telah serahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan yang satu yakni Alloh Ta’ala, seraya mengakui bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rosul-Nya. Ya, Bilal telah berani meraih kemerdekaan “batin”, walaupun ancaman siksa majikan ada di depan matanya! Adakah batin kita selaku muslim siap merdeka sebagaimana Bilal?

[Note-3] Merdeka-kan hati kita dahulu, supaya mantap memilih. Kalau condong menggunakan SO & aplikasi GNU/Linux, ya bersyukurlah karena kita bisa ikut membangunnya, walau dengan cara menggunakannya setiap hari. Hati yang merdeka, tidak akan goyah dengan tawaran manis. Meski ada potongan harga bahkan pemutihan sekalipun, kita tetap memilih kemerdekaan berekspresi. Hati yang merdeka juga tidak goyah karena intimidasi, karena jelas perjuangan akan menemui hal semacam itu. Ya, butuh waktu untuk memantapkan hati menuju kemerdekaan ini.

Siksaan demi siksaan mendera badannya, mengiris hati orang-orang yang melihatnya. Sewaktu padang-pasir telah berganti serupa dengan neraka jahannam (karena panasnya), majikan dan algojonya melemparkan Bilal ke pasir dalam keadaan telanjang dan terpanggang terik matahari. Mereka angkat batu besar dan menimpakannya ke atas tubuh dan dadanya. Masya Alloh, bertubi setiap hari dalam siksaan seperti itu. Tapi… ia tolak kehilangan iman dengan ucapan Tauhidnya, “Ahad…! Ahad…! Ahad…! Alloh yang Maha Tunggal!” Adakah kita mampu meneriakkannya saat ini, wahai orang yang mengaku merdeka?

[Note-4] Akibat jalan perjuangan menuju kemerdekaan yang berliku dan penuh duri, maka kita pun harus siap secara fisik. Batin yang sudah siap sedari awal, fisik juga saatnya untuk disiapkan! Jangan hanya pasang niat, kemudian surut di perjalanan. Siap orasi ke seantero penjuru kalau mendukung SO & aplikasi merdeka, kemudian berlalu begitu saja tanpa ada kegiatan pendukung! Bilamana perlu “berdarah-darah” dilihat orang banyak, tetapi orang yang merdeka akan tetap kukuh dengan pilihannya.

Waktu terus berlalu, siksaan tak kunjung mereda dan Bilal tak hendak goyah dengan ucapan Tauhid-nya. Tiba-tiba Abu Bakar rodhiyalLohu ‘anhu datang dan berusaha membebaskannya. Sang majikan pun menawarkan Bilal kepada Abu Bakar, ia merasa lega karena akan hilang rasa sengit dan putus-asanya untuk mengalahkan ke-Islam-an Bilal. Abu Bakar pun menebusnya dengan harga mahal. Itulah arti kemerdekaan fisik, yang harus ditebus dengan susah-payah di dunia! Adakah kita menebus kemerdekaan seperti Abu Bakar terhadap Bilal?

[Note-5] Ini poin terakhir yang sulit digambarkan. Lha wong mau merdeka kok tidak mau susah? Menggunakan SO & aplikasi merdeka ya musti belajar toh? Apakah kalau kita membajak SO & aplikasi berbayar, lantas kita bisa langsung menggunakannya alias tak perlu belajar lagi? Toh sama-sama belajar? Kalau demikian adanya, kita lebih baik pilih belajar merdeka! Kemerdekaan harus ditebus dengan susah-payah pak/bu/mas/mbak/dik/nak de-el-es-be.
Baik, ana cukupkan gambaran sejarah peri-kehidupan shohabat Nabi, yang tak akan lekang ditelan zaman hingga hari akhir. Ana kutip dari buku “Rijal Hawlar Rosul” penyusun Kholid Muhammad Kholid. Memang tidak akan sepadan menyerupakan perjuangan Tauhid shohabat Nabi yang mulia, dengan perjuangan kemerdekaan “berkomputer” kita saat ini. Tetapi ada beberapa kemiripan prinsipal, bukankah demikian sahabat?

Mungkin saja kita masih berkutat dengan berbagai alasan, yuk teruskan baca…

*ALASAN-1*
Kalau beralasan : “Bagaimana kalau orang di sekeliling kita menggunakan SO & aplikasi illegal? Setidaknya hal itu memaksa saya untuk ikut menggunakannya.”

AstaghfirulLoh, perilaku munkar kok ditiru? Menggunakan dan atau memiliki benda apapun secara ilegal jelas melanggar hukum. Apakah lantaran sudah dibajak banyak orang, lalu sah-sah saja untuk kita gunakan? [maaf bukan tempatnya disini untuk membahas hukum “bolehnya perilaku munkar bareng-bareng”].

*ALASAN-2*
Kalau beralasan : “Bagaimana saya tidak akan menggunakan SO & aplikasi ilegal, bukankah saya harus bekerja dan mencari nafkah dengan perangkat itu?”

AstaghfirulLoh, sejak kapan hukum dhorurot bisa diterapkan bertahun-tahun? Kalau kita sudah cukup keuntungan, ya sebaiknya tunaikan lisensi berbayarnya. Bila kita tidak menunaikannya, apakah damai hati kita memakan hasil kerja berbekal perangkat ilegal? Bila kita gunakan perangkat ilegal untuk mendapatkan nafkah, bukankah itu “mirip” penipuan? [maaf bukan tempatnya disini untuk membahas hukum “halalnya bekerja sambil menipu”].

*ALASAN-3*
Kalau beralasan : “Setahu saya, perangkat-lunak berbayar ini tidak ada agen-nya di sini. Jadi ya saya gunakan saja, nanti kalau ditagih agennya, baru saya bayar.”

AstaghfirulLoh, memang kita dapat perangkat-lunak darimana bung, dari langit? Ya jelas semua perangkat lunak kita dapatkan dari orang lain, maka ada hukum perdagangan antar manusia. Muslimin diharuskan mentaati hukum yang berlaku antar bangsa, yang disetujui bersama. Kalau benar kita sah mendapatkannya, sudah pasti pula mendapatkan kuncinya alias tanda registrasi. Apakah dalam hukum Islam membolehkan membuka rumah orang lain dengan kunci “aspal” -alias crack, tahu kan- ? [maaf bukan tempatnya disini membahas hukum “membobol rumah orang secara sah”]

Marilah kita bertawbat wahai kaum muslimin dari kemunkaran ini. Jangan pandang remeh SO & aplikasi komputer kita, bila ternyata didalamnya ada hukum-hukum berkenaan dengan muamalah, perjanjian antar bangsa, kemunkaran, pencurian, penipuan, de-el-es-be.

Kalau kita memilih berbayar, ya bayarlah. Kalau kita memilih merdeka -bukan gratis-, sudah tersedia paket SO dan aplikasi GNU/Linux (baca: distro). Distro Yang khas muslim pun ada, seperti Comal-Linux. Pilihan begitu banyak, tunggu apalagi saudaraku?

Maju terus pantang mundur!
Pastikan kita mampu berteriak merdeka!
AlhamdulilLahi robbil ‘alamin.